Infosumbar.net – Kota Solok siang itu begitu terik. Sinar matahari begitu mengiris kulit. Dari ramainya lalu lalang jalanan di Simpang Rumbio, nampak seorang pria lanjut usia begitu pelan menapaki tanah.
Langkahnya kecil begitu hati-hati seraya menuntun sepeda yang enggan ia naiki. Bukan tanpa sebab, sepeda tersebut sudah penuh, seluruh sadel hingga stang sepedanya terisi kursi bambu sekira panjang setengah badannya.
Sembari menuntun sepeda dan menopang beratnya kursi, langkah kecilnya berhenti dalam jarak beberapa meter pada bayangan hitam pertanda teduh dapat dirasa.
Sesekali ia menoleh, mungkin akan ada seseorang datang menanyakan bangku yang ia beri tanda “Dijual”.
Di bawah kursi bambu yang ia ikat di atas sepeda, terdapat sepotong roti, sebotol minum, dan segelas teh es yang mulai mencair, sebagai peredam haus tenggorokan .
Ialah kakek Syamsyir (70). Pejuang rupiah yang usianya tak lagi muda, namun masih semangat menjalani hidup.
“Kursi yang saya bawa hari ini sudah tiga hari belum terjual. Kemaren tidak keluar jualan karena hujan,” katanya kepada Infosumbar.net saat beristirahat sejenak.
Ia mengaku, sudah dua tahun melakoni profesi sebagai penjual kursi bambu keliling. Yang mana, kursi tersebut ia buat sendiri dengan keahlian yang ia miliki.
“Bahan utamanya bambu yang saya cari dan buat sendiri, buatnya kadang bisa mencapai dua hari,” ujarnya.
Kursi bambu yang dibuat Kakek Syamsir sendiri, tergoloh sebagai kursi santai yang bisa dipakai di rumah.
Kakek yang sudah memiliki tiga cucu ini mengaku, selain berjualan kursi, ia juga berjualan payung untuk pedagang di pasar.
“Kadang kadang juga ada orang yang mesan payung yang buat pedagang, jadi saya buat dan jual,” ungkapnya.
Meskipun tidak setiap hari terjual, namun ia tetap yakin bahwa setiap usaha yang ia lakukan akan membuahkan hasil.
‘Kalau misalnya hari ini tidak terjual, ya coba lagi besok. Yakin rezeki sudah di atur Allah selagi berusaha,” tambahnya.
Adapun kursi yang ia jual dibandrol dengan harga Rp 400 ribu. Terkadang, saat ramai banyak orang-orang yang sampai memborong kursi miliknya.
‘Ada juga orang dari pekan baru, pesan sampai empat kursi, jadi saya bikinkan dulu. Insha Allah kursi saya kuat dan kokoh,” tambahnya.
Kakek Syamsir sendiri, berkeliling biasanya mulai dari Terminal Solok atau dari rumahnya, meuju Pandan, Simpang rumbio, dan kembali lagi ke Terminal.
“rumah saya dekat terminal, jadi berkeliling sampai pasar raya dan kembali lagi ke terminal. Kalau dulu bisa sampai Kampung Jawa, Sinapa Piliang. Mungkin sekrang karena faktor umur, sudah beberapa jam jalan saja baru sampai sini,” sebutnya.
Hari itu, pada Selasa (30/1/2024) ia mengaku sedikit tidak enak badan dan ditemani oleh sang anak yang mengikuti dari belakang.
“Itu anak yang dibelakang adalah anak saya. Dia menemani karena takut saya terjatuh. Karena hari ini sedang enak badan,” ungkapnya.
Oleh karena itu, menurutnya, rezeki yang ingin diperoleh itu tidak hanya ditunggu saja, namun harus dijemput dengan berusaha.
‘Rezeki itu harus di jemput, jangan hanya ditunggu. Kalau saya hanyadirumah saja, mana ada orang yang tau kalau saya jualan kursi. Yang penting masih sehat, masih bisa berusaha,” terangnya. (Ayi)