Infosumbar.net – Akhir pekan, di hari Minggu, saatnya bagi masyarakat untuk berbelanja kebutuhan pokok di Pasar Sumani, Kecamatan X Koto Singkarak, Kabupaten Solok.
Mulai dari pagi hari, pasar tradisional ini sudah ramai dipadati oleh penjual maupun pembeli yang datang dari berbagai daerah.
Berabagai jenis barang, jasa, hingga makanan khas minang tersedia lengkap dengan berbagai rasa dan keunikan tersendiri.
Termasuk Sate Pical Amak Tati. Sate pical ini, punya cara unik dalam menarik pelanggan agar singgah dan mencicipi kenikmatannya.
“Aaaaaa tuuuuuuuu aaaaa ibukkkkkk….. aaa ambiakan. Aaa ambiakan duduaklah…. aaaaaaa tuuuuuuuuu…… “
Kalimat ini sering kali dilontarkan penjual, Desi Saputri (38) sembari mengambilkan pesanan sate bagi pelanggan.
“Kalau sate pical disini memang itu ciri khasnya, sudah dari dulu,”
Uci, sapaan akrabnya, mengaku sudah turun temurun dari sang ibu, Amak Tati, berjualan sate dengan cara berbeda dan unik dari yang lain.
Sejak tahun 1980, sang ibu sudah mulai berjualan dari pasar ke pasar. Mulai dari hari Senin di Pasar Muaro Paneh, Rabu di Pasar Talang, serta Minggu di Pasar Sumani.
“Cara unik seperti ini dilakukan untuk menarik pelanggan agar datang. Jadikan saat orang mendengar akan datang kesini dan tertarik untuk makan,” ujarnya.
Uci sendiri, berjualan Sate Pical di Pasar Sumani dari sehabis subuh hingga nanti pukul 5 sore. Dari waktu itulah, ia selalu memanggil pelanggan dengan cara unik tersebut yang sudah ia biasakan semenjak umur lima tahun.
Sebelumnya, sate ini dijalankan oleh sang ibu, Amak Tati. Namun karena sudah sepuh dan sudah mulai tidak bertenaga, uci melanjutkan dagangan orang tuanya.
“Jadi saya dulu waktu masih kecil sering dibawa ibu jualan. Karena saya sering melihat dan mendengar ibu, saya juga jadi terbiasa. Sejak umur lima tahun sudah bisa,” ucapnya.
Kemudian, kata uci, dulu pada awal awal berjualan, Sate Pical dihargai hanya Rp 50 rupiah.
Seiring berkembangnya zaman, kini ia menjual sate pical dengan harga Rp 8 ribu – Rp 10 ribu.
“Harganya tergantung. Kadang ada yang minta pakai daging ada juga yang tidak minta pakai daging,” imbuhnya.
Warga asli Bukittinggi yang sudah menetap di Kota Solok ini menuturkan, karena sudah sering terbiasa, ia mengaku merasa ada yang kurang jika berjualan hanya diam-diam saja.
“Karena saya sudah terbiasa, kalau saya hentikan himbauan untuk menarik pengunjung ini seperti si bisu manggaleh rasanya. Dan alhamdulillahnya walaupun setiap pasar seperti ini suara saya tidak pernah habis, tenggorokan tidak pernah sakit” terang Uci.
Sementara itu, selain sate pical, Sate Pical Amak Tati turut menjual es tebak, lontong gulai, hingga sate dan pical biasa.
“Namun yang menjadi menu andalan memang sate pical,” tutupnya. (Ayi)