My Name Is Khan, film yang dibintangi oleh Shahrukh Khan ini memang mempunyai karakter, tempat dan insiden cerita yang tidak mengandung unsur kejadian nyata alias fiksi, tapi kita tetap bisa mengambil pesan moral yang begitu banyak dari film yang dirilis di India tersebut.
Film ini menceritakan perjuangan seorang Rizwan Khan (dibintangi oleh Shahrukh Khan) yang pindah dari India ke Amerika, dan bertemu dengan jodohnya disana. Berawal dari ketegangan pasca tragedi World Trade Center pada tanggal 11 September 2001, Khan yang beragama islam dan istrinya Mandira (dibintangi oleh Kajol) yang beragama hindu ikut merasakan pahitnya pandangan non muslim terhadap muslim.
Walaupun istri dan anak tirinya Sameer (dibintangi oleh Yuvaan Makaar) bergama hindu, mereka berdua tetap menyandang nama belakang Khan, nama yang pada awalnya dianggap tidak akan mempunyai efek apa-apa, ternyata menjadi permasalahan bagi Sameer disekolah, dan berujung menyebabkan Sameer meninggal dunia akibat terlibat perkelahian dengan teman sekolahnya. Mandira yang sedang terpukul pada saat itu, menuduh pergantian nama belakang pada Sameerlah yang menyebabkan dia meninggal, Mandira mengatakan Khan tidak akan bisa kembali kerumah sampai dia bisa mengatakan kepada presiden Amerika Serikat, kalau seorang Khan bukanlah teroris.
Khan yang mengidap sindrom Asperger diagnosis merespon serius ucapan Mandira, dan menganggap itu sebuah keharusan, sebagai jalan kembali bersatu kepada istrinya tersebut. Perjalanan panjang dan melelahkan mewarnai perjuangan Khan, bagaimana perjuangan dia untuk bertemu presiden mengantarkannya pada kebaikan-kebaikan menolong umat agama lain. Ketulusan Khan mendapatkan apresiasi yang luar biasa hingga membantunya bisa bertemu dengan presiden, dan akhirnya bisa mengatakan “My Name Is Khan, and I am not terrorist.”
Disini penulis tidak mereview film ini, atau membahas materi agama islam secara mendalam. Penulis mendapatkan pesan moral yang sarat dengan makna, bahwa sesungguhnya agama islam hadir sebagai rahmatan lil ‘alam. Agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi semua seluruh alam semesta, termasuk hewan, tumbuhan, apalagi sesama manusia. Kalau kita sebagai ummat islam mendapati stereotipe teroris dikaitkan dengan muslim, kita tidak perlu mengunjungi presiden di negara manapun itu, dan mangatakan bahwa kita bukanlah teroris. Kita bisa memulainya dengan mendoakan saudara-saudara muslim kita diseluruh dunia, bergabung dalam komunitas peduli sumbangan kepada muslim yang membutuhkan
Atau kita bisa memberikan tumpangan duduk kepada lansia, wanita hamil, penyandang disabilitas di transportasi publik, mungkin saat itu kita memakai sesuatu yang menyimbolkan agama kita, Peci atau kerudung. Simbol tersebutlah yang akan berbicara kepada umat non muslim bahwa kita sudah menjad agen umat islam yang sebenarnya di muka bumi, agen yang menebarkan kebaikan. Apa yang sudah kita lakukan itu mungkin sudah setimpal dengan apa yang dilakukan Khan, saat dia mengatakan dia bukanlah seorang teroris di hadapan presiden.