“Pertumbuhan di Asia menjadi penyebab berkurangnya kasus kelaparan dan kemiskinan. Namun, perubahan iklim mengancam pertumbuhan ini,” papar Shannon Scribner, kepala kebijakan kemanusiaan Oxfam America. “Negara-negara memiliki peluang untuk menekan biaya biaya akibat bencana besar. Tetapi cara itu juga butuh persiapan dari sekarang.”
Menurut Oxfam, jumlah kematian manusia dalam serangkaian bencana di Asia melampaui segala upaya menanggulangi perubahan iklim. Tahun lalu, topan Haiyan menewaskan lebih dari 6.300 jiwa saat menerjang Filipina. Banjir besar pada Januari melumpuhkan aktivitas ekonomi di Indonesia. Nyaris delapan dari 10 orang yang meninggal dalam bencana alam sepanjang 2013 berada di Asia. Jumlah yang terlampau banyak, lantaran hanya 60% bencana yang terjadi di Asia, menurut kajian.
Perubahan iklim juga berdampak pada produksi pangan, khususnya di sebagian Asia. Sejumlah besar warga di beberapa bagian Benua Asia menggantungkan hidup pada sektor pertanian dan perikanan.
“Kalau pemerintah gagal mempersiapkan [respons terhadap] krisis, rakyat kecil akan paling kesusahan,” kata Scribner.
Tanggung jawab untuk mempersiapkan dan menangani perubahan iklim tak hanya berpaku pada pundak pemerintah Asia. Dalam lembar perjanjian politik demi menangkal perubahan iklim, yang disebut Kesepakatan Copenhagen, negara-negara maju berjanji akan membantu pendanaan $100 miliar per tahun. Dana akan digunakan untuk mendukung pertumbuhan berkelanjutan di negara-negara berkembang, yang kini dihadang perubahan iklim. (wsj)