Infosumbar.net – Maraknya kasus kekerasan yang terjadi pada perempuan menjadi hal yang mengkhawatirkan. Kekerasan terhadap perempuan terjadi di berbagai kota di Indonesia, termasuk Sumatera Barat.
Berdasar pada Laporan Provinsi Sumatera Barat terhadap kasus kekerasan yang terjadi pada perempuan sejak 01 Januari – 31 Oktober 2023, telah terjadi 191 kasus kekerasan pada perempuan. Rincian dari laporan tersebut berisi bahwa terdapat 96 kasus kekerasan fisik, 55 kasus kekerasan psikis, 37 kasus kekerasan seksual, 16 kasus penelantaran, 1 kasus trafficking, serta 19 kasus lainnya.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Sumatera Barat, Gemala Ranti, menyatakan bahwa kasus kekerasan pada perempuan ini harus dibekali dengan persiapan dari keluarga. Ia mengatakan, “Keluarga sebaiknya bertanggungjawab dengan anak-anaknya. Ayo orangtua, ubah cara mendidik anak. Anak harus disiapkan untuk kuat. Orangtua juga harus kuat, dengan begitu nanti anak akan mencontoh kita, ucapnya, (27/11/2023)
Menurutnya, saat ini anak-anak berhadapan dengan berbagai masalah yang terjadi pada hidupnya. Salah satu contohnya adanya pembullyan, sehingga orangtua harus siap dengan dirinya, serta menyiapkan anaknya untuk lebih bisa menghadapi perkembangan saat ini.
Orangtua sebagai gerbang pertama harus bisa mendidik dan merawat anak. Cara didik orangtua harus berbeda dengan keadaan-keadaan dulu. Selain itu, masyarakat juga harus ikut berperan dalam mendidik anak.
Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Sumatera Barat juga melakukan aksi lewat sosialisasi pada banyak orang mengenai hal ini. Adanya persiapan sarana dan prasarana juga disediakan bagi orang-orang untuk berkeluh kesah terhadap kondisi saat ini. Langkah perlindungan juga bisa diusahakan melalui UPTD, baik di kabupaten atau kota, jelasnya.
Pemerintah juga harus lebih kuat dan lebih gencar menyampaikan pada masyarakat pentingnya edukasi pengasuhan pada anak. Pemerintah juga sebaiknya memberikan pelayanan yang lebih baik pada masyarakat, untuk konsultasi. Membuka ruang berkeluh kesah untuk membantu masyarakat yang dalam keadaan yang sangat rapuh. Hal ini karena banyaknya masyarakat yang tidak siap untuk menghadapi kondisi saat ini.
Menurut Gemala Ranti, penyebab seseorang mengalami kekerasan yaitu karena adanya kerapuhan dalam diri. Kekerasan juga dapat terjadi karena tidak ketahuan seseorang, lemahnya agama, faktor ekonomi, pendidikan, sosial budaya, lingkungan, dan beberapa faktor lainnya.
Angka kekerasan pada perempuan yang semakin bertambah menurutnya juga dikarenakan perkembangan teknologi. Baik itu games, ataupun foto-foto tidak senonoh yang dapat diakses menggunakan smartphone. Sehingga jika smartphone digunakan dengan baik, maka hasilnya pun akan menajdi baik. Namun jika tidak, maka hasilnya dampak berdampak buruk.
Untuk menghadapi kondisi saat ini, ia menjelaskan bahwa anak-anak harus memiliki rasa percaya diri dan tidak minderan. Sehingga dirinya tidak menjadi orang yang mudah dibully.
Ketika seorang anak mengalami pembullyan, anak tersebut harus disiapkan untuk menerima tantangan itu. Dia juga harus disiapkan untuk melakukan perlawanan dan pembelaan diri dengan bahasa yang santun.
Namun, terkadang orangtua tidak aware dan lupa dengan hal tersebut. Menurutnya, jarang sekali adanya pengajaran dan penekanan untuk menghadapi kondisi semacam itu.
Berdasar pada kasus-kasus yang ditemuinya, banyaknya korban dari kekerasan ini merupakan anak yang rapuh. Saat kejadian telah terjadi, penanganan yang dilakukan sebaiknya tidak memarahi anak dan tidak menyisihkannya. Tetapi dibawa dan dilindungi, kemudian dilaporkan segara, untuk memberi efek jera pada pelaku.
Adapun dampak yang dirasakan korban pada dirinya yaitu dirinya menjadji rapuh. Hal tersebut akan berpengaruh pada mentalnya. Butuh waktunyang cukup lama untuk penyembuhan mental tersebut. Hal ini karena biasanya akan terjadi trauma pada korban.
Sehingga hal itulah yang menurutnya pentingnya edukasi di rumah tangga. Serta adanya penguatan iman dan karakter. Perlu adanta menciptakan karakter yang tidak mudah rapuh dan tidak manja. Tetapi anak-anak yang bisa membedakan hal yang baik dan yang buruk (*).