Infosumbar.net – Penghentian penerbangan yang dilakukan maskapai Citilink dari Bandara Internasional Minangkabau (BIM) ke Kuala Lumpur menyita perhatian dan pertanyaan dari masyarakat Sumatra Barat (Sumbar). Sebab, hingga kini, Citilink belum memberikan penjelasan mengenai keputusan tersebut.
Mantan Ketua Dewan Pimpinan Pusat Association of the Indonesia Tours and Travel Agencies (ASITA) periode 2011-2019, Asnawi Bahar, mengomentari situasi ini dengan mengatakan bahwa Citilink, sebagai anak perusahaan Garuda Indonesia, tampaknya tidak siap untuk bersaing dengan Air Asia.
Menurutnya, Citilink seharusnya dapat mengoperasikan penerbangan dari banyak kota ke Kuala Lumpur untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam melakukan perjalanan internasional.
Asnawi Bahar kepada Infosumbar mengemukakan bahwa momentum tingginya minat masyarakat untuk melakukan perjalanan ke luar negeri setelah pandemi seharusnya menjadi peluang bagi Citilink.
“Namun, fakta menunjukkan bahwa Citilink tidak mampu memanfaatkannya. Beberapa masalahnya, mungkin mereka ada masalah di manajemen, kekurangan armada pesawat, tergerusnya pangsa pasar oleh Air Asia, serta biaya terbang yang lebih tinggi dibandingkan dengan penerbangan domestik,” katanya, Rabu (21/6/2023).
Menurut Asnawi, sebagai anak perusahaan Garuda Indonesia, Citilink seharusnya dapat memanfaatkan peluang ini untuk setidaknya memperebutkan pangsa pasar dengan Air Asia. Namun, hal ini tidak terjadi, dan akhirnya Citilink terpaksa menghentikan penerbangan tersebut.
Asnawi berpendapat bahwa Citilink harus melakukan evaluasi terhadap manajemen dan sistem pengoperasiannya. Ia menyoroti bahwa Citilink dan Air Asia merupakan maskapai penerbangan dengan tarif rendah (low-cost carrier) yang seharusnya mencari biaya operasional yang rendah pula.
“Maka perlu ada perombakan total dalam jajaran manajemen dan direksi Citilink, karena tidak mampu bersaing dan memanfaatkan peluang yang ada,” bebernya.
Asnawi menambahkan bahwa Citilink tampak kurang maksimal dalam mempromosikan penerbangan internasional mereka, dan hal ini juga perlu dievaluasi lebih lanjut.
Ia menyatakan bahwa alasan di balik kurangnya promosi tersebut perlu dijawab oleh manajemen Citilink. Selain itu, Asnawi menyoroti pentingnya peran pemerintah dalam meminta pemerintah Malaysia untuk menurunkan biaya landing fee dan parking fee.
Ia mencatat bahwa Air Asia telah diberikan kebebasan untuk terbang ke berbagai destinasi di Indonesia, sementara maskapai Indonesia belum dapat terbang ke kota-kota lain di Malaysia.
“Penghentian penerbangan Citilink dari BIM ke Kuala Lumpur ini adalah indikasi bahwa Citilink telah kalah bersaing dengan Air Asia, yang mampu mengoperasikan tiga penerbangan dalam sehari dari BIM ke Kuala Lumpur,” ungkapnya. (Rga)