oleh : Yonanda Darmawilya
Nil maiazar, sosok pelatih ambisius yang kini mulai tertekan oleh ambisinya sendiri. Seperti diketahui, semen padang memulai kompetisi liga 1 dengan buruk. Menang dikandang lawan, dengan menaklukan persegres adalah pencapaian tertinggi. Setidaknya mereka patut berbangga karena rekor buruk takpernah menang dilaga away pada tsc 2016 telah bisa dipatahkan.
Namun laga berikutnya seakan menjadi hari umpatan bagi para pecinta klub kebanggaan urang awak. Terbang kepulau dewata melawan bali united lalu pergi menghampiri mahakam melawan borneo fc, seakan menjadi pil pahit yang harus ditelan pasukan semen padang. Kalah 2-0 di bali dan 1-0 di samarinda lagi-lagi jadi hasil minus yang harus diterima.
Angin segar memang terjadi di laga berikutnya melawan persib bandung. Mengingat terakhir kali keduanya bertemu, semen padang selalu diatas kertas. Namun, anak asuh nil maizar tak bisa mengulang kembali pencapaian 4-0 atas maung bandung. Pada tsc tahun lalu. Mereka hanya mampu bermain 90 menit tanpa memasukan gol. Ini merupakan catatan mundur bagi semen padang atasi permainan persib.
Apakah regulasi yang diubah asosiasi menjadi penyebabnya? atau pengadil lapangan yang buruk? mengingat beberapa kali semen padang selalu dirugikan wasit menurut nil. Harus diakui kinerja wasit masih jadi catatan buruk sepak bola indonesia.
Memang dari kedua faktor tersebut dapat dikatakan berpengaruh. Namun apakah itu saja? Namapaknya tidak!. Materi pemain semen padang rasanya tidak ideal dengan target juara yang diusung manajemen. Pada tahun ini kabau sirah tidak banyak merombak skuad, bila berkaca pada tsc 2016 seharusnya disetiap lini harus ada perombakan.
Semisal posisi penyerang masih andalkan marcel sacramento, pada starting eleven. Tapi namapaknya uda nil sapaan akrab pelatih spfc melupakan kompetitor sepadan marcel. Terbukti hanya ada nama baru yaitu adi nugroho dan syamsul bahri yang sama-sama rekrutan yang diminta regulasi. Jam terbangnya belum matang meski visi bermainnya baik. Lalu baru saja meminjamkan mardiono ke persebaya seakan merampingkan skuad namun sekaligus merampingkan pilihan lain. Seharusnya irfan bachdim menempati posisi itu. Sayangnya irfan bachdim menolak bergabung dan memilih bali united.
Kehadiran didier zokora dan tambun naibaho diposisi midfielder masih kurang bertaji. Apalagi tambun yang belum kunjung berada di skuad utama. kedua pemain ini tampaknya menjadi blunder nil dalam belanja pemain.
Lalu muka lama masih dipasang pada sektor bek. Seperti casio, nofrianto, hamdi ramdan dan hengky sang kapten. Semen padang hanya menambah pemain pelapis dengan pemain muda dengan jam terbang yang minim.
Target juara nampaknya begitu berat bila disandingkan dengan skuad yang ada. Nil maizar nampaknya harus terus merotasi disetiap pekan skuad utama tiap kickoffnya melawan tim lain. Bukan hal mudah memainkan anak muda dan pemain kurang jam terbang lalu menyandingkannya dengan tim inti. Hanya hasrat nil maizar yang begitu kuat menurunkan. Tapi kenyataan dilapangan hasrat itu tidak berjalan baik.
Nil maizar sebaiknya berkaca pada skuadnya tahun 2011 kala merajai indonesia primer league. Meski dengan segala bentuk kekacau yang terjadi pada liga tersebut. Mulai dari menang wo dan jadwal yang diubah karena permintaan tim lawan. Setidaknya semen padang mendatangkan pemain yang cukup dikenal masyarakat bola indonesia. Sebut saja ferdinand sinaga dan abdurahman sebagai pelapis yang sepadan dikompetitor posisi mereka.
Kabar baiknya liga 1 baru beranjak dipekan ke delapan. Masih ada 26 pertandingan yang akan dilalui. Akankah jendela transfer putaran kedua layak ditunggu bagi kalangan pendukung semen padang. Apakah uda nil beserta manajemen berani mendatangkan pemain yang punya nama. Atau tidak sama sekali!. Yang pasti pendukung kabau sirah tak ingin kembali jengah dengan skuad yang ada. Skuad yang komposisinya tidak menarik.