Infosumbar.net – Kabupaten Pasaman dikenal sebagai salah satu sentra penghasil ikan tawar dengan luas kolam perikanan lebih kurang 4.494 Hektar dan jumlah produksi mencapai 58 ribu ton ikan per tahun. Wakil Gubernur (Wagub) Sumatera Barat (Sumbar) Audy Joinaldy pun meninjau langsung potensi perikanan dari hulu ke hilir di Kecamatan Rao Selatan, Pasaman.
Audy mengunjungi Masiqa Salai, salah satu UMKM pengolahan dan pembenihan ikan lele asap di Rao Selatan. Meski bisa dikatakan masih industri rumahan, pengelolaan Ikan lele asap di Rao Selatan mampu memproduksi 700 kg Ikan lele asap setiap hari. Tak hanya di Masiqa Salai, beberapa pengolahan Ikan lele asap lainnya di Pasaman bahkan sudah mengekspor produk olahannya ke beberapa negara seperti Malaysia, Singapura, hingga Kenya.
Masiqa Salai merupakan salah satu UMKM yang telah didata akan memperoleh bantuan Sertifikasi Sistem Keamanan Pangan atau Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP). Dengan begitu UMKM ini bisa naik kelas dan mengekspor Ikan asap ke luar negeri seperti beberapa UMKM pengolah ikan asap lainnya di Rao Selatan yang telah mendapat bantuan serupa.
Meski kemampuan produksi sudah cukup baik dan sebagian sudah layak ekspor, usaha ini masih menghadapi kendala khususnya pada pemasaran ritel. Hal ini menurut Wagub disebabkan karena kemasan produk dirasa kurang menarik.
“Ini harus diupgrade packaging nya, jadi tidak apa-apa cost packaging naik sedikit tapi harga jual bisa lebih tinggi,” kata Audy, Senin (17/10/20220
Disamping pengolahan Ikan asap, Audy juga mengunjungi kelompok budidaya Ikan Mas Saiyo Saolo, masih di Kecamatan Rao Selatan. Kelompok ini beranggotakan 20 petani Ikan dengan total luas tambak yang dimiliki kurang lebih 20 hektar.
Saat ditemui Wagub para petani ikan yang tergabung dalam Kelompok budidaya Saiyo Saolo umumnya menyampaikan aspirasi yang serupa.
Abdullah, salah anggota kelompok mengatakan lahan tambak milik petani Ikan perlu dibantu tambahan jaringan pengairan sepanjang 5 km dan akses jalan yang mengitari kawasan tambak. Selain itu kelompok budidaya juga mengeluhkan margin pakan dan harga Ikan per kilogram yang dianggap relatif tipis.
Harga per kilogram Ikan Mas di tambak menurut Abdullah saat ini berkisar Rp.22.000,-. Sementara untuk kebutuhan pakan, pihaknya mengeluarkan Rp.13.500 per kilogram.
“Kendala kita disini butuh menambah jaringan saluran air, karena tambak disini memanfaatkan air dari gunung,” paparnya.
Disampaikan Wakil Bupati Pasaman Sabar AS, sebagian dari kebutuhan saluran irigasi sudah dibangun meski belum tuntas. Juga pembangunan pabrik yang diharapkan dapat menekan harga pakan, sehingga akan berpengaruh pada selisih margin penjualan.
Ditambahkan Wagub, margin juga bisa diperoleh dengan memberikan nilai tambah melalui variasi hilirisasi produk olahan. Dengan begitu pemasaran hasil ikan juga akan semakin meluas dan keuntungan petani ikan semakin besar.
“Karena kan kalau terpaku seperti ini saja pasarnya bisa jenuh. Kalau produk diolah, menjadi ada nilai tambah dan di-branding tentu pasarnya lebih luas dan tidak jenuh,” terang Wagub.
Ia juga menjelaskan beberapa program pelatihan peningkatan packaging yang disediakan pemerintah dan dapat diikuti kelompok budidaya. (*/peb)