Oleh: Lismomon Nata (Ketua Pokja Ketahanan Remaja Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Barat)
Infosumbar.net – Pendidikan yang mampu menyelamatkan umat manusia bukanlah pekerjaan kecil. Hal itu berkaitan dengan perkembangan spiritual manusia, peningkatan nilainya sebagai individu dan persiapan kaum muda untuk memahami zaman di mana mereka hidup (Maria Montessori).
Indonesia tahun 2023 ini akan memperingati Hari Sumpah Pemuda yang ke-95. Secara historis dapat kita pahami bahwa Sumpah Pemuda merupakan momentum bagaimana semangat para pemuda saat itu memiliki keinginan kuat untuk menyamakan persepsi dan ideologis akan satu tanah air, bangsa dan bahasa persatuan, yaitu Indonesia.
Semuanya itu berklindan menjadi cita-cita untuk mewujudkan Indonesia merdeka. Harapan tersebut tentu tidaklah semudah membalikan telapak tangan untuk mencapainya.
Sejarah mencatat bagaimana anak negeri ini mesti masuk atau keluar hutan demi bertahan hidup dari pahitnya masa penjajahan atau memang untuk berjuang.
Demikianlah kehidupan tidak terpisahkan dari pahit getir, baik apakah makanan seadanya hingga menggunakan pakaian goni dan teramat banyak lagi nestapa yang dialami oleh para pandahulu kala itu, mengorbankan harta, benda bahkan jiwa raga.
Sebagaimana dinukilkan pada Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, yaitu berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa sehingga telah mengantarkan Indonesia menjadi negara yang bebas dan merdeka, sudah 78 kali diperingati setiap tahunnya.
Faktanya, tantangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bukan lagi tentang perperangan melawan penjajahan, melainkan bagaimana upaya untuk mewujudkan tujuan berbangsa dan bernegara, yaitu melindungi segenap bangsa, tumpah darah dalam upaya mencerdasakan dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia, serta ikut dalam menjaga ketertiban dunia.
Indonesia terus berupaya untuk menakhlikkan cita-cita tersebut dari waktu ke waktu dengan segala bentuk dinamikanya.
Dalam banyak sejarah yang ada, termasuk perjalanan dan perkembangan negara bangsa Indonesia tidak terlepas dari peranan kaum pemuda, contohnya berdirinya organisasi Budi Utomo, kongres pemuda, sumpah pemuda, kelahiran Pancasila, peristiwa Rengasdengklok hingga saat Proklamasi Indonesia. Artinya, pemuda memiliki peranan penting dalam banyak peristiwa penting sejarah. Bila dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan menjelaskan pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan rentangan usia 16 sampai 30 tahun.
Kesadaran akan potensi generasi penerus ini, telah menjadi perhatian dan keseriusan Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sejak lebih dari satu dasawarsa lalu. Hal ini ditandai dengan menginisiasi program Generasi Berencana (GenRe).
Aplikatifnya sasaran dan pelaku program tersebut adalah remaja. Agak sedikit berbeda dengan pemuda, usia remaja yang diambil adalah cenderung dalam rentangan 10 hingga 24 tahun dan ditandai dengan belum menikah. Program GenRe tersebut pada BKKBN merupakan bagian program Ketahanan Remaja. Praktiknya ditandai dengan adanya program Pusat Informasi Keluarga Remaja/Mahasiswa (PIK R/M) atau Bina Keluarga Remaja (BKR). PIK R/M dapat didefinisikan sebagai suatu wadah untuk berkegiatan Program GenRe dalam upaya menyiapkan kehidupan berkeluarga bagi remaja/mahasiswa melalui kegiatan pendidikan atau konseling dengan prinsip dari, oleh dan untuk remaja/mahasiswa itu sendiri.
Bila awalnya keberadaaan PIK R/M pada jalur formal, yaitu sekolah, maka dalam perkembangannya kini telah sampai pada jalur masyarakat, sehingga dapat menjangkau lebih luas dan kebermanfaatannya dapat dirasakan lebih optimal di tengah-tengah masyarakat. Adapun secara umum dapat menghindarkan remaja dari risiko Triad KRR (tiga risiko bagi Kesehatan Reproduksi Remaja), yaitu terkait isu seksualitas, HIV/AIDS dan NAPZA.
Ketiga risiko tersebut tentu akan sangat mempengaruhi terhadap keberlanjutan kehidupan remaja untuk dapat atau tidaknya menuju fase berikutnya dengan baik atau tidak pula. Apabila salah satu dari risiko tersebut dialami oleh seorang remaja, maka dapat dipastikan akan mengganggu untuk ia melanjutkan kehidupannya pada fase berikutnya.
Maka daripada itu perlu adanya upaya untuk menjaga kualitas para remaja untuk menghindarkan risiko Triad KRR tersebut secara komprehensif. Bahkan dalam perkembangannya tidak hanya mempersiapkan individu remaja yang sehat, cerdas dan ceria saja, melainkan juga upaya untuk menjadikan remaja memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) unggul secara aktif dan produktif, serta tetap memperhatikan nilai norma yang ada dalam kehidupan.
PIK R/M dibagi atas tiga segmentasi yaitu segmentasi berani pada rentangan para pengelola PIK R diusia 10 sampai 14 tahun, segmentasi beraksi, pada rentangan usia 15 sampai 19 tahun dan segmentasi 20 sampai 24 tahun.
