Infosumbar.net – Gerakan Kalcer Festival Pusako Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2023 yang berlangsung di Fabriek Bloc, Kota Padang pada 11 hingga 15 Oktober 2023 menghadirkan suatu bentuk inovasi dalam mengapresiasi arsip dan literasi. Ruang Arsip Warisan Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto (WTBOS) tampil dengan muatan kolaborasi seni instalasi, audio, dan video mapping.
Menurut kurator Film, Literasi, dan Arsip Festival Pusako Harista Wijaya, ekspresi ini muncul dalam rangka menggaet kalangan muda untuk menaruh perhatian terhadap warisan sejarah dengan cara yang lebih kreatif dan mengasyikkan.
Kendati banyak di antara para pengunjung hanya berfokus menikmati keindahan instalasi ruangan dan mencari spot untuk berfoto, ia yakin upaya inovasi ini sedikit demi sedikit bisa menimbulkan ketertarikan dan kesadaran akan pentingnya nilai kebudayaan yang telah tercatat dalam sejarah.
“Sumber data terkait riwayat WTBOS kita himpun secara mandiri berdasarkan data-data yang bisa diakses. Banyak di antaranya berasal dari Universitas Leiden serta data instansi pendidikan dan kebudayaan Belanda,” papar Haris. Anggota tim riset antara lain Haris, Fitria Wulanda, dan Akbar Nicholas.
Informasi dari arsip yang terkumpul itu ditampilkan dalam bentuk infografik dengan sentuhan video mapping serta foto-foto lama Kota Sawahlunto pada zaman tambang batu bara Hindia Belanda beserta deskripsi.
“Kita berharap instansi terkait di kota maupun provinsi memberikan perhatian lebih terhadap warisan dunia serta pemerintah lebih mempermudah akses informasi terkait sejarah lokal,” ungkapnya.
Lebih lanjut Haris menjelaskan melalui kehadiran ruang arsip WTBOS ini timnya hendak menunjukkan bahwa kolaborasi lintas sektor dapat terwujud dalam suatu upaya merawat literasi.
Pengkarya yang terlibat dalam ruang arsip ini salah satunya Deni Januarta yang mengomposisi suara yang terdiri atas musik dan rekaman suara sirine yang diperuntukkan bagi aktivitas tambang Sawahlunto di masa lalu.
“Audio dibuat berangkat dari sirine di silo Sawahlunto. Audionya direkam dengan teknologi zoom A8 untuk dijadikan sample dalam buatan audionya,” ungkap Deni.
Judul karya komposisi tersebut yakni “Sirine Tiga”, mengingat fenomena berkaitan angka tiga dalam kehidupan para pekerja paksa di Sawahlunto pada masa kolonial. SIrine dibunyikan sebanyak 3 kali sehari dan jumlah silo di bekas area tambang Sawahlunto juga 3.
Deni sendiri berpengalaman dalam merancang komposisi musik. Instrumen yang ia kuasai antra lain piano dan saluang.
“Audio ‘Sirine Tiga’ adalah perwujudan fenomena sosial dan musikal untuk menjemput kembali ingatan untuk menghayati aspek traumatis pada masa penjajahan,” jelasnya.
Sedangkan pengkarya yang bertanggung jawab membuat video mapping adalah Genta Noverda Putra.
Salah satu video mapping diproyeksikan ke replika Kereta Api Mak Itam pengangkut batu bara yang merupakan karya perupa instalasi Arif Rahman.
“Inspirasinya dari kerinduan masyarakat terhadap kehadiran kereta api Mak Itam. Videonya animasi menggambarkan Mak Itam yang melewati hutan, mengingat jalur kereta di Sumbar pada zaman dulu banyak melewati hutan,” papar Genta.
Ada juga video mapping infografik peristiwa Sawahlunto. Perpaduan infografik dan video mapping tersebut menurutnya bertujuan menggaet kalangan muda untuk membaca sejarah walau hanya secara ringkas.
Terdapat juga video mapping yang menggambarkan sudut pandang dari interior kereta api dan memperlihatkan silo gunung.
“Konsep dari video mapping ini secara umum yaitu menghidupkan kembali benda yang telah mati,” jelas Genta.
Pengkarya selanjutnya yang terlibat dalam mewujudkan WTBOS yakni Rafiq Gusly Abdul Rahman atau akrab disapa Alun. Ia membuat mural dan infografik di ruang arsip.
“Mural di sini menggambarkan Pelabuhan Emmahaven atau sekarang dikenal sebagai Teluk Bayur. Kenapa, karena peran Emmahaven pada lokomotif Mak Itam sebagai puncak perjalanan. Ekspor dan impor juga terjadi di Emmahaven,” paparnya.
Mural yang ia gambarkan berdasarkan pada sebuah foto yang diambil antara akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20. Menurut Alun visualnya menggambarkan orang-orang lokal yang menikmati hasil pembangunan oleh para pekerja rodi atau pekerja paksa.
“Menggambarkan salah satu pelabuhan tersibuk saat itu. Perspektifnya Mak Itam menuju Emmahaven, konsepnya menjemput ingatan,” jelasnya.
Alun juga terlibat dalam mewujudkn replika kereta api Mak Itam rancangan Arif Rahman yang berbahaan styrofoam. Arif rahman sendiri telah bergelut dalam instalasi styrofoam sejak sekitar 2016.
Dalam mewujudkan perancangan ruang arsip WTBOS, terlibat juga Yusuf Fadly Aser sebagai kurator seni rupa dan Mahatma Muhammad sebagai direktur artistik Festival Pusako.(*)