SURABAYA – Pengurus Forum Aktif Menulis (FAM) Cabang Surabaya eksis melakukan diskusi kepenulisan dengan mengundang sejumlah penulis ternama. Diskusi itu bertujuan untuk menambah wawasan anggota FAM Surabaya dan calon-calon penulis lainnya.
“Lewat diskusi-diskusi ini kami mendapat banyak pencerahan tentang pentingnya menulis,” kata Yudha Prima, Koordinator FAM Cabang Surabaya, Jumat (13/12).
Dia menyebutkan, pada Ahad (8/12) lalu FAM Cabang Surabaya mengundang Eko Prasetyo, mantan editor koran Jawa Pos dan penulis buku “Kekuatan Pena”. Buku karya Eko lainnya yang juga populer “Orang Miskin Dilarang Sakit” dan “Orang Miskin Dilarang Sekolah”. Diskusi dengan tajuk Kopdar ke-14 FAM Cabang Surabaya itu, berlangsung di kampus Universitas Dr. Utomo Surabaya.
Diskusi dihadiri sejumlah pengurus dan anggota FAM Cabang Surabaya, di antaranya Yudha Prima, Reffi Dhinar, Ryan Pramana Putra, Cak Handoko, Rizka Andarosita, Tyaz Dyah, Ardi Ahmad, Purnama Edhi, Khanis Selasih, Sischa, dan beberapa lainnya.
Pada kesempatan itu, Eko Prasetyo berbagi motivasi dan memberikan kiat-kiat menulis dengan membuat beberapa tahapan (proses), yaitu Pre-Writing, Writing, Reading, Editing atau Re-Writing, Publikasi.
“Pre-Writing adalah kegiatan yang dilakukan sebelum menulis. Misalnya, minum kopi, mendengarkan musik atau melakukan kegiatan lain yang menjadi aktivitas wajib sebelum mulai menulis. Tujuannya agar mood terkumpul dan ide siap untuk ditumpahkan menjadi sebuah tulisan,” ujar Eko Prasetyo.
Setelah Pre-Writeng, dilanjutkan dengan Writing yang merupakan kegiatan inti. Penulis dianjurkan menulis yang diketahui disertai riset. Setelah itu Reading, yaitu seorang penulis harus memosisikan diri sebagai pembaca sehingga tulisan bisa tampak lebih obyektif.
“Setelah selesai ditulis, lakukan editing. Ini adalah proses menyunting kembali naskah yang telah dibuat untuk memperbaiki kesalahan penulisan, ejaan, dan lain-lain,” katanya.
Langkah terakhir, lanjut Eko, adalah publikasi karya. Tulisan bisa dikirim ke media cetak atau online. Selain itu media jejaring sosial dan blog juga menjadi alternatif agar tulisan bisa dinikmati khalayak umum dan mendapat feedback.
Pada kesempatan itu, Eko Prasetyo juga berbagi tips membuat artikel opini di media massa, di antaranya memetakan karakter media. “Kita harus membaca karakter media yang ingin ditembus. Misalnya penggunaan bahasa dan tema. Untuk penulis pemula dapat mengirimkan tulisannya di koran lokal. Mulailah dari menulis artikel sederhana,” paparnya.
Selain itu yang tak kalah penting, seorang penulis membuat tulisan dengan tema aktual yang tentunya harus diimbangi membaca atau riset tema yang berhubungan.
Bukan hanya berbagi tips menulis, Eko Prasetyo juga berpesan kepada penulis-penulis pemula bahwa seorang penulis harus rendah hati walaupun pujian menghampiri hingga kritik pedas yang datang. “Jawablah kritik dengan perbaikan karya berikutnya, jangan malah membalas mengritik lebih keras,” nasihatnya.
Ditambahkan, menulis memang bisa mendatangkan keuntungan materi berlimpah, mendapat honor menggiurkan dari hasil tulisan. Tapi yang lebih penting bagaimana seorang penulis menjadikan tulisannya bermakna dan bermanfaat bagi pembaca.
“Jadi, seorang penulis bukan hanya mengejar keuntungan materi. Seorang penulis dikatakan berhasil jika tulisannya dapat dipahami dengan sukses oleh pembacanya,” tambahnya.
Di akhir diskusi, sebagai kenang-kenangan kepada anggota FAM Cabang Surabaya, Eko Prasetyo menghadiahkan bukunya berjudul “Rumah Kartu” untuk beberapa peserta diskusi yang mengajukan pertanyaan. Buku “Rumah Kartu” itu, kata Eko, buku kumpulan puisi yang dia tulis sebagai kado ulang tahun istrinya. (REL)