InfoSumbar.net – Nuansa duka belum bisa hilang dari kerabat Nila Kurnia Sari (18 tahun) gadis malang yang ditemukan tewas terkubur di Nagari Guguak, Kecamatan 2*11 Kayu Tanam, Padang Pariaman pada Minggu (8/9/2024) kemaren.
Seperti halnya tanah pemakaman Nia yang masih basah, kelopak mata Yoeka Aulia (18 tahun) juga senantiasa meneteskan air mata bilamana mengenang kembali sahabat karibnya yang meregang nyawa dengan cara sadis dan tidak manusiawi itu. Banyak cerita dan kisah yang tidak bisa dihapus dalam benak Yoeka soal sosok perempuan remaja yang harus berjuang keras agar tetap bisa mengenyam Pendidikan Tinggi.
Yoeka saat disambangi ditempat kerjanya di, Nagari Kapalo Hilalang, Kecamatan 2*11 Kayu Tanam kembali mengulas kisah betapa karibnya dia dan almarhumah semasih hidup. Melewati hari bersama, suka dan duka senantiasa bergulir dalam dinamika Nia, Yoeka dan Loly (salah satu sahabatnya saat masih SMA) .
Nia Dimata Yoeka, merupakan anak tangguh dan gigih, namun juga penyayang. Sekolah sambil menjajakan dagangan asongan saban hari merupakan rutinitas sahabatnya tersebut. Tidak sama dengan kebanyakan remaja diusianya yang hanya diminta fokus dalam studi dan cita-cita, Nia harus memulai mimpi dan citanya dari langkah kecilnya sendiri.
Dibalik keras dirinya dalam melakoni hidup, Nia tetap menampilkan sosoknya sebagai wanita penyayang dan melindungi. Nyaris tidak pernah ada suatu sikap atau masalah secara prinsip yang melukai hati orang lain yang sahabatnya lakukan.
“Tidak ada yang tidak tau soal apapun tentang Anyah (sebutan Nia ), termasuk Anyah soal aku. Baik dan buruknya kita sama-sama tau. Nia selama ini tidak pernah punya masalah dengan siapapun, dia baik dan bersahabat,” tutur Yoeka lirih sembari sesekali mengusap air matanya saat menceritakan kenangannya bersama Nia semasa hidup, Rabu (11/9/2024).
Yoeka dalam panggilan akrab mereka dipanggil Adek, hampir setiap hari bersama dengan Nia semasa berseragam putih abu abu di INS Kayu Tanam hingga lima hari menjelang Nia dilaporkan warga hilang misterius saat melakoni kesehariannya berjualan gorengan keliling.
Nia, semasa hidupnya dikenal berprestasi dalam akademik maupun cabang bela diri senantiasa menjaga dan menyayangi dirinya seperti adik kandungnya sendiri. Pulang dan pergi sekolah selalu bersama, bahkan tak jarang tidur bersama dan bercerita apapun soal rasa dan kejadian apapun yang dialami setiap harinya, kenangan tersebut tidak pernah akan pernah hilang dalam ingatan Yoeka seumur hidupnya.
Kabar kepergian Nia selama-lamanya dengan cara keji itu bak lara yang menusuk dalam relung hatinya, Yoeka tidak pernah menyangka Nia yang dia kenal baik, penyayang dan gigih dalam membantu perekonomian keluarga harus menerima takdir diperlakukan keji oleh pelaku yang saat ini masih dalam pengejaran pihak Kepolisian.
“Hingga saat ini Oeka belum bisa menerima kepergian Anyah. Oeka ngak terima Anyah diperlakukan seperti ini,” ucap Yoeka dengan nada bergetar.
Harapan terakhirnya hanyalah pelaku dapat segera ditangkap dan dihukum seberat beratnya. Meski tidak akan pernah merasakan apa yang telah dirasakan oleh sahabatnya itu, namun dia berharap pelaku mendapatkan efek jera.
“Semoga pelakunya dapat segera tertangkap dan dihukum seberat-beratnya,” harap Yoeka.
Kini Nia telah tiada bersama dengan cita cita dan harapannya untuk menjadi seorang guru, seorang anak yang berbakti ke orang tua, sebagai kakak dan sahabat di mata Yoeka dan kerabat lainnya.
Nia pergi dengan menyisakan misteri dan kepiluan akan kerasnya kehidupan. Remaja yang tidak beruntung ini harus menyepi dan menyendiri dalam dinginnya malam dan kelamnya kehidupan. Nia menambah daftar panjang betapa pilunya realitas yang dihadapi bagi mereka yang terbatas soal ekonomi, perlindungan dan kasih sayang.
Jasad Nia mungkin telah terkubur dan akan hilang bersama proses alam. Namun Nia akan selalu dikenang sebagai tauladan bagi sahabat,keluarga dan Yoeka. Selamat jalan Nia, semoga engkau tenang disisi Yang Esa.