Infosumbar.net – Maraknya kasus bunuh diri yang terjadi dalam rentang waktu 13 hingga 17 November 2023 di Kota Padang mendapat perhatian dari berbagai kalangan. Kasus bunuh diri di Padang terjadi sebanyak 3 kali dalam selang waktu beberapa hari.
Kasus pertama, seorang wanita ditemukan dalam dalam posisi tergantung di lemari dalam kamar lantai dua penginapan. Korban nekat mengakhiri hidup dengan bunuh diri (13/11). Kasus kedua, selang 2 hari, pada Rabu (15/11) kasus bunuh diri kembali terjadi. Pria paruh baya asal Jawa Barat ditemukan gantung diri di sebuah rumah kawasan Jalan Seberang Palinggam, Kelurahan Seberang Palinggam, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang.
Berdasarkan data dari Kasi Humas Polresta Padang, Ipda Yanti Delfina korban inisial DS (54) tersebut ditemukan tergantung di pintu dapur oleh adik kandungnya pada Rabu malam (15/11). Kasus terakhir, ditemukannya mahasiswi Unand gantung diri di kamar kos, di daerah Jati, Kecamatan Padang Timur, Kota Padang (17/11)
Maraknya kasus bunuh diri di Kota Padang mendapat perhatian dari psikolog. Seorang psikolog, Kuswardani Susari Putri, Dosen Psikologi Unand sekaligus Psikolog Klinis, menyatakan pandangannya terhadap kasus bunuh diri secara psikologis. Menurutnya bunuh diri pada dasarnya merupakan gangguan psikologis yang berasal dari depresi. Bunuh diri terjadi dengan masalah dan gangguan kognitif yang dialami seseorang. Adapun salah satu gangguan kognitif tersebut yaitu depresi.
Depresi menjadi faktor kontribusi yang sangat besar untuk seseorang melakukan bunuh diri. Depresi ini diasosiasikan terhadap keadaan hopeless, dan keadaan berpikir layaknya tidak ada yang bisa menolong orang tersebut, serta tidak adanya harapan seseorang.
Kuswardani juga mentakan “seseorang yang melakukan bunuh diri dipelajari dalam psikologi dikarenakan adanya penilaian negatif seorang individu terhadap suatu hal. Suicidal person, yang bisa disebut pelaku bunuh diri biasanya menilai negatif terhadap dirinya sendiri, terhadap situasinya saat ini, menilai negatif pada masa depannya, serta memandang negatif pada dunia yang ada di sekitarnya. Hal inilah yang dihubungkan dengan masalah kognitif seseorang, dikarenakan dirinya memandang negatif seluruh hal yang terjadi dalam hidupnya”, ujarnya (20/11)
Dirinya juga menjelaskan penyebab bunuh diri secara psikologis. Akibat dari terjadinya depresi tersebut, memungkinkan seorang individu memandang dirinya menjadi tidak berharga, tidak berguna, dan memandang dunia menuntut terlalu banyak pada dirinya. Hal ini mengakibatkan cara berpikir dan cara pandang dirinya terhadap masa depan menjadi suram.
Hal ini menjadikan seseorang memandang, disaat satu dirinya gagal, maka ia pun merasa seolah-olah seluruh hidupnya gagal, hal tersebut disebut dengan automatic thoughts, sehingga menyebabkan disfungsi kognitif. Hal tersebut artinya tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Keadaan demikian dipicu dengan situasi hidup yang menekan, serta risiko dari melakukan segala sesuatu yang selalu gagal. Sehingga, saat seseorang pada skema kognitif yang demikian, terjadilah disfungsi kognitif. Hal tersebut menyebabkan seseorang melakukan bunuh diri.
Selain itu menurutnya, tindakan bunuh diri pada seseorang tidak terjadi begitu saja secara tiba-tiba. Kejadian ini juga tidak hanya terjadi dikarenakan satu kesalahan saja. Tindakan tersebut terjadi karena adanya kumpulan dari kesalahan dan pengalaman di masa lalu. Hingga sampai pada satu titik yang pada akhirnya menjadi sebuah tindakan nyata oleh seseorang untuk melakukan bunuh diri tersebut.
Adapun ciri orang yang ingin melakukan bunuh diri biasanya akan menyampaikan pesan pada orang-orang sekitarnya. Pelaku juga mengalami depresi. Menurutnya hampir 90% orang yang mengalami depresi berujung pada bunuh diri, meskipun tidak semuanya selalu demikian. Ini dikarenakan adanya pikiran yang seolah-olah tidak memiliki harapan lagi.
Kejadian bunuh diri ini juga dapat terjadi pada semua usia, terutama usia remaja dan usia produktif yang menjadi usia rentan. Menurutnya adanya gangguan kesehatan mental juga menjadi elemen yang paling umum terjadi pada bunuh diri. Gangguan kesehatan mental memainkan suatu peran penting pada perilaku suicidal person. Sehingga sangat penting adanya edukasi kesehatan mental bagi setiap orang.
Edukasi kesehatan mental perlu, dan sangat penting. Karena hal ini menjadi hak seseorang untuk memahami dirinya dan kesehatan mental dirinya. Hal ini sudah harus sama besarannya dengan saat kita mengatakan saat kita menghadapi sakit fisik. Ini menjadi hak asasi hidup seseorang. Sehingga hal ini tidak menjadi hal yang tabu lagi (*)