Padang (infosumbar) -Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat (Sumbar) turunkan tim pananganan konflik satwa menanggapi informasi penampakan tiga satwa liar jenis harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) di Nagari Persiapan Balun Pakan Rabaa Tangah Kecamatan Koto Parit Gadang Diatas (KPGD) Kabupaten Solok Selatan (Solsel).
Kepala BKSDA Sumbar Ardi Andono, Senin mengatakan pihaknya telah menurunkan personil Seksi Konservasi Wilayah III Sijunjung untuk melakukan tindakan penanganan guna menciptakan ketentraman pada masyarakat dan juga demi keselamatan satwa dari tindakan pemburu liar.
“Langkah awal dari tim ini adalah mengumpulkan keterangan dari saksi mata, selanjutnya mencari jejak dilapangan serta memasang kamera trap, dari hasil tersebut akan dianalisa jumlah harimau, umur, dan ukuran serta jenis kelamin sebagai pertimbangan lebih lanjut,” ucapnya.
Ardi menghimbau kepada warga untuk tidak masuk ke kebun sendirian dan beraktivitas siang hari saja, mengingat satwa ini berburu pada sore, malam hingga pagi hari.
“Kami menghimbau masyarakat agar tidak masuk ke kebun sendirian dan membawa petasan untuk dibunyikan di kebunnya ketika sedang beraktivitas,” ucapnya.
Kepala Resort Solok Afrilius, Minggu mengatakan lokasi kejadian bersebelahan dengan kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat(Seblat) dan penanganan akan dilakukan agar masyarakat tenang dan dapat beraktivitas seperti biasanya.
“Kita akan lakukan penanganan agar masyarakat tenang dan dapat beraktivitas seperti semula, dilihat dari lokasi kejadian yang bersebelahan dengan kawasan TNKS kita akan lakukan pengusiran dengan menggunakan bunyi-bunyian dengan meriam karbit yang kita bawa,” jelasnya.
Afrilius melanjutkan, satwa liar jenis Harimau Sumatera adalah jenis satwa liar yang sangat menghindari kontak dengan masyarakat, diperkirakan karena habitatnya terganggu oleh aktivitas masyarakat serta tidak tersedianya kecukupan satwa mansa akibat perburuan yang dilakukan oleh masyarakat.
“Kalau benar informasi bahwa harimau tersebut adalah induk dan dua ekor anaknya, maka kemungkinan sang induk dalam masa menyapih anak untuk berburu satwa mangsa atau makanan,” katanya.
Ia mengatakan untuk menghindari hal-hal yang tidak diiinginkan dan sebelum tim turun kelapangan, kami sudah berkoordinasi dengan TNKS dan KPHL Batang Hari.
“Kami dari BKSDA juga sudah berkomunikasi dengan rekan-rekan dari TNKS dan KPHL Batang Hari serta berkoordinasi dengan Polsek setempat agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” ungkapnya. (nou)