Infosumbar.net – Kepala Dinas Kebudayaan Sumatera Barat Syaifullah mengatakan bahwa Kota Solok merupakan yang kedua di Sumatera Barat yang punya muatan lokal Bahasa dan Sastra Minangkabau.
“Alhamdulillah kami menyampaikan sangat bangga dan mengapresiasi Kota Solok merupakan yang kedua di Sumbar yang ada muatan lokal bahasa dan sastra Minangkabaunya dan transformasi digital pendidikan,” katanya pada Kamis (4/8/2022) saat launching muatan lokal Bahasa dan Sastra Minangkabau di Lapangan Merdeka Kota Solok.
Sesuai dengan UU no 5 tahun 2017, kata Syaifullah terdapat 10 objek pemajuan kebudayaan seperti Tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, permainan rakyat, olahraga tradisional, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa dan ritus.
“Sepuluh objek pemajuankebudayaan sesuai dengann UU Nomor 5 2017, dalam konten muatan kearifan lokal Minangkabau hendaknya harus masuk ke 10 objek kebudayaan disitu tidak hanya ada seni namun juga ada adat istiadat, manuskrip, sastra lisan, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, permainan tradisional, dan bahasa oleh sebab itu konten dalam muatan lokal kita hendaknya harus memasukkan semua objek kemajuan kebudayaan itu,” katanya.
Empat pendekatan yang dilakukan untuk perlindungan budaya, pengembangan, pemanfaatan dan pembinaan, merut Syaifullah semua objek harus dilakukan salah satunya adalah melalui jalur pendidikan formal yang bisa dimulai dari usia dini.
“Pelestraian budaya Minangkabau harus dilakukan bersama sama dengan kolaborasi semuanya bisa berkontribusi agar kebudayaan Minangkabau tetap lestari dipraktekkan semenjak dini, maka seharusnya pelestarian kebudayaan itu bukan hanya disekolah namun di tingkat nagi bisa memasukkan program nagari sebagai pelestarian kebudayaan pada program nagari,” tuturnya.
Sementara itu, salah satu Tim Ahli Penyusunan Kurikulum Muatan Bahasan dan Sastra Minangkabau yang juga sebagai Dosen Jurusan Sastra Minangkabau FIB Universitas Andalas Hasanuddin, mengatakan bahwa tiga kompetensi harus tercapai dalam muatan lokal ini.
“Saya mengkronsuksi kurikulum kompetensi dan inti dasar Bahasa dan Sastra Minangkabau, bagaimana bahasa menjadi keterampilan, budaya minangkabau sebagai pengetahuan semuanya diarahkan menjadi karakter. Komptensi itu tiga yaitu pengetahuan, keterampilan, dan karakter jangan sampai pembelajaran itu tidak berhasil sampai ke karakter,” tutup Hasanuddin. (Ayi)