InfoSumbar.net – Banjir yang menggenangi ratusan rumah warga di tiga Kecamatan Padang Pariaman berangsur surut sejak pagi tadi.
Ratusan warga yang sejak dini jari diungsikan sudah kembali ke rumah masing- masing.
Dilokasi bekas banjir si Nagari Kampung Gelapung Ulakan yang merupakan salah satu daerah terparah direndam banjir terlihat aktivitas warga membersihkan rumahnya masing masing.
Seperti halnya yang dilakukan oleh Al Fajri warga Kampuang Galapuang Ulakan, bersama keluarganya sudah sibuk membersihkan lumpur yang menghinggapi rumahnya pasca terendam banjir setinggi 100 cm lebih, Sabtu (5/10/2024) dini hari tadi.
Di bawah terik matahari pukul 12.00 WIB, saat kondisi langit biru cerah. Bermodal cangkul dan sekop Al Fajri bersama beberapa orang keluarganya mengeluarkan lumpur dari dalam rumah.
Terlihat adik perempuannya menggeser lumpur tanah itu dengan sekop ke bagian luar, lalu, Al Fajri membawanya ke laur perladangan.
Meski ari masih menggenangi perladangan rumahnya, Al Fajri sudah mengangsur pula menjemur baju dan kursi sofa di sekitar genangan itu.
“Kemaren (Jumat) air naik ba’da maghrib, setelah hujan sejak siang. Kami sempat mengungsi ke mushola karena rumah sudah terendam,” ujar dia.
Fajri menyebut, banjir hampir setiap bulan terjadi di kediamannya, hanya ketinggiannya saja yang berbeda-beda.
“Kalau yang sampai ke jalan, minimal enam kali satahun. Selebihnya hanya menggenang di halan saja,” tuturnya.
Air sampai kejalan bisa menggenang setinggi dada orang dewasa, kondisi itu terjadi jika hujan terjadi hampir merata di sekitaran Padang Pariaman.
Pernyataannya tersebut, menjelaskan bahwa pekerjaan yang ia lakukan siang ini adalah pekerjaan rutin setiap tahunnya.
Sudah menahun melakukan rutinitas serupa ini, Al Fajri menilai tidak pernah ada solusi konkrit dari pemerintah Kabupaten Padang Pariaman.
Ia menilai kejadian setiap tahun ini seharusnya sudah menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah untuk mencarikan solusi.
“Tapi sampai sekarang hanya pendataan dan pendataan terus yang dilakukan pemerintah saat banjir terjadi,” tuturnya menghela nafas panjang.
Pendataan tersebut, menurutnya kadang berujung bantuan, kadang hanya sebatas janji-janji tak pasti.
Sebagai penyintas dalam bencana ini, Al Fajri bersama warga lain Syamsul Bahri sepakat bahwa perlu adanya normalisasi di sungai batang ulakan.
Menurutnya kondisi sungai itu setiap tahunnya makin sempit karena adanya pertumbuhan pembangunan di sekitar lokasi.
Selain itu kedalaman sungai juga sudah makin dangkal, sehingga sebentar saja hujan terjadi air sudah mulai merendam permukiman masyarakat.
Ia juga menyebut kondisi batang ulakan ini juga tidak memiliki muara seperti sungai lain, hal ini seharusnya bisa dicarikan solusinya oleh pemerintah.
“Kami mohon sekali untuk ada penanggulangan, semoga apa yang kami alami dan rasakan bisa didengar pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan balai sungai,” tutur Zul Bahri menyambung percakapan tersebut, sembari berdiri di depan Alfajri.
Meski sudah membersihkan rumahnya, ancaman banjir kembali datang masih menghantui keluarga Al Fajri, cuaca di daerah tersebut beberapa hari belakang memang sedang tidak menentu.
Bisa saja setelah rumahnya bersih, hujan datang lagi, banjir merendam lagi, Al Fajri dan keluarga mengungsi lagi dan besoknya bersih-bersih rumah lagi.
“Beginilah, tidak ada perhatian pemerintah, kami harus berusaha sendiri,” tuturnya.
Hujan deras yang mengguyur sebahagian besar wilayah Padang Pariaman telah menyebabkan terjadinya longsor dan banjir di wilayah itu.
Dari informasi yang disampaikan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Padang Pariaman hingga Sabtu (5/10/2024) dini hari pihaknya mencatat telah terjadi empat bencana longsor dan tiga bencana banjir di wilayah tersebut.
“Perlu kami informasikan terkait bencana banjir dan longsor ada 7 titik bencana banjir dan longsor di kabupaten padang pariaman,” tutur Sekretaris BPBD Padang Pariaman, Ade Mahriyal di lokasi banjir Kampung Gelapung Ulakan, Sabtu dini hari.
Ia menjelaskan, terdapat 4 Kecamatan terdampak bencana longsor yakni di Kecamatan VII Koto Sungai Sariak, Kecamatan Batang Gasan, Kecamatan V Koto Kampung Dalam dan Kecamatan IV Koto Aur Malintang.
Sedangkan musibah banjir dilaporkan melanda Kecamatan Ulakan Tapakis, Kecamatan Nan Sabaris, dan Kecamatan Enam Lingkung.
Dia menerangkan, untuk bencana banjir yang terparah berada di Kecamatan Ulakan Tapakis yang mana ketinggian banjir di daerah tersebut mencapai sepinggang orang dewasa.
(*)