Infosumbar.net – Dugaan kekerasan di lingkungan pendidikan sempat mencuat awal Maret 2023 diiringi dengan beredarnya rekaman video dari sebuah lingkungan Pondok Pesantren di Padang. Ada beberapa orang yang diduga sebagai santri menerima perlakuan dari sejumlah orang yang diduga pengasuh pondok tersebut.
Belakangan diketahui, peristiwa ini berujung ke kantor polisi. Keluarga salah seorang santri, yakni berinisial “MH” tak menerima perlakuan tersebut. Menurut paman MH, Hendri Kasinger (36), peristiwa ini sudah dilaporkan keluarga ke pihak kepolisian di Padang, yakni di Polsek Koto Tangah.
“Kami sudah melapor ke Polsek Koto Tangah pada Selasa (7/3/2023) kemarin. Pas melapor, kami diminta untuk menunggu sampai ada panggilan,” katanya kepada infosumbar, Selasa (14/3/2023).
Hendri mengaku bahwa ia adalah salah satu keluarga yang melapor terkait dugaan kekerasan berupa pemukulan yang dilakukan pihak pesantren. “Dari pengakuan anak kami ini, pemukulan juga dilakukan ke santri lainnya. Namun hanya kami yang melapor ke polisi.” jelasnya.
Hendri mengaku, pemukulan yang dilakukan pengasuh tersebut berdampak kepada mental keponakannya dan ada perubahan pada sikapnya. “Memang untuk kondisi fisik di luar anak kami ini tidak bekas pemukulan, tapi dampaknya kepada mental. Kalau ditanya wajahnya terlihat ketakutan. Anak ini mengaku dipukul tiga kali,” jelasnya.
Hendri membeberkan, pasca anaknya dipukul, pihak pesantren sudah beberapa kali menghubungi orang tua si anak. Mereka meminta agar permasalahan ini untuk diselesaikan secara baik-baik.
Terpisah, Ketua Yayasan Shine Alfalah, Samsul Akmal yang dikonfirmasi infosumbar menyebut video yang tersebar sudah dipotong. Ia tidak memungkiri kejadian (pemukulan) tersebut. Namun posisinya ketika itu petugasnya melakukan pengamanan kepada santri yang menghilang dari asrama.
“Setelah dicari-cari, ternyata mereka berada di tempat rental handphone yang lokasinya berada di luar pesantren. Saat itu, ada sekitar 12 santri yang tertangkap basah berada di rental handphone tersebut,” katanya kepada Infosumbar, Rabu (22/3/2023).
Samsul menjelaskan, selama ini pihaknya sudah sering menerima laporan bahwa santri-santri memang pergi ke tempat rental handphone tersebut.
“Jadi anak-anak kita ini sudah kecanduan. Ketika maghrib mereka sudah hilang dan pergi ke sana. Awalnya ada petugas kita yang mengintai, karena kalau kita langsung, tentu tidak boleh masuk,” tuturnya.
Setelah diintai, kata Samsul, salah dari santri keluar dari rental handphone tersebut. Kemudian setelah di cek, kembali sekitar 12 santri berada di dalam sedang bermain gim.
“Salah satu petugas kita minta izin ke pemilik rental untuk menjemput anak-anak. Saat di suruh keluar, anak-anak ini ada yang lari, siapa yang tidak geram?,” jelasnya. (bul)