Infosumbar.net – Komunitas Seni Nan Tumpah (KSNT) akan mementaskan pertunjukan teater yang berjudul “CTRL+C, CTRL+V” dalam gelaran Festival Teater Museum yang diselenggarakan oleh Museum Adityawarman Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), pada 22 Juli 2023 mendatang, pukul 14.30 WIB di Taman Museum Adityawarman.
Pertunjukan berdurasi lebih kurang 45 menit itu disutradarai oleh Fajry Chaniago berdasarkan naskah lakon yang ditulis oleh Yunisa Dwiranda. Fajry menuturkan bahwa pertunjukan “CTRL+C, CTRL+V” mengedepankan persoalan kebiasaan (salin-tempel) copy-paste yang marak di kalangan remaja, terutama menyangkut banyak hal yang berseliweran melalui layar ponsel dan komputer, seperti trend-trend tertentu, selera musik dan tontonan, gaya hidup, gaya berpakaian, dan lain sebagainya, dan sayangnya seringkali disalin-tempel tanpa terlebih dahulu menyaring perkara benar atau salah, baik atau buruk, dan lain-lain.
“Pertunjukan ini awalnya disiapkan untuk program tahunan KSNT, Nan Tumpah Masuk Sekolah. Namun, di tengah proses garapan, kami mendapatkan info tentang opencall untuk kegiatan di Museum Adityawarman. Kami coba daftar untuk ikut, karena juknisnya sesuai dengan pertunjukan yang sedang digarap, dan ternyata lolos” ujar Srikandi Putri, Pemimpin Produksi “CTRL+C, CTRL+V”.
Lebih lanjut Srikandi mengatakan bahwa proses produksi pertunjukan ini memakan waktu kurang lebih 4 (empat) bulan. Rencananya, pertunjukkan ini tidak hanya ditampilkan di agenda museum Adityawarman, namun juga dipentaskan di beberapa sekolah yang ada di Sumbar.
“Pertunjukan “CTRL+C, CTRL+V” ini bagiku perlu ditonton oleh siapa pun, meskipun bercerita tentang dunia remaja, sebab di pertunjukan ini kita diajak bercermin tentang bagaimana sebagaian kecil realitas yang ada di dunia remaja dan kemungkinan-kemungkinan dampak negatif yang dihasilkannya. Dan dari sana, kemudian kita bisa ikut mencari solusi apa yang mesti kita lakukan selanjutnya sebagai seorang kakak, adik, teman, orang tua, dan lain-lain,” tutup Srikandi.
Selain Fajry Chaniago sebagai sutradara dan Yunisa Dwiranda sebagai penulis naskah, di dalam pertunjukan ini juga terlibat Ossi Darma Desprian sebagai penata musik, Diah Anggi Nauly Sitompul sebagai aktor, Nur Miftah Farhanah sebagai aktor, Rany Mustika Sari sebagai aktor, Zahra Haifa sebagai aktor, Srikandi Putri sebagai aktor, dan Yunisa Dwiranda sebagai aktor. Sementara yang terlibat di dalam tim produksi adalah Desi Fitriana, Dodo Anggara, Erik Ade Pratama, Hamdan Almi Putra, Hilda Ismia Putri, Jaka Irfander, Karta Kusumah, Nurul Fazira, Tenku Raja Ganesha, dan juga Gazp Media terlibat sebagai tim dokumentasi.
Nur Miftah Farhanah, salah seorang aktor di pertunjukan ini, menceritakan bahwa pertunjukan ini merupakan pengalaan pertamanya terlibat dengan pertunjukan KSNT
“Ini keterlibatan pertama saya di dalam pertunjukan KSNT dan senangnya saya bisa langsung terlibat sebagai aktor. Sebab niatan saya bergabung dengan KSNT karena memang ingin jadi aktor,” Farhanah.
Farhanah juga menuturkan, proses adaptasi terhadap garapan berlangsung sekitar 3 (tiga) bulan. Sebagai seorang aktor baru, proses adaptasi itulah yang menjadi kendala sekaligus tantangan. Sementara, kendala terbesar adalah bagaimana tetap konsisten terhadap karakter yang diperankan. Kendala-kendala itu adalah semacam pelajaran baginya untuk terus mendalami dunia seni peran.
Selain Farhanah, aktor lain, Zahra Haifa yang biasa disapa Aya menambahkan bahwa sebagai anggota baru KSNT ia berharap proses dalam pertunjukan ini bisa menjadi langkah awalnya untuk lebih mendalami bidang teater, khususnya keaktoran, di KSNT.
Zahra juga menceritakan, untuk proses adaptasi terhadap garapan berlangsung cukup lama, khususnya dalam pencarian karakter. “Proses adaptasi Aya sendiri cukup lama, karena susah buat Aya menetapkan karakter yang detail dan sebelumnya pun proses teater di kampus tidak sampai sedetail itu karena tujuannya memang untuk have fun aja. Nah, di garapan inilah aya belajar pendetailan, pencarian karakter, belajar bisnis akting, dan lain-lain,” katanya.
Dari segi penataan musik ilustrasi, Ossi Darma mengatakan, dirinya sempat ragu saat sutradara memintanya untuk menggarap musik ilustrasi. Namun, karena konsep yang ditawarkan menarik, akhirnya ia menyanggupi tantangan tersebut.
Ia mengungkapkan, sutradara menginginkan kumpulan musik dan sound yang sedang viral beberapa waktu belakangan dan musik-musik itulah yang kemudian diolah.
“Saya obrak-abrik, saya susun ulang, dan saya tata menjadi musik ilustrasi di sepanjang pertunjukan. Namun, bukan berarti saya hanya menggunakan musik yang sudah ada. Di dalam pertunjukan ini juga ada beberapa komposisi musik pembangun suasana yang ditata untuk beberapa bagian pertunjukan,” katanya. (*/peb)