Infosumbar.net- Banyak keberagaman budaya minangkabau yang kita ketahui dari adat, pakaian, makanan khas, dan lainnya.
Dengan memiliki banyak keberagaman budaya minangkabau ini berguna untuk membrandingkan atau mempromosikan budaya ini kepada masyarakat yang ada diluar sana.
Berikut ini ada 6 keberagaman corak budaya etnis minangkabau:
1. Silek Minangkabau (Silat)
salah satu seni bela diri tradisional khas etnis Minangkabau yang berasal-usul dari wilayah Sumatra Barat di Indonesia. Secara umum silek pada mulanya berfungsi sebagai antisipasi pertahanan diri masyarakat Minangkabau untuk menjaga nagari Minangkabau dari ancaman musuh yang bisa datang sewaktu-waktu. Silat juga merupakan seni beladiri yang secara turun temurun dari generasi ke generasi yang dimiliki oleh masyarakat Minangkabau.
Seorang laki-laki di Minangkabau memiliki kebiasaan yang senang merantau semenjak beratus-ratus tahun yang lalu. Untuk itu tentu mereka harus memiliki bekal yang cukup dalam menjaga diri dari hal-hal terburuk selama rantau. Silek juga memiliki peranan penting sebagai pertahanan nagari terhadap ancaman dari luar. Selain itu silek juga berfungsi sebagai sarana hiburan yang dipadukan dengan drama yang dinamakan Randai.
2. Seni Tari Minangkabau
Masyarakat Minangkabau dikenal dengan memiliki berbagai atraksi-atraksi yang menakjubkan seperti tari-tarian yang umumnya ditampilkan dalam acara, seperti perkawinan maupun pesta adat.
Beberapa contoh tarian Minangkabau yang sangat populer di antaranya adalah:
- Tari Pasambahan: sebagai penyambutan kedatangan tamu istimewa.
- Tari Piring sebagai identitas suku bangsa Minangkabau
- Tari Silek/Pencak Silat: tarian yang dikembangkan dari seni bela diri tradisional, dan di bentuk sebagai gerakan tarian.
- Tari Kaba,: sebagai mengutamakan nyanyian cerita Kaba dibandingkan gerak tari.
3. Olahraga Tradisional Minangkabau
Nagari Minang mempunyai berbagai macam budaya olahraga seperti berkuda yang masih sering diselenggarakan sampai sekarang. Beberapa pertandingan tradisional Minang lainnya yang masih porpuler dan dilaksanakan secara rutin yaitu:
- Pacu Itik
Pacu itik atau balapan itik adalah salah satu tradisi sekaligus olahraga tradisional Minangkabau. Pacu itik secara berkala digelar setiap tahun oleh masyarakat Kabupaten Limapuluh Kota. Itik yang dapat mengikuti lomba harus itik lokal, betina, dan berusia antara 4-6 bulan. Dan yang terpenting adalah, itik-itik itu tidak bisa terbang. Ciri-ciri itik yang bagus yang bisa mengikti lomba yaitu, memiliki sayap mirip elang: kedua sayapnya itu mengarah ke atas. Agar dapat terbang lurus dan tinggi. Jika sayap mengarah ke bawah, si itik kerap terbang rendah.
- Pacu Jawi
Pacu Jawi merupakan tradisi balapan sapi khas Minangkabau, khususnya Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Waktu pelaksanaan Pacu Jawi setelah panen sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen yang melimpah. Kegiatan Pacu Jawi merupakan acara permainan tradisional anak nagari yang lahir dan berkembang di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Atraksi ini sangat dinantikan oleh wisatawan lokal dan mancanegara. Pacu Jawi merupakan upaya petani zaman dahulu untuk menemukan cara membajak yang baik dan benar. Pasalnya pada waktu itu belum ditemukan cara membajak seperti saat ini.
- Sipak Rago
Sumatra Barat merupakan salah satu daerah yang kaya akan permainan tradisionalnya, salah satunya sipak rago (sepak raga). Permainan ini sering kali disamakan dengan sepak takraw walaupun sebenarnya memiliki perbedaan. Olahraga ini sendiri dianggap sebagai nenek moyang dari permainan yang saat ini kita kenal dengan sebutan sepak takraw. Popularitas sepak raga sendiri memang tak melesat seperti halnya sepak takraw. Namun, sipak rago ini memberikan tempat tersendiri di hati pecinta permainan tradisional.
4. Pakaian Adat
Beberapa ragam pakaian adat minangkabau:
- Bando Kanduang
Pakaian adat yang dikenakan khusus oleh kaum wanita ini juga dikenal dengan nama limpapeh rumah nan gadang, yang juga merupakan lambang keagungan para perempuan yang sudah menikah. Bando kanduang menjadikan simbolis betapa pentingnya peranan seorang ibu dalam keluarga. Namun, ada beberapa perlengkapan khusus yang wajib ada, seperti baju batabue, tingkuluak, minsie, salempang, lambak, gelang, kalung, dan aksesoris lain.
- Penghulu
Pakaian adat ini dikhususkan bagi kaum laki-laki, dan hanya dipakai oleh para pemangku adat maupun orang-orang tertentu. Cara pemakaian penghulu telah diatur dalam hukum adat Minang, beserta lengkap dengan deta, sarawa, baju hitam, cawek, sesamping, tungkek, dan keris.
- Pakaian Pengantin Minangkabau
Saat menggelar resepsi pernikahan, pengantin Suku Minang akan mengenakan pakaian khas yang hanya diperuntukkan saat upacara pernikahan. Pada umunya, pakaian yang dipakai hanya berwarna merah beserta dilengkapi hiasan meriah dan penutup kepala.
5. Rumah Gadang Adat Minangkabau
Rumah gadang merupakan rumah adat masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat. Jika dilihat secara sekilas, rumah gadang memiliki bentuk atap yang unik dan membuatnya mudah dikenali. Arsitektur rumah gadang tentu ada kaitannya dengan kebudayaan masyarakat Minangkabau. Rumah gadang dibangun sebagai tempat tinggal sekaligus tempat pelaksanaan acara adat. Untuk mendukung tujuannya tersebut, rumah gadang dibagi dalam beberapa jenis dan fungsi yang berbeda-beda. Selain jenis dan fungsi, ada banyak aspek lainnya yang bisa dipelajari dari rumah gadang, mulai dari sejarah hingga arsitekturnya.
6. Perkawinan Adat Minangkabau
Dalam adat Minang, pernikahan merupakan salah satu momen yang sakral dalam siklus kehidupan. Prosesi perkawinan dalam adat Minang disebut dengan Baralek, yang dimulai dengan meminang, menjemput pengantin pria, dan bersanding di pelaminan. Oleh karena itu,di dalam budaya lokal dari pihak perempuan adalah pihak yang melamar mempelai pria. Begitu pula setelah pernikahan, pihak pria akan tinggal dengan keluarga sang istri dan menetap di dalam komunitas Rumah Gadang. Dalam masyarakat Minangkabau, terdapat tiga pilar pembangun dan penjaga keutuhan adat istiadat dan budaya Suku Minang. Mereka adalah para alim ulama, kaum berpendidikan, dan ninik mamak. Ketiga pilar tersebut saling bahu membahu dan melengkapi dengan kedudukan sama tingginya.