Infosumbar.net – Besok, negara Indonesia akan memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke -77, hari spesial ini selalu diperingati pada tanggal 17 Agustus setiap tahunnya, tidak hanya di tanggal 17, memasuki bulan Agustus semarak dan ornamen merah putih sudah mulai dirasakan.
Peringatan hari besar ini merupakan momentum yang sangat penting bagi bangsa Indonesia, sebagai salah satu kilas balik atau mengingat perjuangan para pahlawan dalam meraih kemerdekaan negara Indonesia. Pada tanggal 17 Agustus tahun 1945, naskah proklamasi dibacakan oleh Soekarno dan Mohammad Hatta.
Mohammad Hatta atau yang sering kita ingat Bung Hatta merupakan seorang pemikir, negarawan dan diplomat yang begitu disegani, tidak hanya di Indonesia bahkan dunia Internasional.
Jujur, lugu dan bijaksana begitulah kata-kata yang digunakan oleh Iwan Fals untuk menggambarkan sosoknya.
Hatta lahir dengan nama Mohammad Athar pada tanggal 12 Agustus 1902 di Bukittinggi, Provinsi Sumatera Barat. Keluarganya memiliki latar belakang yang begitu religius, kakeknya merupakan ulama terhormat di Batu Hampar, Ayahnya H. Mohammad Jamil meninggal sebelum ia berusia 1 (satu) tahun. Kemudian ia dibesarkan oleh keluarga Ibunya yaitu Siti Saleha
Memasuki usia dewasa, Mohammad Hatta menempuh pendidikan di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs), sejak masih belia intelektualitasnya sudah mulai terlihat, di usianya yang sangat muda, ia juga sudah mulai tertarik di dunia politik, dan banyak membaca surat kabar yang meliput politik kebangsaan.
Pada tahun 1922, Hatta pergi ke Belanda untuk menempuh pendidikan di Handels Hoge School atau Sekolah Tinggi Bisnis Belanda, selama di Belanda ia muncul sebagai tokoh penting dalam organisasi nasionalis atau Perhimpunan Indonesia dan menjadi ketua pada tahun 1930. Setelah itu ia memperoleh gelar Doktorandus pada tahun 1932,
Saat kembalinya ke Indonesia, Hatta menjadi tokoh yang paling berpengaruh di dalam negeri, bersama Sutan Syahrir ia menggerakkan Pendidikan Nasional Indonesia (PNI) atau yang kerap dikenal dengan PNI baru. Namun sikap Belanda pada masa itu sangat keras dibandingkan di tempat asalnya, sehingga membuat pergerakan PNI sedikit mengalami kendala.
Pada Februari 1934 ia ditahan bersama Sutan Syahrir dan anggota PNI lainnya di penjara Glodok, ia kemudian di tanah merah tanpa proses pengadilan, selanjutnya pada tahun 1936 ia dipindahkan ke Banda Neira dan bertemu dengan tokoh lainnya yaitu Tjipto Mangoenkoesoemo dan Iwa Kusumasumantri. Saat pengasingan, ia menulis artikel-artikel untuk koran di Jakarta dan majalah-majalah lainnya.
Artikel yang dibuat Mohammad Hatta pun tidak terlalu bermuatan politis. Tulisan-tulisannya justru lebih bersifat menganalisis dan mendidik pembacanya.
Singkatnya, pada saat Jepang menduduki Indonesia, Mohammad Hatta dibebaskan dan dijadikan penasihat oleh pemerintahan Jepang. Hal ini dimanfaatkan oleh Mohammad Hatta untuk membela kepentingan rakyat Indonesia.
Pada pendudukan Jepang ia banyak berperan di beberapa organisasi seperti Poetra Tenaga Rakjat (Poetra) sebagai wakil Ketua, anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Republik Indonesia (BPUPKI) dan anggota di Panitia Persiapan Kemerdekaan Republik Indonesia (PPKI).
Seiring dengan revolusi masyarakat Indonesia yang mulai tidak terbendung, Hatta bersama Soekarno tampil sebagai pemimpin utama dalam gerakan tersebut. Setelah perjuangan panjang, hingga akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1945 ia menjadi salah satu proklamator Indonesia. (Leo)