
Padang, (infosumbar) – Museum Adityawarman Kota Padang mengalami penurunan pengunjung sebanyak 50 persen sejak pandemi hingga sekarang.
Penjaga loket, Wandi (45) mengungkapkan sebelum pandemi ada sekitar 300 hingga 400an pengunjung harian yang datang ke museum.
Namun, sejak pandemi Wandi menyebutkan pengunjung museum per harinya paling banyak sekitar 100 sampai 200 orang.
“Bahkan dalam satu hari yang mengunjungi museum kurang dari 50 orang seperti hari Minggu ini,” katanya.
Sementara itu, Pemandu Museum, Mega Liberi (29) menjelaskan bahwa saat ini Museum Adityawarman sedang dalam tahap renovasi pameran dengan tema Kebudayaan.
Pameran tersebut biasanya memperlihatkan beragam koleksi, memberikan edukasi non-formal serta mengumpulkan, menyimpan dan memamerkan segala jenis koleksi adat.
Untuk pameran koleksi yang sedang diwacanakan dalam jangka waktu akhir tahun ini, mengangkat unsur yang tidak jauh dari ‘Kebudayaan Minangkabau’.
Mega menuturkan, dampak pandemi ini juga berlaku terhadap sarana dan prasarana disekitar museum serta pengurangan jumlah pengunjung yang menipis sekitar 50 persen dari biasanya.
“Pengunjung museum ini tidak hanya dari Sumatera Barat atau Kota Padang saja, tapi dari berbagai daerah diseluruh Indonesia yang ingin mendapatkan wawasan terkait budaya Minang,” ujarnya.
“Pembatasan Sosial Berkala (PSBB) dan larangan perjalanan bagi masyarakat kecuali karena alasan tertentu, menyulitkan rombongan kunjungan dari luar daerah untuk datang ke Museum Adityawarman,” jelasnya.
Disisi lain, Mega mengungkapkan bahwa pihak pengelola saat ini berfokus pada pameran sehingga terlihat beberapa permainan anak di taman gerbang depan sudah rusak dan tidak layak digunakan.
Menurutnya, anggaran yang ada akan dialokasikan terlebih dahulu pada pameran tersebut.
Setelahnya, pihak pemeliharaan museum akan melakukan perbaikan menyeluruh.
“Permainan anak pada tahun ini sedang dalam tahap perbaikan, sebab pihak pengelola museum berbeda dengan pemeliharaan taman. Secara keseluruhan, baik pemeliharaan museum dan taman sedang diproses perbaikannya,” ungkap Mega.
Musem yang diresmikan oleh Mendikbud sejak 16 Maret 1977 ini biasanya mengadakan pameran rendang, khasanah koleksi dan beragam tema lain yang ditentukan oleh pihak penyelenggara dan berdasarkan alokasi dana.
Sayangnya, kegiatan pameran tersebut belum dapat disaksikan oleh pengungjung asal Palembang yang sengaja mendatangi museum dengan tujuan pengenalan sejarah.
Baca juga :
Hari Ini Mentri Pariwisata Kunjungi Pesisir Selatan dan Padang Pariaman
Sejarah Panjang Fort de Kock Di Parijs Van Sumatera
Kawasan Tambang Batu Bara Ombilin Resmi Mendapat Status Warisan Dunia Dari UNESCO
Aisyah Ibrahim (41) bersama suami dan dua orang anaknya mengaku, sangat tertarik dengan budaya Minang yang khas dan unik.
Selain itu, secara geografis untuk aksesnya lebih mudah ditempuh dengan jalur darat (dari palembang ke padang).
“Sumatera Barat dikenal dengan tempat paling bersejarah di Sumatera, karena banyak pahlawan dan pejuang kemerdekaan lain yang berasal dari sini. Seperti Muhammad Hatta,” jelas Aisyah.
Ia juga mengungkapkan bahwa dari sekian banyak tempat wisata yang ingin dikunjungi di Sumatera Barat, Museum Adityawarman menjadi salah satu pilihan untuk memberikan edukasi sejarah pada anaknya.
“Biar anak-anak tidak tau sejarah hanya dari buku sekolah, tapi pengenalan secara lebih nyata dapat membantu proses belajarnya,” ujarnya.
Aisyah menyebut bahwa sarana dan prasarana Museum Adityawarman sudah cukup bagus, meski kondisi pandemi ini yang biasanya cendrung menjatuhkan ekonomi masyarakat.
“Pamerannya sedang renovasi sih jadi belum bisa liat, tapi lumayan tadi keliling melihat baju adat yang dipajang serta beberapa pernak-pernik khas Minang,” katanya. (fhr/sri)