Infosumbar.net – Di Pasar Raya Solok, terdapat sebuah toko buku yang telah berdiri semenjak lima tahun kemerdekaan Indonesia.
Toko buku tersebut adalah Toko Buku Pustaka Tanah air, yang terletak di Blok Service Pasar Raya Solok.
Meskipun tampak seperti toko buku pada umumnya, toko buku ini sudah ada semenjak tahun 1950
Rizal Bakar (83) pemilik toko, mengatakan, sebelum bernama Toko Buku Pustaka Tanah Air, dulu toko buku tersebut berasal dari nama Belanda.
“Nama tokonya dulu Boekhandel yang dalam bahasa belanda artinya toko buku,” katanya kepada Infosumbar.net pada Sabtu (10/6/2023).
Saat itu, toko tersebut didirikan oleh orang tua Rizal, dan barulah beberapa tahun kemudian berubah nama menjadi Tanah Air.
“Kalau untuk penamaan Tanah Air, karena dulunya penerbit buku ada namanya Nusantara, Indonesia, kan Tanah Air belum ada. Makanya diubah menjadi namanya Tanah Air,” ujarnya.
Berkecimpung dengan dunia buku, sudah dilakoni Rizal semenjak dini. Bertemu buku setiap hari membuat dirinya gemar membaca berbagai jenis buku.
“Saya gemar sekali membaca buku. Banyak pengarang buku favorit saya dari Sumbar termasuk Hamka. Bahkan pada tahun 1965, saya sudah selesai baca buku Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan sudah nangis duluan,” ucapnya sambil diselingi tawa.
Apalagi, semenjak dulu, ia sudah dibiasakan untuk bisa mandiri dan membeli stok buku ke Bukittinggi.
“Dulu, saya masih ingat, waktu saya masih kelas enam SD, saya disuruh membeli buku ke Bukittinggi. Dulu letaknya di Jam Gadang, jadi saya dibekali peta agar mudah dalam membeli buku,” jelasnya.
Namun, dalam perjalannya, Toko Buku Tanah Air pernah terbakar pada tahun 1981. Saat itu, Pasar Raya Solok terbakar hebat, termasuk seluruh isi toko buku miliknya.
“Saat itu, malamnya saya berkata kepada karyawan bahwa saya sudah menyediakan peti yang dapat digunakan jika nanti terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan buku bisa diselamatkan di dalam peti tersebut. Saya katakan, kira-kira berapa lama buku disemua rak ini dapat kita pindahkan dan kosongkan ke dalam peti?,” ujarnya
Namun apa dikata, keesokan paginya, Pasar Raya Solok terbakar dan menghanguskan seluruh toko bukunya.
“Saya masih ingat saat itu Hari Senin, jam 9 pagi. Namun bulannya saya tidak ingat, di tahun 1981, dan menurut teman di Batipuh, dari Kubu Karambia saja apinya sudah kelihatan saking besarnya api kala itu,” ucapnya.
Satu yang ia ingat saat tokonya saat itu, Rizal tetap tenang dan tidak panik meski seluruh tokonya sudah habis terbakar.
“Satu yang saya pegang teguh adalah jangan kehilangan akal saat terkena musibah, saya tetap tawakal dan bersabar,” katanya.
Tak hanya itu, sekitar tahun 2000 , tokonya kembali terbakar dan kembali menghanguskan seluruh toko.
“Iya, tahun 2000an ini terbakar juga toko buku ini,” katanya.
Meskipun demikian, berkat ketekunan dan kegigihannya, Toko Buku Pustaka Tanah Air masih bertahan hingga sekarang.
“Dan toko buku Tanah air sendiri memiliki cabang lain total ada tiga toko buku tanah air milik saya,” imbuhnya.
Berbagai jenis buku bacaan dan alat tulis dijual di Buku Tanah air seprti buku agama, sastra, novel, buku pengetahuan umum, dan perlengkapan buku dan alat tulis yang lengkap.
Berkembangnya zaman, membuat buku kini kurang diminati dan minat baca yang juga ikut berkurang.
“Apalagi penerbit kan sekrang juga banyak bangkrut. Minat baca juga kurang. Saya, dulu terpilih sebagai pembaca sumpah pemuda saat berumur 18 tahun karena saya gemar membaca dan aktif berorganisasi, padahal saya hanya tamatan SD,” ungkapnya.
Oleh karena itu, ia berharap generasi muda tetap menjadikan membaca sebagai kegemaran.
“Walaupun sekarang sudah ada HP, saya harap generasi muda tetap menjadikan membaca sebagai hobi,” tutupnya. (Ayi)