Infosumbar.net – Sumatera Barat kembali berduka atas kehilangan salah seorang putra terbaiknya yang merupakan seorang pendidik dan intelektual islam yang sangat mumpuni yakni Prof. Dr. H. Amir Syarifuddin, Guru Besar UIN Imam Bonjol Padang yang juga merupakan mantan Ketua umum MUI Sumbar dua periode pada Rabu (27/12/2022) sekitar pukul 08.50Wib di rumah kediamannya Sarang Gagak tepatnya di belakang kampus UIN IB Padang.
Anggota DPR RI dari Fraksi PAN Guspardi Gaus mengungkap rasa duka yang sangat mendalam atas berpulang kerahmatullah Prof.Dr.Amir Syarifudfin yang mempunyai hubungan yang sangat dekat dengannya.
“Pak Amir bukan saja seorang pendidik yang disiplin dan sangat menguasi bidang ilmunya, tetapi lebih dari itu, almarhum juga sosok seorang “bapak” yang mengayomi, Kata Guspardi saat dihubungi via telepon Rabu (3/1/2024)
Begitu mendengar kabar meninggalnya beliau, saya yang kebetulan lagi ada kegiatan reses di Sumatera Barat, langsung menuju rumah duka di Pakan Sinayan, Kabupaten Agam. Ketika sampai dirumah duka, jenazah Pak Amir masih dalam perjalanan dari Padang menuju Pakan Sinayan. Setelah jenazah Pak Amir sampai di rumah duka, Alhamdulillah saya turut menyambut kemudian ikut shalat jenazah dan menghantarkan jenazah Pak Amir ke pemakaman keluarga yang berjarak tidak jauh dari rumah beliau di Pakan Sinayan, ujar Legislator asal Sumatera Barat ini.
Guspardi pun mengisahkan bagaimana kedekatan hubungannya dengan almarhum yang sudah dianggap sebagai “orang tua” ketika masih hidup.
Menurut Guspardi hubungannya dengan Pak Amir terjalin sejak ia menempuh kuliah di IAIN Syatif Hidatullah, Jakarta 1976-1982. Ketika itu, Pak Amir adalah Dosen dan Dekan di Fakultas Syariah IAIN Jakarta. Beliau juga sebagai penguji skripsi saya saat ujian munaqosah guna mendapatkan gelar Sarjana lengkap di IAIN Syarief Hidatullah Jakarta tahun 1982 ungkapnya.
Poitisi PAN yang kembali maju sebagai Caleg DPR RI dari Sumbar 2 no urut 2 itupun mengenang sosok Pak Amir tidak saja sebagai figur pendidik berintegritas
dan penuh dedikasi. Lebih dari itu, almarhum adalah sosok kebapakan yang penuh wibawa, namun sangat mengayomi serta melindungi anak didiknya.
Sebagai seorang dosen, almarhum Pak Amir adalah pendidik yang sangat bijak. Jika mahasiswanya sudah dua kali tidak lulus ujian pada mata kuliah yang beliau asuh, maka untuk ujian kali ketiga pasti diluluskan oleh pak Amir dan para mahasiswa sudah sangat paham atas kebijakan dosennya itu. Itulah sifat kearifan dari dosen yang luar biasa yang bernama Amir Syarifuddin.
Masih ingat dalam memori saya, saat pemilihan ketua senat Fakultas Syariah di IAIN Syarief Hidatullah Jakarta, tahun 1976, beliau ikut menghadiri jalannya rapat pemilihan. Saat itu, terjadi dinamika yang sampai terjadi insiden pelemparan kursi. Namun dengan tenang dan sikap kebapakannya beliau behasil mengendalikan suasana agar kembali kondusif tanpa menghakimi mahasiswa yang terlanjur gaduh.
Lebih lanjut, Guspardi yang akrab disapa Pak GG ini meyakini bahwa peran almarhum Pak Amir juga sangat besar ketika ia mendaftar dan lulus sebagai dosen di IAIN Imam Bonjol Padang tahun 1985. Setelah menjadi dosen, beliau juga menunjuk saya sebagai asistennya, dimana Pak Amir ketika itu menjabat Rektor IAIN Imam Bonjol Padang, kenangnya.
Saat saya mengundurkan diri sebagai dosen IAIN IB Padang tahun 2000 karena memutuskan terjun ke dunia politikpun, agaknya pak Amir tidak pernah melupakan saya dan itu dibuktikan pada tahun 2017 saya diminta beliau untuk mengabdi di Perguruan Thawalib Padang Panjang Sumbar yang didirikan oleh orang tua buya Hamka sebagai pembina.
Pada saat pelantikan “Dewan Pembina”, tanpa dinyana saya begitu kaget mengetahui bahwa saya di daulat dan diberi amanah sebagai Ketua dewan pembina sementara Pak Amir sebagai anggota dewan pembina.
Dimata saya, Pak Amir adalah sosok teladan yang punya integritas tinggi, penuh dedikasi dalam penerapan keilmuwan yang dikuasainya, serta figur bapak yang sederhana dan sangat peduli dengan anak didiknya. Yang lebih membuat saya takjub, pak Amir sangat mendukung dan mendorong orang kampungya agar mau menimba ilmu lebih tinggi.
Obsesi Pak Amir mendorong orang kampungnya berpendidikan tinggi, di ejawantahkan dengan menyediakan rumah beliau yang berada di belakang komplek UNP Padang untuk dijadikan sebagai tempat atau markas, guna menampung para mahasiswa kuliah di Padang yang berasal dari kampung halaman beliau secara gratis.
Selamat jalan Pak Amir, yang dikenal sebagai tokoh pendidikan Islam, ulama, dan cendekiawan muslim yang disegani. Reputasinya tidak hanya diakui di lingkungan UIN Imam Bonjol, tetapi Sumatera Barat dan Indonesia mengakui kiprahnya.
Semoga Allah SWT menempat Pak Amir di tempat terbaik di sisi-Nya.. Amiin ya Rabbal ‘Alamin.