Ketiga topik segmentasi tersebut merupakan hal yang sangat berguna bagi fase remaja, yaitu bagaimana mereka dapat memiliki sifat dan sikap berani dalam berpendapat, mengeluarkan ide, gagasan, mengoptimalkan segala potensi dan bakat yang mereka miliki. Demikian pula untuk melanjutkan keberanian yang dalam berupa tatanan ide tersbebut dalam bentuk aplikatif, yaitu aksi-aksi positif, kreatif dan inovatif dan terakhir memiliki kemampuan untuk berkolaborasi. Kesemuanya itu, merupakan kompetensi-kompetensi yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan setiap orang (individu) untuk mewujudkan capaiaan muara tujuan pendidikan, how to live together, hidup secara harmonis dengan lingkungannya.
Hal yang membuat semakin menarik dalam Program Ketahanan Keluarga adalah adanya nilai dan norma (value and norm), baik nilai dan norma sosial, maupun spritual yang merupakan pondasi, sesuatu hal yang sangat lebih penting juga untuk adanya internalisasi bagi para pengelola PIK R/M ataupun yang tergabung dalam program.
Secara ekspilisit dapat dilihat dari para duta GenRe yang dapat dijadikan sebagai etalase dari remaja yang dianggap ideal dan sekaligus sebagai model. Hal itu sesuai dengan konsep 3 B (beaviour, brain and beauty) yang dianut oleh GenRe.
Penting bagi seorang duta GenRe untuk memiliki pengetahuan, kecerdasan (brain) yang mumpuni, namun akan lebih penting untuk memiliki sikap serta perilaku yang menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma (beaviour) yang ada dalam masyarakat di mana ia hidup dan tinggal.
Kesempuraan akan dioptimalkan bila didukung oleh kecantikan (beauty) yang tidak saja indah dan elok dipandang mata secara fisik, akan tetapi juga kepribadian yang matang dengan prinsip sosial, serta mau untuk rela berkorban, berjuang untuk kepentingan masyarakat luas, bangsa dan negara.
Dengan demikian, duta GenRe yang menjadi etalase serta model remaja, tidak hanya dalam bentuk tampilan luar (performa) yang terlihat, melainkan lebih jauh daripada itu adalah mereka yang siap sedia dan tangguh saat menjadikan diri mereka sebagai investasi sosial, investasi bangsa dan negara yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan dan keberlangsungan bangsa negara ini kedepannya.
Tatanan praksisnya program Ketahanan Remaja dapat dijadikan sebagai jenjang untuk remaja siap pada fase berikutnya yaitu fase berkeluarga, maka pentingnya Persiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja (PKBR).
Apalagi sejak beberapa tahun belakangan ini, Indonesia termasuk sebagai salah satu negara berkembang yang dihadapi masalah stunting, risiko gagal tumbuh kembang balita secara permanen karena masalah kekurangan gizi kronis ataupun infeksi berulang yang ditandai dengan tinggi badan berdasarkan umur dari seorang anak di bawah dari tinggi badan anak seusianya ataupun masalah underweigth dan overweight.
Nah, tentu penyebab dari hulu dari cikal bakal masalah-masalah tersebut dapat saja bersumber dari kualitas remaja yang nanti mereka menjadi orang tua dan memiliki anak pula.
Perhatian terhadap remaja mestilah dipahami secara komprehensif, fokus dan terukur. BKKBN sebagai lembaga pemerintahan melalui kebijakannya telah mengakomodir perhatian terhadap remaja, maka perlu pula dirasa untuk adanya kesadaran dan pengetahuan bagi orang tua, atau pihak-pihak yang peduli terhadap isu remaja, maka program Ketahanan Remaja diturunkan melalui program Bina Keluarga Remaja (BKR).
Sebagaimana diketahui bersama bahwa masa remaja adalah fase yang penting dan sekaligus kritis. Hal ini tidak hanya dipahami saat terjadinya perubahan terhadap fisik dan psikis pada remaja itu sendiri, sehingga seringkali disebut sebagai masa pancaroba, akan tetapi juga saat sekarang ini dikenal sebagai generasi Z, generasi stroberi yang hidup di tengah-tengah kemajuan informasi teknologi yang canggih, dunia digital.
Zaman ini tentu sangat berbeda jauh dengan kehidupan zaman-zaman sebelumnya, setiap anak adalah anak zamannya masing-masing. Oleh karena itu, sudah semestinya pola pendidikan dan memahami remaja sesuai dengan zamannya. Dengan demikian, maka diperlukanlah cara pandang dan pengetahuan terhadap pendekatan, pendidikan dan pengajaran serta pendampingan remaja yang disesuaikan pola dengan masanya.
Tahun 2023 ini pula, Program GenRe Indonesia akan mengambil pula momentum peringatan Hari Sumpah Pemuda menuju 13 tahun, dengan tema Berkolaborasi dalam Karya Mewujudkan Remaja Bermakna Menuju 13 yang Selaras. Harapan tertumpang, melalui semangat dan optimisme yang menggelora dari remaja Indonesia, sinergisitas berbagai macam pihak, dukungan seluruh masyarakat, semoga harapan Indonesia Emas pada tahun 2045, seratus tahun kemerdekataan Indoensia dapat terjuwud. (*)