Infosumbar.net – Michael Herrera, seorang mantan Marinir Amerika Serikat (AS), memutuskan untuk mengungkapkan pengalaman luar biasa yang dialaminya saat menjalankan misi kemanusiaan di Padang pada tahun 2009 silam. Ia mengklaim telah melihat piring terbang atau UFO (unidentified flying object) bersama lima rekannya di sebuah bukit.
Pada saat itu, Herrera dan timnya ditugaskan untuk membantu dalam upaya pemulihan pasca gempa yang melanda Padang. Pada bulan Oktober 2009, dia bertugas menjaga penerjunan pasokan bantuan di Kota Padang. Saat itu, unitnya yang beranggotakan enam orang melihat benda aneh berbentuk segi delapan melayang yang tampaknya dipakai oleh pasukan rahasia AS.
Herrera bersama para rekannya mengaku melihat sebuah objek terbang yang tidak dapat dijelaskan secara rinci. Mereka menggambarkan objek tersebut sebagai piring terbang dengan cahaya yang terang dan bergerak dengan kecepatan tinggi di langit malam.
Saat itu, dilansir dari Detik, Herrera dan lima marinir diturunkan di tempat terbuka di bagian timur laut Kota Padang dengan helikopter dan mendaki untuk mengambil pasokan yang masuk. Saat itulah dia melihat benda aneh di sisi lain bukit.
“Saya bisa lihat sesuatu bergerak dan berputar. Warnanya berubah antara abu-abu matte yang sangat terang jadi hitam matte sangat gelap. Pesawat itu berputar searah jarum jam sambil mengubah warna. Ada dengungan terdengar. Bentuknya segi delapan dengan piramida di atasnya berwarna hitam,” katanya dalam wawancara bersama DailyMail baru-baru ini.
Herrera mencatat bahwa ukuran objek tersebut sangat besar, hampir sebesar lapangan sepak bola. Seluruh permukaannya dilapisi dengan struktur mirip sisik yang memiliki tepi tajam, menimbulkan dugaan bahwa objek tersebut buatan manusia.
Ketika Herrera dan kelima rekannya mendekati objek tersebut, mereka tiba-tiba disergap oleh delapan individu yang mengenakan pakaian kamuflase serba hitam lengkap dengan rompi anti-peluru. Mereka juga dilengkapi dengan senjata dan peralatan penglihatan malam kelas atas, yang umumnya digunakan oleh pasukan elit Angkatan Bersenjata AS.
“Mereka mengacungkan senjata ke arah kami. Siapa kalian? Apa yang kalian lakukan di sini?’ dua dari mereka berteriak dengan aksen Amerika. Mereka bilang kita tidak seharusnya ada di sana, dan mereka bisa membunuh kami,” klaimnya.
Herrera mengungkapkan bahwa saat dia sedang diperiksa, dia melihat orang lain membawa sebuah “kotak senjata besar” dan kontainer lainnya dari truk Ford yang telah dimodifikasi, kemudian mereka membawanya ke platform di bawah pesawat. Setelah dua truk terakhir selesai membongkar muatan, bagian bawah platform tersebut naik dari tanah dan menyatu dengan bagian pesawat.
“Dalam sudut pesawat, terdapat lampu yang berubah-ubah warna antara biru, merah, kuning, dan hijau. Pesawat tersebut kemudian naik ke udara dan melintasi pepohonan dengan kecepatan sekitar 4.000 mph menuju lautan. Kami benar-benar tidak bisa mempercayai apa yang kami saksikan,” cerita Herrera.
Selesai mereka diperiksa, senjata mereka akhirnya dikembalikan lalu mereka digiring untuk pergi oleh delapan tentara yang tidak diketahui identitasnya itu. Herrera bersama rekannya begitu takut sehingga memutuskan untuk diam tentang apa yang telah mereka lihat dan alami.
Misi kemanusiaan di Padang usai, Herrera dan timnya kemudian kembali ke Filipina. Setelah minum-minum di malam hari, mereka mendapati memori kamera dan ponsel mereka hilang. Pada awal Desember 2009, Herrera kembali ke Camp Hansen di Okinawa, Jepang. Saat itu dia disuruh melapor ke kantor dan berjumpa seorang Letnan Kolonel Angkatan Udara berseragam lengkap tetapi tidak beridentitas.
“Dia mulai memberi tahu saya, ‘Anda tidak diizinkan berbicara tentang apa yang terjadi, tidak pada rantai komando Anda, bahkan seorang jenderal. Kamu bisa masuk penjara, atau kamu akan mati,” kisah Herrera.
“Dia mengatakan kepada saya tutup mulut dan menyelipkan kertas pada saya. Satu-satunya hal yang dapat saya ingat adalah tertulis ‘TS/SCI’, Top Secret/Sensitive Compartmented Information. Dan ada Indonesia di dalamnya,” tambahnya.
Sejak saat itu, Herrera memilih bungkam dan tutup mulut selama kurang lebih 14 tahun. Ia baru mulai berani berbicara ketika bertemu aktivis UFO Dr. Steven Greer. Herrera dibujuk untuk berbicara dan Greer mencoba menghubungkannya dengan staf kongres dan AARO awal tahun ini.
Dia juga berencana menceritakan kisahnya pada konferensi pers di Washington DC yang diselenggarakan oleh Greer, bersama empat saksi UFO lainnya. Mantan marinir itu mengklaim lima mantan rekannya terlalu takut untuk maju dan menceritakan pengalaman mereka.