Infosumbar.net – Sumarni (65) warga Pasar Minggu, Nagari Dukuh Utara, Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, masih berjibaku dengan tingginya lumpur yang tersisa pasca banjir merendam rumahnya pada Senin (18/3/2024).
Menggunakan peralatan seadanya seperti cangkul, Sumarni, dengan sekuat tenaga mencoba sedikit demi sedikit, menguak lumpur yang memenuhi teras depan rumahnya.
“Apalagi didalam, dapur, kamar empat, semuanya terendam banjir dan berlumpur,” katanya kepada Infosumbar.net.
Banjir bandang beberapa waktu yang lalu yang melanda Pesisir Selatan, turut membuat rumahnya terendam air sedalam satu meter.
Tak ayal, meskipun banjir sudah surut lebih dari satu minggu, lumpur tanah masih menggenangi seluruh rumahnya.
“Tidak bisa beraktifitas apapun. Apalagi tidur. Kalau malam saya nginap di rumah saudara yang jaraknya tak jauh dari sini,” tambahnya.
Sumarni pun sudah mencoba meminta bantuan orang lain dengan memberi upah untuk membersihkan lumpur.
Akan tetapi, menurutnya, tak ada satupun warga yang bisa, dengan berbagai alasan.
“Sebelumnya memang ada yang bantu, ada dari warga Painan maupun Basarnas. Tapi kan tidak seluruh lumpur yang bersih. Masih tebal yang tersisa. Sudah diupah pun, belum ada yang mau, katanya badan mereka pada sakit semua,” ujarnya.
Ia pun mencoba mengingat kembali saat banjir menerjang rumahnya.
Kala itu, kata Sumarni, dirinya tengah berada di Sawahlunto.
Di rumah pun, ia hanya tingga bertiga dengan cucunya yang masih sekolah.
“Anak anak saya merantau semuanya. Ada yang ke Jakarta dan ada yang ke Sawahlunto. Jadi saat kejadian saya sedang di Sawahlunto, karena anak saya baru lahiran dan tinggal di sana,” ungkapnya.
Oleh karena itu, tak ada satupun peralatan rumah tangga yang dapat ia selamatkan.
“Tanggul di belakang rumah ini jebol, makanya banjir tiba tiba datang. Apalagi kala itu saya jauh dari rumah. Banjir membawa sampah dan batang pohon sehingga pintu jebol dan masuk rumah” jelasnya.
Tak hanya lumpur, lantai rumahnya pun di penuhi serpihan kaca dan tak jarang lumpur yang tersisa menyisakan bau yang tak sedap.
Jika tak segera dibersihkan, Sumarni takut nantinya rumahnya yang semipermanen lama lama akan lapuk dan roboh.
“Saya rasa dalam lima hari kedepan masih belum bersih sempurna. Takutnya nanti kalau tidak kunjung juga dibersihkan, rumah saya lapuk,” ujarnya.
Untuk itu, Sumarni membutuhkan bantuan air dengan tegangan tinggi, untuk mempermudah pembersihan rumahnya.
“Butuh air yang dari mobil damkar. Agar lumpurnya mudah dibersihkan,” tandasnya.
Disamping itu, sejumlah bantuan kebutuhan untuk sehari hari, pasca banjir sudah mulai diterima Sumarni.
“Sudah. Sudah saya terima seperti sembako yang terdiri dari beras, mi instan, maupun sehelai selimut,” tuturnya.
Kendati demikian, Sumarni masih mengharapkan bantuan lanjutan, ditengah kondisi rumahnya yang serba terbatas.
“Ya kalau bisa ada bantuan lanjutan seperti lemari pakaian, pakaian, kasur. Nah, contohnya kasur, dijemur pun sudah tidak layak pakai karena sudah tertutup lumpur,” ungkapnya.
Untuk sahur dan berbuka pun, kata Sumarni, sehari hari ia dibantu oleh dapur umum yang akan mengantarkan untuknya.
Sementara itu, banjir bandang ini, menurut Sumarni merupaka banjir terparah.
“Paling parah menurut saya. Saya ingat, dulu 24 tahun lalu waktu cucu saya masih bisa melangkah satu demi satu langkah, ada juga banjir tapi tidak separah ini,” tutupnya. (Ayi)