Infosumbar.net – Pada pegelaran wisuda UMMY ke 58, ada penampakan berbeda yang membuat orang-orang terkagum melihatnya.
Seorang wisudawan memakai baju wisuda lengkap dengan toga, datang dengan mengendarai truk sampah berwarna hijau milik DLH Kota Solok pada Selasa (4/10/2022).
Dia adalah Mitra Yoriskia. Mahasiswi Jurusan Ilmu Hukum angkatan 2018, yang menamatkan studynya tepat waktu selama empat tahun.
Wisuda dengan predikat cumlaude, tak serta merta dengan mudah didapatkan oleh wanita asli Saok Laweh ini.
Dalam kesehariannya, Mitra harus pintar-pintar membagi waktu antara kuliah dan bekerja. Mitra merupakan Pekerja Harian Lepas (PHL) di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Solok sejak 2018.
Ditawari bekerja pada tiga Instansi
Tamat SMA, Mitra terfikir bekerja dulu baru nanti kuliah. Alhasil, ia membantu ibunya Rosmimi berjualan di depan SD N 01 Saok Laweh.
“Kemudian pada suatu hari ada teman ayah yang menawarkan untuk bekerja. Pilihannya ada tiga yaitu petugas Damkar Kabupaten Solok, Satpol PP, dan DLH Kota Solok,” ujarnya.
Diantara ketiganya Mitra memilih DLH karena pilihan lain jaraknya terlalu jauh dari rumah.
“Dari kecil saya tidak pernah pakai rok kecuali ke sekolah. Saya pikir jika bekerja di kedinasan itu harus pakai rok, ternyata tidak. Jadinya saya pilih di DLH saja,” kata perempuan yang lahir pada 28 November 1998.
Awal bekerja di DLH tahun 2018, Mitra bekerja sukarelawa alias tanpa di gaji. Saat bekerja, Mitra sempat ditanya oleh rekan kantornya apakah ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang kuliah.
“Kalau tidak lanjut ke jenjang kuliah, saya takutnya nanti menyesal. Makanya saya lanjut kuliah Jurusan Hukum karena menurut saya jurusan ini cukup menantang daripada jurusan yang lain,” terangnya.
Kuliah sambil bekerja, membuat Mitra mengambil program Non Reguler dan hanya berkuliah dua hari dalam satu minggu setiap Jumat dan Sabtu.
“Jadi dalam seminggu itu, jika saya kuliah Jumat dan Sabtu sampai sore berarti saya izin dulu bekerja,” ucapnya yang akrab di sapa Mit, ini.
Sempat tes Polwan
Mengambil Jurusan Hukum, sama dengan tujuan awalnya menjadi seorang Polisi Wanita (Polwan). Tahun 2017, saat ada tes Polwan Mitra ikut namun terkendala pada tinggi badannya.
“Waktu itu minimal tinggi badan harus 160 Cm. Namun saat itu tinggi saya hanya 156.
Kemudian saya terapi ke padang untuk menambah tinggi namun hanya bertambah 2 cm menjadi 158 cm,” terangnya.
Selain terkendala tinggi badan, Mitra juga terbayang bagaimana nanti biaya kedepannya dan mengingat orang tua yang susah payah mencari nafkah.
“Saya masih kecewa terfikir yang lain bagaimana nanti biaya bimbel, dan disana saya menangis teringat nanti orang tua mencari uang, makananya saya tidak jadi lanjut dan memilih bekerja saja,” pungkasnya.
Selain itu, Mitra juga sempat lolos SBMPTN di Universitas Negeri Padang namun tidak jadi ia ambil karena banyak pertimbangan.
“Saya tamat SMA N 2 Kota Solok pada tahun 2017. Ditahun tersebut saya diterima jalur SBMPTN Jurusan Olahraga UNP. Namun, karena banyak pertimbangan akhirnya saya tidak mengambil kesempatan tersebut,” katanya.
Pandai memanfaatkan waktu luang
Setiap ada waktu luang, selalu dimanfaatkan oleh Mitra untuk belajar dan menimba ilmu dimanapun ia berada termasuk saat bekerja.
Mitra menyebutkan sering membawa alat tulis ke TPA, dan saat waktu luang mengerjakan tugas kuliahnya agar tidak menumpuk.
Selain itu, salah satu prinsip Mitra dalam berkuliah adalah tidak pernah mengambil jatah libur.
“Saya tidak pernah mengambil jatah libur, saya ingat susahnya orang tua mencari uang. Kalau tidak ada alasan untuk tidak masuk kuliah, saya akan masuk. Walaupun sebenarnya ada jatah libur, saya rasa tidak rugi jika tidak mengambilnya,” tandasnya.
