Infosumbar.net – Pihak keluarga almarhumah Josi Putri Cahyani (23) hingga kini, pada Jumat (8/9/2023) masih menunggu kejelasan kepulangan jenazah dari Jepang untuk dimakamkan di kampung halamannya di Kabupaten Padang Pariaman.
Ayah Josi, Tomas Cahyadi (43) saat dihubungi infosumbar.net mengatakan, berharap pihak KBRI Tokyo untuk segera mendesak kepolisian Jepang yang menangani kasus Josi, untuk segera memulangkan anaknya.
Pasalnya, pihak keluarga mendapatkan informasi bahwa proses otopsi hanya memakan waktu 7-10 hari.
“Awalnya, kami menerima informasi bahwa proses otopsi dilakukan memakan waktu hingga 10 hari. Namun kan sekarang sudah lewat waktu yang sudah ditentukan. Jadi kami, sesuai dengan ajaran agama islam. Kami ingin segera memakamkan anak kami. Ini sudah terlalu lama,” katanya.
Menunggu sejak lama, namun KBRI dirasa dingin kepada pihak keluarga. Oleh karena itu, pihak keluarga mencoba membuat sebuah video berurasi empat menit yang dishare di laman akun Tiktok ayah Josi @thomascahyadi78.
Dalam video tersebut, ia meminta tolong kepada Presiden Republik Indoneia, Joko Widodo, Wakil Presiden, Maruf Amin, Kemenlu Indonesia dan kepolisian RI, TNI, hingga semua yang terkait agar jenazah anaknya segera dipulangkan ke Indonesia.
“Kami tidak menuntut apapun atas pelaku pembunuhan anak kami, kalau salah tidak salah saya tidak menuntut apapun. Saya ingin segera dipulangkan, ke Indoneisa untuk dikebumikan,” katanya.
Oleh karena itu, ia mengaku keluarga sudah ikhlas atas kepulangan almarhumah dan hanya ingin segera josi dipulangkan.
“Kami tidak mintak apa-apa, kami sudah ridho. Saya ingin hanya disegerakan pulang e Indonesia. Saya tidak nuntuk apapun saya ingin segera dimakamkan .
Disamping itu, Ayah Josi menerangkan video tersebut terpaksa ia bagikan agar semua pihak tau dan dapat membantu kepulangan anaknya
“Pihak KBRI belum bisa memberikan jawaban yang pasti. Tidak usah diusut lagi, saya pengen anak saya segera dipulangkan. Sebenarnya saya tidak ingin orang-orang tau. Namun saya terpaksa harus membuat video pernyataan ini,” jelasnya.
Selanjutnya, Cahyadi menuturkan hingga kini proses autopsi jenazah Josi suda selesai dilaksanakan.
“Saya pagi tadi sekitar jam sembilan sudah mendapatkan telfon dari pihak kepolisian Jepang. Namun hasil autopsinya belum menunjukkan penyebab kematian anak saya. Jadi, tim disana masih belum bisa memulangkan anak saya untuk keperluan forensik lanjutan,” ujarnya.
“Kami sebagai warga negara yang baik, mengikuti prosedur untuk proses autopi. Tapi sampai sekarang sudah sangat lama kami menunggu. Sesuai dengan ajaran agama islam jenazah itu harus segera dimakamkan,” imbuhnya.
Josi Dimata Keluarga
Josi merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Perempuan kelahiran tahun 2000 ini, sudah berprestasi dan sering mendapat juara sedari kecil.
“Sejak SD itu dia selalu juara, selalu ambisius dengan capaiannya. Josi itu dari lahir hingga umur lima tahun menetap di Tangerang. Namun, setelah itu kami pindah ke kampung halaman ibu Josi di Pariaman,” kata ayahnya.
Namun, setelah itu ibu dan ayahnya berpisah dan Josi tinggal bersama nenek dari ibunya di Pariaman.
Setelah itu, barulah Josi merantau ke Tangerang bersama keluarga ayahnya. Josi menurut ayahnya merupakan anak yang baik dan tidak suka pacaran.
“Jadi kalau ada yang bilang anak saya pacaran sama pria berumur 40 tahun saya tidak percaya. Saya lebih tau bagaimana anak saya,” jelasnya.
Jepang menjadi impian sejak kecil
Menurut Cahyadi, Josi merupakan anak yang yang kutu buku. Dia gemar membaca komik, novel dan bacaan Jepang.
