Sejumlah ilmuwan dalam dan luar negeri akan bekerja sama menilai risiko tsunami yang disebabkan oleh gempa bumi di wilayah Sumatera, khususnya di Mentawai Sumbar, dengan memetakan dasar laut dimana lempeng tektonik yang berbahaya akan bertemu.
Terkait proyek Mentawai Gap – Tsunami Earthquake Risk Assessment (MEGA-TERA) tersebut, sebuah kapal riset “R/V Falkor” dengan panjang 83 meter milik Schmidt Ocean Institute (SOI), sebuah organisasi swasta non-pemerintah (LSM) yang berbasis di Amerika, akan berlabuh pada tanggal 23 Juni, di Padang, Sumatra Barat. Ekspedisi dipimpin oleh ilmuwan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Earth Observatory of Singapore (EOS) di Nanyang Technological University (NTU), dan France’s Institut de Physique du Globe de Paris (IPGP).
“Proyek MEGA-TERA yang berteknologi tinggi ini akan menargetkan zona tumbukan (subduction zone) di wilayah Sumatera-Andaman, yang sejajar dengan sisi barat Sumatra dan Pulau Mentawai. Lokasi ini merupakan wilayah yang paling aktif secara seismik,” demikian isi rilis dari Kedubes AS, seperti dilansir sumutpos.
Dalam dekade terakhir, lokasi Sumatra-Andaman telah mengalami beberapa gempa bumi besar yang menyebabkan tsunami dengan ratusan ribu korban jiwa, termasuk Tsunami yang terjadi pada 24 Desember 2004 (Boxing Day tsunami) yang merenggut nyawa 230.000 orang. Penelitian ini bertujuan untuk membantu mengurangi potensi bencana dengan memungkinkan prediksi yang lebih baik dan penilaian risiko.
”Presiden Obama telah menekankan pentingnya kedua negara bekerja sama untuk mendorong kemajuan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan kami melihat banyak peluang, baik antarpemerintah maupun antarindividu untuk bekerjasama secara lebih besar yang dapat berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat Indonesia dan pemahaman ilmiah secara global. Salah satu prioritas baru dan penting untuk kami adalah untuk mendukung kegiatan Presiden Jokowi yang berhubungan dengan kemaritiman. Kami senang bahwa LSM Amerika, Schmidt Ocean Institute, telah memberikan jalur kreatif untuk memfasilitasi kerjasama penelitian antara ilmuwan Indonesia dan internasional tentang permasalahan penting yang berhubungan dengan bumi dan kelautan,” katanya.
Duta Besar Amerika Serikat, Robert Blake, menyampaikan bahwa Amerika Serikat bangga memiliki kemitraan yang mendalam dan berskala luas dengan Indonesia.
Direktur Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Dr. Haryadi Permana menambahkan, dengan pengetahuan yang lebih baik mengenai sifat-sifat tektonik, kita dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik untuk mengurangi risiko gempa bumi besar. ”Kita tidak ingin bencana yang sangat dasyat seperti di Aceh terjadi lagi di Padang atau di kota-kota lain yang berisiko tinggi,”.
Semua informasi dan data yang diperoleh dari ekspedisi ini, termasuk peta dasar laut beresolusi tinggi, akan dibagikan secara publik dengan ilmuwan lain dan organisasi penelitian.
Terlebih lagi, hasil ekspedisi ini akan menciptakan gambar terperinci dari zona terkunci yang dikenal dengan Zona Patahan Mentawai (Mentawai Gap).
Tidak ada satu orang pun yang dapat memprediksi kapan gempa bumi akan terjadi di wilayah ini, namun ketika terjadi, peneliti dapat memetakan lokasi dan mengidentifikasi kunci perubahan.
Ekspedisi internasional akan menghasilkan masukan-masukan penting untuk studi gempa bumi dalam laut dan kemampuannya untuk menyebabkan tsunami.
SOI merasa senang bermitra dengan LIPI dan institusi lain di Indonesia seperti Kemeterian Koordinator Bidang Kemaritiman (Kemenko Maritim), Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kemenko Kesra), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Informasi Geospasial (BIG), and Pemerintah Provinsi Sumatra Barat.
Ketika berada di Padang, LIPI dan SOI bekerjasama dengan Konsulat Amerika Serikat di Medan akan mengadakan kegiatan buka puasa (Iftar) dan tur ke beberapa kapal. Selain itu, Konsul Amerika, Robert Ewing, dan Manajer Kommunikasi SOI, Carlie Wiener, akan mengadakan serangkaian sesi outreach dan kegiatan buka puasa dengan mahasiswa membahas pentingnya kerjasama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi internasional. Sesi ini akan diadakan di Universitas Andalas dan Universitas Muhammadiyah.