Kebaikan itu amat sederhana, meskipun tidak semua orang dapat melakukannya. Kendati di tengah keterbatasan, selagi masih bisa untuk membantu seksama, maka lakukanlah – Silvia Avent Azwar.
Hal tersebutlah yang terucap oleh Silvia Avent Azwar (40), selaku Ketua Panti Asuhan Ashabil Rayyan yang beralamat di Jalan Makkah, samping Kantor TVRI Sumbar, Kecamatan Koto Tangah Kota Padang.
Kendati kehidupan sederhananya bersama anak-anak panti asuhan, raut wajah berserinya tidak pernah padam.
Seolah, hal yang baik akan mendatangkan kebahagiaan bagi jiwa raganya.
Namun, tiada yang menyangka di balik niat baiknya tersebut, masih ada cerita-cerita lain yang menerpa dirinya.
Silvia pernah berkali-kali dituding sebagai penculik anak.
Kini, hidupnya fokus mendedikasikan untuk keberlangsungan hidup di panti.
Silvia juga rela meninggalkan hidup yang diidam-idamkan kebanyakan orang, dari pegawai bank menuju pegiat di panti.
Berani Melawan Arus
Langkah panjang seorang Silvia nyatanya cukup berliku. Perempuan yang akrab disapa “Mama” oleh keluarga besar Panti Asuhan Ashabil Rayyan, sebelumnya berprofesi sebagai pegawai di salah satu bank di Kota Padang.
Namun, tidak berselang lama, Silvia merasa ada hal yang ia tidak dapatkan di situ.
“Saya memilih mundur kerja di bank karena ingin bebas. Namun, ada hal lain yang mendorong semua itu, saya ingin kembali terjun di aktivitas sosial, seperti saya pernah lakukan menjadi relawan dulu” paparnya.
Setelah itu, Silvia mencoba peruntungan berjualan nasi murah Rp 5 ribu.
Ia menggunakan sepeda dengan berkeliling di sekitaran Kota Padang, serta menyasar orang tidak mampu dan anak-anak jalanan.
“Saya juga menjajakan nasi tersebut ke panti-panti yang berada di Kota Padang. Namun di tengah perjalanan menjual nasi tersebut, banyak anak-anak jalanan yang mulai minta-minta di pinggir jalan,” ungkap dia.
Merasa prihatin dan iba, Silvia kerap membawa anak-anak jalanan tersebut untuk singgah di rumahnya di Kelurahan Jati, Kecamatan Padang Timur.
“Mereka secara terus-menerus datang dan mulai tinggal di rumah saya. Tak lupa juga, saya memperjuangkan anak-anak tersebut dengan jualan nasi lima ribu tadi,” kenangnya.
Di periode itulah, ia mulai mengenal lebih jauh kehidupan anak jalanan dan panti asuhan.
“Akhir tahun 2018, saya menemukan tempat ini (Panti Asuhan Ashabil Rayyan- red). Di mana pada saat itu, memang berdiri bangunan yang bermaterialkan kayu untuk menampung orang tidak mampu, namun dalam kondisi yang megap-megap,” tutur Silvia.
Hingga pada akhirnya, Silvia berbicara langsung dengan pemilik Panti Asuhan Ashabil Rayyan saat itu.
Setelah berbincang berulang kali, ia mendapatkan kepercayaan sebagai pemilik panti selanjutnya, hingga sekarang.
Sempat Dituding Penculik Anak
Selanjutnya, Panti Asuhan Ashabil Rayyan mulai menggeliat dan menasbihkan dirinya sebagai tempat berkumpulnya anak-anak tidak mampu.
“Memang pada dasarnya, anak-anak di sini tinggal dengan alasan yang cukup beragam. Seperti halnya, mereka datang diantarkan orang tuanya sedari kecil, dititipkan sementara orang tuanya, anak yatim, ditinggal paksa orang tuanya, dan lain-lain,” kata dia.
