infosumbar.net – Sebuah pameran seni rupa yang akan dihelat oleh Tambo Art Center (TAC), kembali hadir di penghujung tahun ini.
Tepatnya pada tanggal 29 November hingga 8 Desember 2022 nanti di Gedung Olah Raga Bulu Tangkis Bancah Laweh, Padang Panjang, Sumatera Barat.
Kegiatan yang mengusung tema kearifan lokal dengan tajuk ‘Alua jo Patuik’ ini akan diikuti oleh 40 pengkarya, baik perseorangan maupun komunitas/kelompok yang bergiat dalam kesenirupaan di Sumatera Barat.
Seperti, komunitas Belanak, Canting Buana, Kamarkost, Ladang Rupa, Rumah Ada Seni, partisipasi seniman Antoni Eka Putra, Erlangga, Imam Teguh, Irwandi, Hamzah, Hidayat Di Kincie, Hendra Sardi, M Ridwan, Nessya Fitryona, Randi Pratama, Syahrial Yayan, Yasrul Sani Batubara, Yon Indra, dan masih banyak lagi.
TAC juga menghadirkan 7 perupa Minang rantau yang berdomisili di Yogyakarta, yaitu; Afdal, Deni Susanto, Erizal As, Ibrahim, Riri Suhairi, Rudi Hendriatno, dan Zulkarnaini Rustam, yang turut meramaikan ajang presentasi seni tersebut.
Salah seorang pendiri TAC, Yon Indra mengatakan, iven ini diadakan untuk melihat kekuatan kawan-kawan perupa Sumatera Barat dalam hal kekaryaan. Karena kegiatan ini merupakan iven transisi menuju Art Tambo #5 yang direncanakan akan diresepsi pada tahun 2023 mendatang.
“Yang tidak hanya melibatkan seniman keturunan Minang saja melainkan juga para seniman dari luar dengan reputasi Nasional maupun Internasional, seperti dari Bali, Bandung, dan perwakilan beberapa daerah lainnya”, imbuhnya.
Dia menjelaskan, pada sisi lain pameran ‘Alua jo Patuik’ ini dipandang sebagai edukasi bagi banyak pihak, termasuk pemangku kebijakan atau pemerintah, mahasiswa dan pelaku seni itu sendiri, serta kalangan kolektor maupun khalayak umum. Karena melalui kekuatan kekaryaan diharapkan mampu memperluas pesan yang disampaikan.
“Disamping itu, tentunya iven ini juga menjadi upaya bagaimana membangun iklim seni rupa Sumatera Barat dengan cara berkolaborasi dan bersinergi antara seniman yang di rantau dengan yang di ranah”, sambungnya.
“Bergerak bersama membangkitkan gairah seni rupa Sumatera Barat menjadi perhatian penting bagi TAC. Dengan tumbuhnya ruang-ruang alternatif akhir-akhir ini menjadi jawaban dari minimnya ruang-ruang pajang atau ruang pameran seperti museum atau galeri di Sumatera Barat,” tambahnya.
Menurut Yon lagi, SDM seniman yang lahir dari laboratorium seni yaitu perguruan tinggi seperti UNP atau ISI Padang Panjang yang menciptakan regenerasi seni, tentu membutuhkan tempat-tempat berkreasi.
Sehingga, ekosistem seni rupa menjadi bergerak dengan adanya wadah kreasi atau tempat kreatifitas seperti ruang Gudang Menata, Kupi Batigo, Rumah Ada Seni, Tambo Art Center, dan lain-lain yang memang merupakan bagian komponen dari ekosistem seni rupa itu sendiri.
“Maka melalui iven berkelanjutan yang dilakukan TAC ke depannya diharapkan ruang alternatif itu banyak bermunculan”, pungkasnya.
Pada pameran tersebut, TAC juga mengundang para tamu yang telah berkiprah secara profesional di kancah Nasional dan Internasional di bidang seni rupa, diantaranya; E. St. Oyik Eddy Prakoso (kolektor dan pemilik Galeri Srisasanti, Yogyakarta), Dr. Melani Setiawan (pemerhati seni rupa Indonesia, Jakarta), serta apresian seni yang ikut dalam rombongan para tamu tersebut.
Irwandi, Ketua Pelaksana pameran sekaligus juga perupa pameran tersebut, pada Jum’at (11/11/2022), menyampaikan, “dengan keadaan setelah pandemi, melalui pameran ini kami menyambut gembira karena banyak melibatkan unsur dan elemen pendukung untuk suksesnya suatu perhelatan seni rupa, begitu pula spirit yang muncul atas antusias semua kawan-kawan perupa, serta para tamu yang akan hadir yang menjadi sebuah momen yang dirindukan”.
Lebih lanjut, dia menjelaskan, dari tema pameran ‘Alua jo Patuik’ kali ini merupakan suatu strategi menyikapi seni rupa kini.
“Alua itu alur atau jalur yang dilihat pada perkembangan seni rupa kini, dan patuik itu kepantasan. Dengan tema ini kita memposisikan di waktu yang tepat, di tempat yang tepat, meletakkan sesuatu yang tepat menurut alur atau jalur dan kepantasannya, sehingga kedudukan sesuatu itu menjadi pas”, ungkapnya.
Peningkatan kualitas iven pada pelaksanaan pameran ‘Alua jo Patuik’ yang sudah dipersiapkan jauh-jauh hari ini menunjukkan kebedaan dengan iven TAC sebelumnya sebagai pencapaian jelang Art Tambo #5 yang diagendakannya. (a.r.t)