oleh: Malin Kundang (@damnoise)
Akhirnya hujan yg dirindukan tiba, kepada penguasa negeri kita berharap, maka atas kuasa pemilik alam lah semuanya terjadi. Ya, tidak ada lagi kekuatan di atas kekuatanNya. Meski banyak protes yang dilakukan warga kelas 3 seperti kita Rakyat Pulau Sumatera ini, maka dengan hujanlah pemilik semesta menitipkan jawaban.
Ketika musim paru-paru kita mulai disesaki karbon sisa pembakaran lahan dimulai, maka ketika itu datang kesesakan terhadap kelakuan penguasa negeri ini. Mereka seperti bermain main di atas derita Rakyat banyak, seolah-olah masih merasa kampanye, mereka masih menyanyikan rayuan pulau kelapa kepada para korban bencana.
Kita memang warga negara kelas 3, ketika bencana hampir mereda, ada berita soal Dinkes Riau yang membagikan obat kedaluarsa kepada masyarakat korban asap, ini sungguh memilukan, entah mereka kurang teliti, atau mereka memang kurang mengurusi pekerjaan mereka, entahlah.
Asap mulai mereda, tapi kegilaan negeri ini masih terus berlangsung, foto terpidana 30 tahun, Gayus Tambunan sedang makan-makan di cafe pun beredar. Terpidana 30 tahun ini nampak sangat menikmati hidup, Gayus seolah-olah bukan orang yang sedang menjalani hukuman.
Daripada seorang tahananan, Gayus lebih tampak seperti seorang pria metro seksual tapi sedikit hedon, beda dengan kami warga negara kelas 3, bernafas pun disusupi karbon sisa pembakaran. Tapi Gayus, di bui pun masih bisa menghirup oksigen dengan senyum di bibirnya.
Tentunya nasib warga Sumatera yang notabenenya adalah warga negara kelas 3 berbeda dengan nasib Gayus. Warga Sumatera yang masih berkelabu dengan asap, dengan Sinabung, tidak bisa menghirup udara sejernih udara yang dihirup si Gayus.
Gayus yang dibui atas dasar hukum yang murahan, ya hukum yang murahan, hukum yg bisa ditawar, ketika saku penuh dengan gemerincing emas. Negara sepertinya akan hadir ketika segepok uang dipersembahkan kepada penguasa, bila kalian tidak percaya, tanya kepada Gayus.
Negara tidak pernah hadir ketika dada rakyat Sumatera disesaki asap. Negara hadir untuk Gayus dengan segala kepunyaannya, dengan uang yg dimiliki oleh Gayus, maka negara akan hadir untuk Gayus. Dan negara akan memberikan pelayanan hukum yg spesial untuk Gayus, hukum yang murahan.
Gayus dan Bencana asap adalah bagaimana pemerintah negara ini memperlakukan rakyatnya. Gayus yg di penjara bisa menghirup udara segar dengan bebas. Sedangkan kami, warga negara kelas 3 ini, untuk bernafas pun sudah tidak bebas.
Kami bukan Gayus, dan negara tidak perlu melayani kami dengan baik.
Kami bukan Gayus, kami cuma warga negara kelas 3.
Tetap #MelawanAsap dan #Salabala.