infosumbar.net – Analis Komunikasi Politik Hendri Satrio yang biasa disapa Hensat menilai debat calon presiden (cawapres) yang digelar Minggu malam (21/1/2024) membantu menaikan elektabilitas Muhaimin Iskandar alias Cak Imin dan Mahfud MD, namun elektabilitas Gibran justru berpeluang tergerus.
“Jadi Prof Mahfud dan Cak Imin benar-benar membantu capresnya dalam meningkatkan elektabilitas, dan bila Prabowo-Gibran terus tampil seperti ini bukan tidak mungkin elektabilitasnya akan kembali turun jadi mereka harus berhati-hati,” ungkap Hensat kepada infosumbar.net melalui pesan singkat, Senin, (22/1/2024).
Menurut Hensat, secara keseluruhan Muhaimin Iskandar berhasil mencuri perhatian publik dan Mahfud MD sangat menguasai substansi, sedangkan Gibran Rakabuming dinilai kebablasan.
“Kemarin kita cukup melihat substansi yang dikuasai Prof Mahfud dan Cak Imin dan tentu saja mereka sudah memahami sehingga mereka juga bisa tampil bagus secara show. Mas Gibran tampil terlalu percaya diri sehingga terlalu banyak gimmick yang ditampilkan yang membuat ia melampaui etika, kesopanan, dan kepantasan dalam sebuah perhelatan pemilihan presiden,” katanya.
Pendiri Lembaga Survei KedaiKOPI itu juga menyampaikan Muhaimin dan Mahfud MD memulai debat dengan menunjukkan sisi kritis mengenai program food estate yang banyak dikritisi oleh berbagai kalangan masyarakat mulai dari akademisi hingga aktivis lingkungan.
“Cak Imin memulai debat seperti yang dilakukan oleh Pak Anies yaitu dengan ngegas ya menyinggung food estate. Kemudian Pak Mahfud juga nge-gas menyinggung food estate juga,” ujarnya.
Sedangkan pada perfomance Gibran, Hensat menyayangkan sikap Gibran yang hanya mementingkan sisi penampilan saja dan hanya fokus kepada gimmick sehingga beberapa kali melupakan pertanyaan yang dilontarkan oleh Muhaimin dan Mahfud.
“Mas Gibran itu banyak gimmick yang akhirnya dia melupakan pertanyaan yang dilontarkan oleh lawan debatnya. Misal pertanyaan Pak Mahfud soal redistribusi, kemudian konsep trisaktinya bung Karno. Kemudian kepada Gus Imin juga sama yang malah fokus ke botol plastik yang mungkin saja botol itu disediakan oleh panitia. Jadi banyak hal yang membuat Gibran tidak fokus ke substansi”, ungkap Hensat.
Selain gimmick, hal yang turut dikritisi pendiri Lembaga Survei KedaiKOPI ini dari Gibran adalah terkait etika dan kesopanan. Baginya cara Gibran mempermalukan lawan debatnya dinilai berlebihan dan tidak disukai banyak orang.
“Tentang kesopanan Mas Gibran kemarin kebablasan. Gayanya dia yang ingin mempermalukan Cak Imin dan Pak Mahfud seperti mencari-cari jawaban Pak Mahfud dan menyinggung Cak Imin yang baca catatan walau itu diperbolehkan. Tentu itu tidak disukai oleh banyak orang dan mungkin juga tidak disukai oleh Gen-Z,” imbuhnya. (peb)