Cuaca ekstrem yang melanda kota Padang dalam beberapa hari belakangan, membuat para nelayan tidak bisa pergi melaut. Berdasarkan pantauan di lapangan, sejumlah kapal nelayan baik yang berukuran besar maupun kecil tampak berlabuh, tidak banyak aktivitas di kawasan Seberang Pebayan, Batang Arau.
Salah seorang nelayan yang di temui di tempat pengeringan ikan teri, Jumat (27/6), Sugiono (68) tahun mengatakan bahwa dirinya sudah beberapa hari tak bisa melaut, “Sudah tiga hari saya tak bisa melaut karena cuaca,” ujarnya.
Menurut perhitungan nya, dalam satu bulan memeng kerap terjadi badai selama beberapa hari, namun sekarang cuaca lebih tak bisa di perkirakan. “Biasanya kita lihat betul cuaca, baru kita pergi melaut,” sambungnya.
Sedangkan menurut Edmendra, Ketua Kelompok Nelayan Benteng Sepakat Kelurahan Purus, bahwa banyak kapal nelayan yang tak bisa melaut karena pengaruh cuaca dan karena mengalami kerusakan yang disebabkan hempasan gelombang, “Kalau yang terjadi saat ini lantaran pengaruh cuaca, ombak yang seperti ini kejadian sekali setahun, ombak yang kejadian sekali setahun,” ujarnya
Ia menambahkan, biasanya ombak besar mulai dari malam dan ketinggian ombak bisa mencapai tiga meter saat subuh, sehingga menyebabkan perahu-perahu yang berdempatan di purus mengalami kerusakan.
“Ada yang rusak ringan, ada yang rusak berat seperti hancur, santir patah. Biaya perbaikan dan ganti baru sekitar lima hingga enam juta. Untuk yang rusak berat ada sekitar tujuh hingga sepeluh perahu,” sambungnya.
Berdasarkan data yang di peroleh dari Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Ketaping Padangpariaman, Budi Samiaji bahwa gelombang laut mencapai ketinggian 2,5 meter dan perairan barat Mentawai mencapai 3 meter.
Sedangkan perkiraan cuaca Sumatera Barat tanggal 27 Juni 2014, Angin dari Barat Laut kec 15-35km/jam. Suhu maksimum 31°. Potensi cuaca ekstrim (hujan disertai angin kencang) 60 persen. (Arie Huda)