oleh: Shadiq Dwipa (@shdqdwp)
Pariwisata sedang menggeliat, semua orang terdoktrin butuh piknik untuk bahagia. Setiap waktu libur kerja, kuliah, atau sekolah dimanfaatkan dengan mengunjungi salah satu atau beberapa tempat wisata. Dengan bantuan media sosial tempat–tempat indah yang baru mampu menarik perhatian para pelancong. Ada banyak pilihan tempat wisata sesuai karakter masing–masing, pantai, gunung, lembah, air terjun, danau, museum atau sekedar pergi ke kota.
Di Sumbar, bagi yang ingin ke kawasan wisata bahari laut sangat tepat mengunjungi kawasan Mandeh atau biasa juga disebut sebagai Raja Ampat–nya Sumbar, kalau ingin ke lembah pilihan pertama selalu lembah harau belakangan sering disebut sebagai Yoesmite–nya Indonesia, sekalian mengunjungi lembah harau pelancong dapat juga singgah sebentar ke BPTU Padang Mangateh sering diumpamakan sebagai New Zealand–nya indonesia. Dan masih banyak lagi berbagai macan tempat wisata di Sumbar yang tentunya dengan berbagai macam perumpamaan juga.
Yang menjadi poin saya di sini adalah apakah kita tidak percaya dengan potensi yang ada di Kawasan Mandeh, Lembah Harau, atau padang savana Padang Mangateh? Sehingga harus mendompleng nama nama tempat wisata yang sudah dulu mendunia. Mandeh adalah Raja Ampatnya Sumbar, Lembah Harau adalah Yoesmite-nya indonesia dan Padang Mangateh adalah New Zealandnya Indonesia, dan yang lain semacamnya. Dengan penyebutan seperti itu seakan kawasan tersebut berada di bawah bayang–bayang perumpamaannya. Atau tempat yang disebutkan di awal menjadi versi kw super dari perumpamaannya. Anda cukup membeli versi kw super nya yang lebih murah sehingga tidak harus membeli yang ori karena sudah menyerupai nya. Anda tidak perlu pergi jauh–jauh ke raja ampat, cukup saja ke kawasan mandeh karena lebih dekat dengan biaya yang lebih muarah, anda tidak harus ke California karna Yossmite ada di Lembah Harau atau ada New Zealand di Padang Mangateh. Bagaimana mungkin satu tempat memiliki view yang sama dengan daerah lain yang jaraknya ribuan kilometer. Begitulah pendapat saya tentang penamaan yang seperti itu.
Percayalah, kita akan membawa pengalaman berbeda di setiap tempat yang kita kunjungi walaupun itu sama-sama pantai, sama-sama gunung, sama-sama danau, sama-sama lembah. Percaya pada potensi wisata kita di negeri sendiri dimulai dari penamaannya. Pengalam ke raja ampat tidak akan sama dengan pengalaman ke mandeh, hiking di yosemite tidak akan sama dengan hiking di lembah harau, pun demikian dengan Padang Mangateh. Menggunakan nama tempat lain sebagai deskripsi kawasan wisata menurut saya sangatlah tidak kreatif. Pariwisata sumbar harus terus berbenah mengejar ketertinggalan. Peningkatan akomodasi pendukung seperti hotel, transportasi dan pemandu wisata sangat penting. Serta terobosan terobosan kreatif dalam pengadaan fasilitas disetiap kawasan wisata. Sehingga nantinya pariwisata sumbar mampu bersaing di papan atas pariwisata dunia. Ini berlaku juga pada tempat wisata yang tidak disebutkan diatas. Jadi mari percaya dengan potensi wisata kita sendiri tanpa mendompleng nama tempat lain terlebih dahulu. Sebagai bentuk percaya diri.
Tulisan ini hanya merupakan pendapat pribadi saya, dengan melihat maraknya penggunaan berbagai caption foto di media sosial dan beberapa artikel yang menyamakan beberapa tempat di sumbar dengan daerah lain. Semoga pariwisata sumbar terus maju.