
Mengantisipasi perubahan iklim yang berdampak pada ketahanan pangan, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) membuat Sekolah Lapang Iklim di sejumlah provinsi.
Sekolah Lapang Iklim nantinya akan memberikan informasi yang memadai kepada petani terkait perubahan cuaca dan dampaknya terhadap pertanian. Selain itu dibantu tenaga penyuluh pertanian nantinya juga akan dibuat kalender tanam, parameter iklim dan tanaman yang cocok pada iklim tertentu.
Program Sekolah Lapang Iklim sudah dimulai semenjak tahun 2011 lalu dan telah berdampak positif bagi petani. Saat ini Sekolah Lapang Iklim sudah ada di 25 Provinsi. “Kita sudah buat di 25 provinsi terutama di sentra padi,” kata Kepala BMKG Andi Eka Sakya dikutip dari Antara Sumbar.
Perubahan iklim membuat terjadinya kondisi iklim ekstrem. Salah satu dampaknya adalah banyaknya terjadi kekeringan di beberapa wilayah Indonesia. Tentu saja ini sangat merugikan petani dan berdampak pada ketahanan pangan.
Selain Sekolah Lapang Iklim, mengantisipasi perubahana iklim yang ekstrem, BMKG juga membangun sistem peringatan dini perubahan iklim, Climate Early Warning System (CEWS).
CEWS nantinya akan bertugas memprediksi kekeringan yang akan terjadi di wilayah Indonesia, terutama wilayah yang menjadi sentra pangan.