Infosumbar.net – Pada penutupan event Rang Solok Baralek Gadang (RSBG) Minggu (25/09/2022) dilakukan dengan makan nasi Baronjin ditengah hamparan sawah Kota Solok.
Nasi Baronjin meru
pakan nasi yang dibungkus dengan daun pisang yang di dalamnya sudah diisi dengan lauk seperti rendang dan kalio talua serta berbentuk kerucut.
Ketua Bundo Kanduang Kota Solok Sitta Novembra mengatakan bahwa Nasi Baronjin ada ketika Pai Pulang Tunduak dimana ketika anak daro telah menikah atau Baralek, saat Pai Tunduak, pihak keluarga marapulai akan memberikan Nasi Baronjin.
“Di dalam Nasi Baronjin sudah disediakan lauk seperti Randang dan Kalio Talua. Barojin itu maknanya runcing namun tidak melukai. Jadi bentuknya kerucut seperti makna saat membuka nasi tersebut filosofinya saat memasuki kehidupan rumah tangga sampai kedalamnya, itulah keluarga dengan penuh warna warni seperi lauk didalamnya,” katanya.
Kemudian, pada sajian makan baronjin RSBG ada juga Limeh atau Dulamak. Isinya ada tempat samba atau lauk yang disebut limeh dari daun pisang.
“Orang dulu, makan pakai sudu yang terbuat dari daun pisang. Di dalam limeh juga ada makanan tradisional seperti nasi lamak sarikayo. Dari sergi rasa beda dengan nasi yang dibungkus kertas nasi. Rasa dan pesona daun aromanya beda. Saat membuka daun, aromanya khas dan akan menyebar sehingga menambah nafsu makan,” tuturnya.
Selanjutnya, dalam mempersiapkan makan baronjin pentutupan event RSBG, Bundo Kanduang dari kelurahan dan kecamatan di Kota Solok. Ia menyebutkan, melibatkan Bundo Kanduang yang dibagi per kelurahan sebanyak delapan dulang. Isi satu dulang tiga nasi baronjin. Samba atau lauk untuk tiga orang dan totalnya ada 120 dulang dikali tiga, total 360 nasi baronjin pada penutupan ini.
“Kami Bundo Kanduang membudayakan Nasi Baronjin. Biasanya kan ditempat lain makan makan bajamba. Di Kota Solok memperkenalkan makan baronjin. Kalau tidak ditampilkan pada event besar ini, takutnya nanti orang tidak tau apa itu makan baronjin Dan memang khasnya memakai daun pisang yang kokoh berbentuk kerucut,” tandasnya.
Sementara itu, selain melestarikan makan baronjin Bundo Kanduang Kota Solok juga bertekad untuk menanamkan adat budaya sedari dini. Dengan mengenalkan adat budaya, jenis makanan, pakaian, adat istiadat sedari dini dengan mengenalkan sumbang 12 dan kato nan ampek melalui pendidikan di sekolah.
“Kami memberikan materi kepada anak-anak sesuai dengan porsinya namun tetap dengan tema yang sama yaitu sumbang 12 dan kato nan ampek aman. Bundo Kanduang bertekat dengan Disdik Kota Solok dan disambut dengan muatan lokal Bahasa dan Satstra Minangkabau untuk tetap lestarikan adat dan budaya Minangkabau,” tutupnya. (Ayi)