infosumbar.net – BKKBN Sumatera Barat menggelar sosialisasi, advokasi dan kie penurunan stunting di Sumatera Barat di Nagaro Gantuang Ciri, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok pada Sabtu (9/9/2023).
Kepala Perwakilan BKKBN Sumbar, Fatmawati, menyebutkan, tindakan prefentif merupakan salah satu cara menghindari pada stunting.
“Pencegahan ini bisa dimulai saat sebelum menikah, atau pada calon pengantin,” katanya.
Stunting sendiri, merupakan kondisi gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi dan infeksi menahun.
“Ditandai dengan tinggi tidak sesuai standar. Tapi, anak pendek belum tentu stunting, tapi anakbstunting sudah pasti pendek,” jelasnya.
Sementara itu, di Sumbar sendiri saat ini angka stungting mencapai 25,2 persen.
“Bagaimana mencegahnya harus diperhatikan. Juga, kulitas sperma pada pria harus dipersiapkan kalau bisa jangan merokok kalau sudah menikah,” ujarnya.
Kemudian, pencegahan selanjutnya dipersiapkan saat sang ibu sudah hamil.
“Hendaknya ibu hamil memeriksakan kehamilan minimal enam kali dalam masa kehamilan,” ujarnya.
Memasuki kelahiran, Fatmawati, menjelaskan 1000 hari kehidupan harus dijaga karena merupakan masa emas pertumbuhan.
“Lengkapi imunisasi, asi ekslusif selama enam bulan, elum ada makanan lain selain asi. Setelah enam bulan baru MPASI yang kalau bisa dibuat sendiri di rumah dan tidak yang kemasan,” tandasnya.
Kemudian, Anggota DPRD Sumatera Barat, Desrio Putra mengatakan, persoalan stuntng di Sumatea Barat sangat kursial dan harus diketahui penyebab hingga pencegahan.
“Apalagi di Sumbar ini angka stunting di Sumbar masih tinggi yakni mencapai 25 persen.
Apalagi, katanya, di Kabupaten Solok sendiri pada tahun 2022 ada sebanyak ribuan KK miskin.
“Stunting ini sangat berkaitan dengan ekonomi. Di solok masih tinggi angka kemiskinan, yang mana potensi nya juga tinggi,” jelasnya
Selanjutnya, Anggota DPR RI Komisi IX, Darul Siska, menyebutkan stunting harus dicegah bersama.
“Stunting harus dicegah untuk kepentingan keluarga, negara dan agama,” jelasnya.
Menurutjya, keturunan anak stunting membuat perkembangan otak menjadi lemah.
“Kalau perkembangan otak lemah. Bagaimana anak ini akan bisa menjadi anak yang berprestasi. Apalagi kedepannya kita akan menyambut Indonesia emas tahum 2045,” ujarnya.
Disamping itu, ia juga menyebutkan pendidikan terhadap anak juga harus ditingkatkan agar dapat mecegah stunting dari dini.
“Pengetahuan mendidik kurang. Makanya sosialisasi ini tau generasi cerdas di masa yang akan datang,” tuturnya. (Ayi)