Adapun, ia bercerita bahwasanya ada orang yang menuding dirinya sebagai penculik anak. Saat itu, Silvia mencoba untuk mengajak anak seorang pemulung sekaligus pengemis yang masih belia dan diketahui putus sekolah. Ia melihat mereka tidak mengenakan alas kaki berjalan menyusuri panasnya aspal di Kota Padang.
“Anaknya berjumlah tiga dan dipaksa mengemis oleh orang tuanya. Saya sarankan untuk tinggal di Panti untuk mendapatkan kehidupan yang layak. Tapi, saya malah dilempari air dan disoraki sebagai penculik anak,” kenangnya.
Lantas, Silvia tak gentar menghadapi semua itu. Tujuannya tetap sama, yakni memperjuangkan semua anak yang tidak mampu, mendapatkan kehidupan layak dan mengenyam pendidikan setinggi mungkin.
Selain itu, ia menjelaskan karena jumlah yang kian hari, kian bertambah, Silvia mulai melakukan galang donasi ke sejumlah pihak. Tujuannya saat itu, untuk menghadirkan sebuah asrama dan tempat tinggal yang layak, agar tempat tidur antara laki-laki dan perempuan dapat dipisah.
“Alhamdulillah, ada yang membantu untuk membangun asrama ini. Mulai dari itulah, rezeki terus berdatangan dan anak-anak kian bertambah. Kini, total anak-anak yang tinggal di panti ini berjumlah 38 orang,” tuturnya.
Rintangan dan Harapan
Masa pandemi turut menghantam segala lini kehidupan, salah satunya kehidupan di Panti Asuhan. Meskipun begitu, Silvia tetap tegar dan berusaha menjalankan amanah yang telah ia emban tersebut.
“Memang kita kerap menemukan kendala, apalagi soal pangan,” terangnya.
Namun, bagi dirinya, kehidupan di panti akan terus berjalan, apapun rintangannya. Ia mulai mengabdikan sedari dini hari, mulai membangun anak asuhnya untuk Salat Subuh, hingga tidur paling larut setelah anak-anaknya tersebut tidur.
“Di panti asuhan, kami mengupayakan pola makan mereka bisa empat kali sehari. Selain itu, saya bersama pengasuh lainnya, turut mengantarkan 38 anak tersebut ke sekolahnya masing-masing, dan menjemputnya bila sudah pulang,” sebutnya.
Selanjutnya, setelah pulang sekolah, anak-anak panti bakal mendapatkan pendidikan tambahan, seperti Tadarus Alquran, belajar Iqra, pelajaran seputar Akidah dan Akhlak, hingga pendidikan agama lainnya.
“Kami juga mendatangkan guru ke panti asuhan. Ini merupakan upaya kami agar anak-anak senantiasa menjaga pendidikannya,” sebut dia.
Ia juga menyebut, Panti Asuhan Ashabil Rayyan belum pernah mendapatkan sumbangsih dari pemerintah. Kendati demikian, masih banyak donatur lainnya yang berbaik hati menyumbangkan donasi ke Panti Asuhan tersebut.
“Kami juga melangsungkan program orang tua asuh. Alhamdulillah, sekarang ada delapan orang tua asuh di sini,” lanjutnya.
Banyak harapan yang ia ucapkan. Di balik kesederhanaan hari-harinya di panti, ia berpesan di suatu hari nanti, tanah kosong yang telah menjadi kuasa panti asuhan tersebut, dapat dibangun asrama ataupun bangunan yang bisa dijadikan kelas pelajaran.
“Semoga ada masyarakat yang berbaik hati menyumbangkan rezekinya di sini. Bagi saya pribadi, saya hanya mengharapkan doa-doa dari segenap anak di panti, bahwa di kehidupan selanjutnya, kita dapat bertemu kembali di surga nanti,” tutup dia. (Rma)