Muhammad Fadhli, balita penderita gizi buruk berusia 18 bulan asal Kabupaten Agam, Sumatera Barat, yang dulu hanya dapat terbaring lemah, sekarang sudah dapat menggurat senyum dan ceria. Pendampingan dari tim MSR-ACT dilakukan hingga Fadhli sembuh secara total.
Gizi buruk selalu menjadi momok menakutkan bagi orang tua yang memiliki bayi yang rata-rata berumur di bawah 5 tahun. Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, pada tahun 2017 lalu, kasus balita gizi buruk ditemukan sebanyak 404 orang di Provinsi Sumatera Barat.
Status gizi balita pada dasarnya diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Variabel BB dan TB ini disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri yaitu: berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).
Indikator TB/U memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama, misalnya: kemiskinan, perilaku hidup sehat dan pola asuh/pemberian makan yang kurang baik sejak anak dilahirkan yang mengakibatkan anak menjadi pendek. Indikator BB/TB dan IMT/U memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama (singkat), misalnya: mengidap penyakit tertentu dan kekurangan asupan gizi yang mengakibatkan anak menjadi kurus.
Kembali ke Fadhli, berat badannya saat ini 7,5 kilogram. Angka ini naik jauh dibandingkan dengan awal tim Mobile Social Rescue (MSR)-ACT melakukan pendampingan pada Fadhli, Januari lalu. Di pendampingan awal, berat Fadhli hanya 3,6 kilogram. Tim MSR memberikan asupan gizi berupa susu serta kontrol rutin ke rumah sakit. Pada Maret, sekaligus serah terima bantuan tahap pertama, berat Fadhli naik menjadi 5,3 kilogram.
Aan Saputra dari tim MSR-ACT Sumbar mengatakan, pendampingan ini dilakukan sejak awal tahun. Saat itu, Fadhli hanya dapat terbaring lemah di ruang perawatan Rumah Sakit Achmad Muchtar Bukittinggi selama dua bulan lamanya. “Saat itu, Fadhli sudah diperbolehkan pulang, tapi terus harus berada di bawah pengawasan dokter spesialis gizi,” jelasnya, pada Selasa (2/7).
Pengobatan Fadhli mendapat tanggungan dari jaminan kesehatan negara. Akan tetapi jarak rumah sakit yang jauh dari tempat tinggal yang ada di Ladang Laweh, Banuhampu, Agam, membuat biaya proses pengobatan menjadi besar. Sedangkan orang tuanya, Idris dan Safarizha, tak memiliki biaya. Kondisi perekonomian mereka masih prasejahtera, di mana Idris hanya bekerja sebagai buruh.
Pada Sabtu (29/6), tim MSR-ACT berkunjung ke kediaman Fadhli dan keluarganya. Ini merupakan kunjungan ke sekian kali untuk pendampingan Fadhli. Namun di hari itu, tim ACT juga menyerahkan donasi tahap kedua yang digalang secara daring di Kitabisa.com.
Aan menambahkan, penggalangan dana yang dilakukan sejak akhir Januari lalu telah mengumpulkan donasi lebih dari 100 juta. Angka ini melampaui target. Nantinya, seluruh donasi akan digunakan untuk penyembuhan Fadhli serta perbaikan kondisi ekonomi keluarganya.