Infosumbar.net – LLDIKTI Wilayah X bersama Universitas Fort de Kock Bukittinggi menyelenggarakan seminar nasional bertemakan “Merdeka Belajar Kampus Merdeka Menyiapkan SDM Unggul Di Era Society 5.0, Jumat (27/5/2022).
Pada kesempatan tersebut, 74 MoU kerja sama dari PTS di LLDIKTI Wilayah X dan PTS LLDIKTI Wilayah I di bidang penyelenggaraan Tri Dharma perguruan tinggi serta implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka dihasilkan.
Tampil sebagai pembicara Plt. Kepala LLDIKTI Wilayah X Prof. Dr. Herri, MBA, Plt. Kepala LLDIKTI Wilayah 1 Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, Rektor Universitas Bung Hatta Prof. Dr. Tafdil Husni, MBA.
Plt. Kepala LLDIKTI Wilayah X menyampaikan kegiatan ini merupakan bentuk sharing dan caring antar Perguruan Tinggi Swasta di lingkungan LLDIKTI Wilayah X dan LLDIKTI Wilayah I.
“Dalam memajukan dan meningkatkan mutu perguruan tinggi, PTS mempunyai kendala dan masalah yang sama. Di sini, kita hadir bersama dalam rangka sharing dan caring untuk saling berbagi pengalaman, masalah, dan solusi termasuk implementasi program MBKM,” ucap Prof. Herri.
Menurut Prof. Herri perubahan lingkungan pendidikan tinggi mengharuskan untuk dilakukannya transformasi pengelolaan perguruan tinggi dalam rangka mencapai tujuan pendidikan sendiri.
Pimpinan perguruan tinggi perlu memiliki kemampuan dalam mengelola perubahan tersebut termasuk berbagai tantangan dalam implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Sementara itu, Plt. Kepala LLDIKTI Wilayah I Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si dalam sambutannya mengungkapkan fasilitasi kerja sama ini adalah wujud tugas LLDIKTI untuk membantu PTS dalam implementasi program MBKM.
“Banyak tantangan SDM unggul di era Society 5.0. Perubahan tren dunia kerja menuntut perguruan tinggi menyiapkan SDM unggul dan berdaya saing. Lulusan yang memiliki kemampuan bidang ilmu, menguasai literasi baca tulis, budaya digital, dan finansial. Orientasi pun berubah dari job finding ke entrepreneur,” kata Prof. Ibnu.
Rektor Universitas Bung Hatta Prof. Dr. Tafdil Husni, MBA turut menyampaikan bagaimana implementasi MBKM di perguruan tinggi. Menurutnya, perguruan tinggi memiliki peran dalam menyusun kebijakan, pedoman akademik pembelajaran di luar program studi, membuat dokumen kerja sama, dan membentuk unit pelaksana MBKM.
“Dari 8 program Merdeka Belajar Kampus Merdeka, konversi SKS implementasi MBKM yang dilakukan mahasiswa menjadi tantangan dalam penyelenggaraan di luar kampus. Pemahaman esensi MBKM dan sinergi dari mitra seperti dunia industri belum sesuai harapan,” ucap Prof. Tafdil.
Di akhir sesi, Pembina Yayasan Pendidikan Fort de Kock Bukittinggi Drs. Zainal Abidin, MM memaparkan berbagai permasalahan dan tantangan PTS terkait mutu yang dilihat dari akreditasi program studi dan akreditasi perguruan tinggi.
“Kesesuaian instrumen borang akreditasi dengan standar nasional pendidikan tinggi, tingginya indikator standar penilaian, dan sulitnya mendapatkan hasil terbaik terutama bagi program studi baru menjadi permasalahan penilaian mutu yang disebut akreditasi,” terang Zainal.
Pada kesempatan tersebut, 14 PTS di lingkungan LLDIKTI Wilayah X dan 11 PTS di lingkungan LLDIKTI Wilayah X sepakat menjalin kerja sama melalui penadatangan naskah MoU. (iif)