Padang panjang, (infosumbar) – Jika anda pengkoleksi barang-barang kuno, tak salah kiranya untuk mampir ke Padang Panjang, tepatnya di jalan lingkar belakang Pasar Pusat Padang Panjang. Di tempat ini, akan tampak terpajang deretan mesin jahit manual. Jika diperhatikan lebih detail, maka akan ditemukan beberapa unit mesin yang sudah sangat uzur.
Mesin jahit tersebut diperkirakan berusia 100 tahun. Mesin tersebut berada di kedai milik Abdul Aziz (68). Oleh pria asal Kampung Jambak, Kelurahan Guguk Malintang, Kecamatan Padang Panjang Timur (PPT) itu, deretan mesin jahit itu adalah mesin-mesin pengadu peruntungannya lewat usaha service dan jual beli mesin jahit.
Ditemui Kominfo Padang Panjang, ia tampak menggunakan topi cap, baju kaos krah putih dan celana jeans. Sembari menyurut kopi yang ada di dekat jejeran mesin jahit itu, pria berperawakan kurus itu sesekali menatap ke depan, berharap ada pelanggan yang datang.
“Dulu pernah usaha ini (jual beli mesin jahit) sekitar tahun 70-an,” katanya bercerita dalam bincang-bincang rileks.
Kini, usaha itu dia geluti kembali, bersamaan dengan permak celana jeans sejak tiga tahun silam. Ia semp,at banting stir menjadi tukang ojek. Tapi, putaran roda tak membawanya ke arah yang lebih beruntung hingga ia memutuskan kembali ke profesi lamanya. Ia kembali menjalankan usaha itu lantaran tak mau berpangku tangan.
“Setelah berhenti mengojek roda dua dari tahun 2002 hingga 2018, saya terpikir untuk membuka kembali service mesin jahit dan permak levis. Keahlian itu masih saya miliki,” tuturnya.
Meskipun menurut Aziz usahanya ibarat rezeki harimau, dia tetap optimis harapan itu ada. “Ketika lagi banyak service dan permintaan mesin jahit, bisa untuk kebutuhan sekian hari. Memang kondisi Covid-19 mempengaruhi usaha saya, kadang seminggu tidak jual beli,” ujarnya.
Ia berkisah, layanan yang ia berita tak sekedar jahit menjahit dan servis. Di hadapannya ada sederet mesin jahit yang beberapa di antaranya terlihat sudah sangat uzur. Usut punya usut, mesit jahit yang tertata apik di dalam dan di luar sebuah kios kayu berwarna putih yang mulai memudar bermerk Singer keluar Jerman tahun 1930. Bahkan, katanya, ada yang lebih tua lagi. Buat Amerika dengan merek Standar yang merupakan hasi produksi tahun 1920-an. Bisa jadi, usianya sudah 100 tahun alias satu abad.
Aziz menawarkan harga service mesin jahit, jelas Aziz, bervariasi dan tergantung kerusakan. Berkisar Rp 150.000 sampai dengan Rp 250.000. “Sepanjang onderdilnya ada untuk diganti, Insyaa Allah bisa diperbaiki. Selama ini yang service, Alhamdulillah tidak ada yang komplain,” tuturnya.
Untuk mesin jahit tertentu keluaran lawas tahun 1920-1930, kata Aziz, bila dia jual bisa mencapai Rp 1,5 juta-2,5 juta. “Mesin tua itu besinya bagus. Buatan dulu beda sekali kualitasnya, tak seperti mesin sekarang yang besinya cepat memuai, rapuh. Mesin jahit dulu sampai cucu cicit, masih kuat,” jelasnya meyakinkan.
Sementara untuk membeli mesin jahit dari orang yang datang, Aziz cukup hati-hati, tak mau nanti mendapat barang curian dan dituduh penadah. “Dari gelagat, biasanya ada itu anak muda. Saya tak mau beli, karena curiga,” katanya. (*)