Indonesia pernah punya cadangan terbukti (proven reserve) minyak bumi sampai 27 miliar barel. Tapi, sebagian besar cadangan tersebut sudah dikuras dan tersisa 3,7 miliar barel.
“Apakah kita negara kaya minyak? Kita pernah punya cadangan terbukti 27 miliar barel, tapi sudah diproduksi 22,9 milyar barel, sisanya tinggal 3,7 miliar barel,” paparnyakata Kepala Bagian Humas Satuan Kerja Khusus Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Elan Biantoro, dalam Media Gathering Total E&P di Hotel Aston, Bogor, Sabtu (5/9/2015).
Dengan cadangan terbukti yang ada sekarang, produksi minyak Indonesia hanya akan bertahan selama kurang lebih 10-11 tahun, karena setiap tahun, jumlah minyak yang diproduksi adalah 360 juta barel.
Indonesia memang masih memiliki cadangan potensial (potensial reserve) yang tinggi hingga 43,7 miliar barel minyak, namun butuh eksplorasi untuk membuktikan cadangan tersebut.
Sementara eksplorasi sulit dilakukan, karena kebanyakan cadangan potensial tersebut berada di wilayah-wilayah yang sulit dieksplorasi, misalnya di lautan dalam. “Kita masih punya potensial reserve, masih harus dicari 43,7 miliar barel. Ini lebih susah dan lebih dalam tempat-tempatnya,” ungkapnya.
Karena itu, perlu berbagai upaya dari pemerintah untuk mendorong investasi di bidang hulu migas, terutama dengan mempermudah perizinan untuk eksplorasi migas, misalnya dengan pengurusan izin 1 pintu. “Kami usulkan ada one door stop service. Negara harus hadir dan berada di depan untuk melancarkan investasi eksplorasi migas,” kata Elan.
Pada kesempatan itu, Elan mengungkapkan keheranannya dengan keinginan pemerintah Indonesia untuk bergabung kembali dalam Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) alias organisasi negara-negara eksportir minyak.
Indonesia pernah bergabung di OPEC hingga 2003 saat produksi minyak bumi masih melimpah dan lebih tinggi dibanding konsumsi di dalam negeri. Namun, saat ini Indonesia sudah bukan lagi negara kaya minyak.
Produksi minyak bumi Indonesia tahun ini tak sampai 800.000 barel per hari, sehingga harus impor minyak sekitar 800.000 barel per hari juga karena konsumsi di dalam negeri sudah 1,6 juta barel per hari.
Elan beseloroh, harusnya Indonesia bergabung di ‘OPIC’ alias negara-negara pengimpor minyak, bukan OPEC.
“Sekarang kita produksi (minyak bumi) sudah turun terus, nggak tahu kok malah mau ngelamar jadi anggota OPEC, kalau ‘OPIC’ baru bisa. Dulu produksi kita pernah 1,6 juta barel per hari, sekarang tinggal setengahnya,” kata Elan.
-detik