Padang, (infosumbar) – Kemarin tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat berhasil menangkap seorang yang diduga melakukan tindak pidana perdagangan satwa dilindungi jenis Owa Ungko (Hyblobates Agilis) pada Minggu (31/10) sekitar pukul 19.00 WIB.
Pelaku berinisial RP alias T (24 tahun), tertangkap tangan di depan Puskesmas Kayu Tanam kecamatan 2×11 Kayu Tanam Kabupaten Padang Pariaman.
Barang bukti yang diamankan dari pelaku yakni, satu ekor anak Owa Ungko (Hylobates agilis) dalam keadaan hidup. Dua kepala Kijang dan satu kepala Rusa yang telah diawetkan.
“Tersangka dan barang bukti kemudian diserahkan ke penyidik Polda Sumbar untuk proses lebih lanjut,” kata Kepala BKSDA Sumbar, Ardi Andono di Padang, Senin.
Dikutip dari laman wikipedia, Owa ungko (Hylobates agilis) adalah sejenis kera arboreal yang termasuk ke dalam suku Hylobatidae. Secara lokal dikenal dengan nama ungko atau wau-wau, dalam bahasa Inggris ia disebut agile gibbon atau black-handed gibbon.
Warna rambut di tubuh Owa Ungko bervariasi mulai dari bungalan (cokelat kekuningan pucat), jingga kemerahan, cokelat kemerahan, cokelat, atau kehitaman. Owa ungko memiliki alis dan berewok, cambang/rambut pipi dan jenggot berwarna keputihan. Pada beberapa kondisi, betina owa ungko dapat kehilangan atau berkurang warna putih di alis dan pipinya.
Anak jenis agilis memiliki alis dan berewok putih yang menyambung, melingkari wajah yang berwarna hitam secara penuh. Anak jenis unko memiliki alis dan jenggot yang terputus, diseling oleh warna gelap; sementara putih alis dan berewoknya agak berwarna krem atau kecokelatan kotor
Owa ungko adalah satwa monogami yang memiliki pasangan sekali seumur hidup. Keluarga owa ungko membentuk dua bentuk perilaku unik yaitu monogami dan “menyanyi”. Rata-rata satu kelompok keluarga owa ungko terdiri dari empat ekor. Satu kelompok ini terdiri dari pasangan jantan dan betina, anakan remaja, dan seekor bayi.
Ketika satu individu Owa ungko dewasa memisahkan diri dari kelompok asal kelahirannya, mereka akan mencari pasangan yang akan menghabiskan sisa umurnya bersama. Ikatanan monogami ini sangat penting saat membesarkan anak dan untuk mempertahankan kawasannya.
Owa ungko mempertahankan kawasannya dengan “bernyanyi” saat pagi hari. Nyanyian singkat umumnya berupa duet dan merupakan cara mereka untuk mempertahankan kawasannya.
Ketika bernyanyi tidak cukup untuk mengusir pendatang, pasangan owa ungko akan mengejar penyusup itu hingga keluar dari kawasan mereka.(*/agp)