InfoSumbar.net – Pengamat Politik Universitas Andalas, Sadri menilai kerasnya keterbelahan masyarakat di media sosial tidak akan berimbas pada kehidupan sehari hari di masyarakat Minang Kabau.
Dia meyakini hal tersebut berdasarkan kulture masyarakat minang yang realis dan rasional dalam bertindak terutama terkait pesta demokrasi lima tahunan ini
Dikatakannya, meski tidak dipungkiri terjadi keterbelahan di masyarakat bila dilihat dari media sosial hari ini khususnya di plafon facebook. Namun semua itu diyakini hanyalah sebuah dinamika yang tidak akan berujung pada tindakan tindakan fisik sebagaimana yang kita khawatirkan.
“Kalo milenial kan biasanya lebih bermain di instagram, twitter, tapi kalo generasi di bawah itukan rata rata bermainnya di facebook. Nah kalo di facebook itu kan banyak juga yang sudah faham bahwa itu dinamika, namun tidak sedikit juga yang mengganggap semua itu adalah situasi yang real,”
“Memang ada undang undang orang minang bahwa antara pergelutan kucing dengan tikus, bagi kucing itu hanyalah main mainan saja, tapi bagi tikus itu bunuh bunuhan,” tutur dia.
Sadri menimpali dengan realitas tersebut dirinya meyakini bahwa gejolak yang terjadi di media sosial hanya sebuah warna dalam dinamika perpolitikan di Sumatera Barat, khusunya Kota Pariaman. Untuk itu dia sangat meyakini semua yanga ada di media sosial itu tidak sama dengan kehidupan sehari hari di masyarakat.
“Bagi masyarakat pariaman saya fikir mereka sudah faham dengan dinamika itu. Karena saya yakin betul bahwa harimau kalo dia mengaum itu tidak akan nangkap orang,” jelas dia.
Dia menambahkan, pada umumnya masyarakat sudah memahami apa yang terjadi di media sosial tersebut hanyalah sebuah ‘pergelutan’ dalam sebuah dinamika politik.
Disamping itu aktor yang memainkan peran dimedia sosial tersebut merupakan aktor lama yang selalu tampil disetiap musim pemilu berlangsung.
“Saya tetap optimis semua itu hanya pergelutan saja. Karena yang ‘bermain’ dan membuat kekisruhan setiap pilkada itu itu saja orangnya. Jadi saya fikir waspada penting tapi tidak usah di masukan kedalam hati. Itu hanyalah dinamika dan romantika politik Pariaman begitu, langgamnya begitu,” tambahnya mengakhiri.
(*)