“Dari kecil sudah sangat ingin untuk melanjutkan pendidikan di Jepang. Bahkan, dulu Josi sempat lolos di Universitas Indonesia, Universitas Trisakti namun tidak diambil karena memang keinginannya di Jepang,” ucapnya.
Selepas menamatkan SMA di Pariaman, Josi ikut ayahnya ke Tangerang. Niat baik sang ayah yang ingin anaknya sukses, sang ayah kemudian membukakan usaha kepada Josi.
“Nah jadi selepas SMA saya bukakan Josi usaha, sebuah toko, Josi yang menjalankan usahanya. Selama enam bulan itu, ternyata Josi sudah sekolah bahasa jepang di Jakarta, Bintaro dan lain-lain. Jadi kalau sertifikat bahasa dari Indonesia sudah ada, sekorang sekolah bahasa di Jepang itu untuk mendapatkan sertifikat agar bisa lanjut S1 di sana,”ungkapnya.
Selain itu, Selepas menyelesaikan sekolah bahasa Josi ingin mengambil S1 yang berkaitan dengan hukum atau bisnis. Sementara itu, Josi sendiri berangkat ke Jepang pada bulan April 2023.
“Jadi ke Jepang itu tidak karena bekerja, memang karena ia ingin melanjutkan pendidikan ke Jepang,” ucapnya.
Pesan Terakhir Keluarga dengan Josi
Ayah Josi, Cahyadi menuturkan terkahir mengirim pesan dengan sang anak pada 17 Agustus 2023.
“Jadi Josi kan ada adek yang mondok di pesantren. Jadi saya bersama ibu sambung Josi pada 17 Agustus 2023 berkesempatan untuk menengok adiknya. Jadi saya fotokan adiknya untuk dikirimkan ke WhatsApp Josi, fotonya terkirim namun tidak dibalas,”
“Inilah chat terakhir saya dengan Josi. Kalau cerita kesehariannya di Jepang tidak ada yang aneh, biasa saja,” imbuhnya.
Namun, Cahyadi menambahkan pada malam harinya pada 17 Agustus 2023, Josi lewat aplikasi instagram mencoba menelfon salah satu temannya di Jepang.
“Menurut informasi dari temannya, Josi malam itu nelfon. Ia mengatakan’tolong kak, tolong kak. Hanya itu saja dan setelah itu panggilan berakhir,” tandasnya.
Duka Mendalam Bagi Keluarga yang Ditinggalkan
Ayah Josi menyebutkan, Josi memiliki hubungan yang sangat baik dengan ibu sambungnya. Tentu, kepergian Josi membuat keluarga sangat merasa kehilangan dan terpukul.
“Walaupun ibu sambung mereka sangat dekat. Pesan ibunya kepada Josi saat akan berangkat ke Jepang, Josi harus berkabar dengan ibunya setiap hari. Jadi mereka itu chatan setiap hari,” imbuhnya.
Oleh karena itu, keluarga mendoakan yang tebaik bagi Josi. Meskipun jenazah belum dipulngkan, keluarga sering menggelar yasinan untuk mendoakan almarhumah.
“Jadi saat itu, ibunya Josi baca Yasin. Saat itu, dalam keadaan sadar ia melihat kehadiran Josi didepan matanya, sambil memeluk dia bilang ‘ Josi sayang mama,” ungkapnya.
Kepergian Josi membawa duka yang mendalam bagi keluarga terkhusus ayahnya.
“Namanya batin ayah dan anak, selalu terbayang wajahnya. Saya sudah tidur selalu menangis,” ujarnya.
Sebelumnya, seperti yang telah diberitakan Infosumbar.net, tim penyidik menemukan jenazah mahasiswi atas nama Josi Putri Cahyani (23) pada sebuah apartment dua lantai di Kota Maebashi.
Menurut Divisi Investigasi Polisi Prefektur Gunma, tidak ditemukan luka yang mencolok pada tubuhnya,namun mayat Joshi sudah ditemukan dalam keadaan membusuk.
Ketika penyelidik mencari lokasi yang berhubungan dengan siswa yang hilang, mereka menemukan mayatnya di dalam apartemen, terletak di kawasan perumahan sekitar 500 meter sebelah timur JR Maebashi Stasiun. (Ayi)