Infosumbar.net – Sepi pembeli tak hanya dirasakan pedagang pakaian di Tanah Abang, Jakarta maupun di Pasar Aur Kuning Bukittinggi.
Hal yang sama, juga turut dirasakan pedagang pakaian di Lantai II, Tahap IV, Pasar Raya Solok. Salah satu pedagang tersebut, adalah Darmawi (63) warga asli Pariaman yang sudah 20 tahun berjualan pakaian di Pasar Raya Solok.
Kata Darmawi, dalam keluh kesahnya kondisi Pasar Raya Solok kini jauh merosot dan sepi pengunjung.
“Jangankan orang yang beli, orang yang lewat di sini saja sangat jarang,” katanya pada Rabu (25/10/2023).
Sepi pengunjung seperti ini, sudah dirasakan Darmawi semenjak tahun 2021. Perlahan, menurutnya kebanyakan masyarakat banyak yang belanja secara online dan hanya menunggu barang tersebut di rumah.
“Toko online memang mempunyai pengaruh besar terhadap kami. Jadi banyak masyarakat yang beli online saja, dan enggan datang langsung ke pasar. Apalagi saat itu sedang ada pandemi yang mengharuskan warga berdiam diri di rumah,” ujarnya.
Oleh sebab itu, semenjak saat itu Pasar Raya Solok tahap IV yang khsusu menjual pakaian, tak lagi ramai dikunjungi.
“Ya mungkin salah satu alasan mengapa tanah abang dan Aur Kuning itu sepi, ya karena pedagang seperti kami yang biasanya sekali sebulan belanja stok pakaian, tidak lagi melakukan itu,” ungkapnya.
Terakhir, toko pakaian Darmawi membeli stok pakaian untuk dijual kembali adalah saat bulan puasa dan menyambut lebaran.
Memang, momen seperti inilah yang membawa berkah bagi pedagang pakaian dikala masyarakat menginginkan pakaian baru untuk menyambut hari yang suci.
“Semenjak itu, hingga kini sudah hampir lima bulan setelahnya saya sudah tidak belanja stok lagi, gimana mau nambah stok kalau yang ada saja masih seperti itu juga,” sebutnya.
Disamping itu, agar dagangannya laris, Darmawi bersama anaknya sempat mencoba peruntungan dengan mencoba berjualan online.
Namun, hal itu tidak berlangsung lama karena ada beberapa kendala yang dihadapi.
“Saya bersama anak-anak pernah juga jualan online, tapi tidak lama, karena kadang pakaian anak ini susah kalau tidak langsung dicobakan oleh sipemakai. Jadi tidak lanjut jualan onlinenya,” tandasnya.
Dengan demikian, omset yang diperoleh Darmawi kini turun drastis hingga bahkan sering tidak ada pembeli sama sekali.
“Kalau dulu, saat ramai ramainya, sehari saja saya bisa dapat omset Rp 10-20 juta. Kalau sekarang kadang sekali dua hari baru pecah telor,” pungkasnya.
Tak jarang memang, Darmawi dalam satu hari tidak pecah telor alias tidak ada pembeli sama sekali.
“Hari ini saja, sekarang sudah jam 12 siang tengah hari, dari pagi sampai sekarang belum ada yang beli satupun,” paparnya.
Kendati demikian, Darmawi tetap bertahan karena tidak ada pilihan lain selain terus berdagang dan berusaha.
“Mau gimana lagi. Saya masih akan tetap berdagang, semoga nanti bisa ramai seperti dulu,” tutupnya. (Ayi)