Ayah Mitra bekerja di bengkel bersama milik keluarga, ibunya berdagang kecil kecilan di depan SD. Inilah salah satu motivasi Mitra untuk semangat dan pantang menyerah menghadapi apapun.
Meskipun awalnya sukarela dan tidak digaji, pada tahun 2021, ada penerimaan untuk PHL yang direkomendasikan sebanyak 30 orang.
Mitra ikut dan lolos di bidang tersebut dan ditempatkan di bagian pengawas angkutan dan menjadi satu-satunya wanita di bidang tersebut.
“Semenjak jadi pengawas angkutan saya lebih sering di TPA, karena masih belum pas untuk mengendarai mobil, jadi karena sudah dilapangan saya selalu ikut sopir dan sembari latihan terus untuk bisa mengendarai mobil sampai sekarang.
Sejak itulah, Mitra memperoleh gaji dan membiayai sendiri kuliahnya dan tidak lagi meminta uang kepada orang tua.
Bisa mengendarai truk sampah sejak 2021
Pada tahun 2021, Mitra awalnya hanya memperhatikan rekan kerjanya mengendarai mobil atau truk. Kemudian, Mitra menjadi tertarik untuk bisa mengendarai sendiri mobil tersebut.
“Waktu itu, sekitar tahun 2021 saya disuruh bawa mobil pertama kali dan alhamdulillah bisa. Saya diajari sambil lagsung praktek padahal sebelumnya saya hanya memperhatikan saja bagaimana cara rekan kerja saya mengedarai kendaraan roda empat tersebut,” katanya.
Oleh karena itu, saat Mitra baru bisa mengendarai mobil ia pernah tidak sengaja menabrak pagar kantor hingga kini bisa mahir mengendarai mobil.
“Waktu awal awal bawa mobil saya pernah menabrak pagar di kantor. Karena jalannya agak menanjak jadi saya kurang bisa. untung tidak ada yang memarahi mereka maklum saya masih belajar,” tuturnya.
Hobi Futsal
Sejak kecil, Mitra sering bermain bola bersama teman laki-lakinya. Hingga kini olahraga ini menjadi olahraga favoritnya. Selain itu, ia sering di anggap cewek tomboi karena sering bermain bersama laki-laki.
Hingga kini, Mitra masih melanjutkan hobinya bermain futsal bersama clubnya dan sempat beberapa kali mengikuti turnamen.
Selain futsal, Mitra menyukai olahraga dan sempat mendapatkan penghargaan sebagai pemain basket terbaik saat SMA.
“Malahan kalau saya tidak bergerak atau olahraga badan terasa ada yang kurang. Makanya saya sangat suka sekali olahraga apapun itu seperti futsal, badminton, maupun basket,” ungkapnya
Tak ada tantangan berarti selama kuliah dan bekerja
Tak mudah memang menjalani dua sekaligus, kuliah sambil bekerja. Namun, selama menjalani keduanya Mitra menerangkan tidak menemui hambatan yang berarti.
“Tidak ada tantangan yang saya dapatkan selama menjalani kerja dan kuliah kedua duanya bisa jalan. Jadi waktu dalam seminggu itu memang sangat saya manfaatkan, kalau tidak kerja saya kuliah, kalau kuliah saya tidak kerja,” jelasnya.
“Kalau jenuh capek pasti ada kadang sesuatu hal terjadi tidak sesuai dengan yang diinginkan. Pernah merasa yaudah berhenti sampai disini saja, namun motivasi diri sendiri kalau berhenti bekerja apa yang akan dikerjakan. Karena pekerjaan sekarang susah didapatkan,” imbuhnya.
Beruntung, hingga kini Mitra tidak pernah mendengar ada pihak yang menghina atau merendahkan profesinya sebagai petugas truk sampah. Malahan, menurut Mitra teman-temannnya salut kepada Mitra yang mejalankan kuliah sambil bekerja namun bisa mengyelesaikan semua tugas kuliah dengan santai
“Alhamdulilah untuk omongan negatif memang tidak ada. tapi kalau ada pun saya tidak peduli,”
Dari dulu, Mitra sudah diajarkan untuk produktif dan mandiri. Bangun jam subuh ia langsung menolong ibunya unuk mempersiapkan dagangan di SD hingga sekarang.
Ingin berkarir di Kemenkumham dan Kejaksaan
Pasca wisuda, Mitra menyebutkan keinginannya untuk melanjutkan karir sesuai dengan jurusan yang ia tekuni.
“Kedepannya, mungkin kalau ada rezeki dan kesempatan mungkin saya akan tes Polwan lagi. Dan saya ingin melanjutkan karir ke kejaksaan atau kemenkumham. Memang cita-cita saya menjadi jaksa,” tutupnya. (Ayi)