Infosumbar.net – Bandar Udara Internasional Minangkabau (BIM) sempat tutup beberapa kali akibat abu vulkanik Gunung Marapi, terdeteksi telah sampai di bandara, dan dapat membahayakan penerbangan.
Terakhir, Otoritas Bandara Wilayah 6 melaporkan BIM ditutup sementara pada Kamis (29/2/2024) pada pukul 18.00 WIB dan dibuka kembali pada Jumat (1/3/2024).
Bandara ini, berjarak sekitar 23 km dari pusat Kota Padang dan terletak di wilayah Ketaping, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman
Lalu, bagaimana sejarah berdirinya bandara kebanggan masyarakat Sumatera Barat ini?
Dikutip dari laman resmi Angkasa Pura II, www.angkasapura2.co.id pada Sabtu (2/3/2024), BIM merupakan bandara bertaraf internasional utama di Sumatera barat, yang mulai dibangun pada tahun 2002, serta neroperasi pada 22 Juli 2005.
Adapun BIM sendiri menggantikan Bandara Tabing, dan menjadi satu-satunya bandara di dunia yang memakai nama etnis, yakni Minangkabau.
Sejumlah penerbangan yang dilayani bandara ini sama seperti bandara sebelumnya, yaitu Bandar Udara Tabing.
Untuk penerbangan domestik, antara lain dengan Jakarta, Surabaya, Batam, Medan, Bengkulu, Sungaipenuh, Sipora dan Bandung. Sementara untuk penerbangan internasional yaitu dengan Kuala Lumpur
Habiskan dana hingga 97,6 milliar rupiah.
Menjadi pengganti Bandar Udara Tabing yang sudah 34 tahun digunakan, dan tidak lagi memenuhi persyaratan dari segi keselamatan, pembangunan BIM menghabiskan biaya hingga 9,4 miliar Yen, atau sekitar 97,6 milliar rupiah.
Dengan 10% di antaranya merupakan pinjaman lunak dari Japan Bank International Coorporation (JICB). Konstruksinya melibatkan kontraktor Shimizu dan Marubeni J.O. dari Jepang, dan Adhi Karya dari Indonesia.
Bandar udara ini adalah bandara kedua di Indonesia setelah Soekarno-Hatta yang pembangunannya dilakukan dari awal.
Rencana induk pembangunan bandara ini dilakukan dalam tiga tahap, tahap keduanya dimulai pada tahun 2010.
Ditetapkan sebagai Embarkasi dan Debarkasi
Satu tahun setelah beroperasi, tepatnya pada tahun 2006, BIM ditetapkan oleh Kementerian Agama sebagai tempat embarkasi dan debarkasi haji.
Bandara ini, menjadi embarkasi dan debarksi untuk wilayah Sumatra Barat, Bengkulu dan sebagian Jambi.
Daya Tampung 5,9 juta penumpang per tahun
Awalnya, Penerbangan domestik dan internasional dilayani oleh terminal seluas 20.568 m², yang berkapasitas sekitar 2,3 juta penumpang setiap tahunnya.
Namun, Pada tahun 2017, bandara ini akan diperluas dua tahap hingga mencapai 49.000 m². Dengan pengembangan itu nantinya akan bisa menampung sekitar 5,9 juta penumpang per tahun.
Bandar Udara Internasional Minangkabau berdiri di atas tanah seluas 4,27 km² dengan landasan pacu sepanjang 3.000 meter dengan lebar 45 meter.
Sejak 1 Januari 2012, jam operasional bandara ini diperpanjang oleh PT Angkasa Pura II hingga pukul 00.00 WIB, yang sebelumnya hanya dibuka hingga pukul 21.00 WIB.
Sementara itu, Bandar Udara Internasional Minangkabau dapat menampung Pesawat Airbus A300, Airbus A319, Airbus A320,Airbus A330, Airbus A340, Airbus A350, ATR 72, Boeing 747, Boeing 777, dan McDonnal Douglas MD-11.
Kelengkapan fasilitas yang jauh berbeda dengan Bandar Udara Tabing, terbukti menggairahkan aktivitas penerbangan di bandara ini.
Hingga saat ini tercatat sebanyak lima maskapai penerbangan nasional dan satu maskapai penerbangan asing yang telah beroperasi di bandara ini. (Ayi)