Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan potensi terjadinya banjir bandang di sejumlah wilayah di Indonesia menyusul semakin meningkatnya curah hujan. Wilayah rawan banjir bandang untuk periode 1 minggu ke depan, berturut-turut yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Sulawesi Tengah, Maluku, Maluku Utara, dan Papua. “Wilayah tersebut rentan karena berada di sekitar zona tektonik aktif yaitu di kaki perbukitan struktural yg curam dan berbentuk memanjang” ungkap Kepala BMKG Dwikorita Karnawari dalam konferensi pers di Kantor BMKG Pusat, Jakarta, Senin (15/10).
Dwikorita menerangkan, secara keilmuan banjir bandang dikontrol oleh tiga kondisi utama. Pertama, kondisi geologi yang terjadi pada daerah hulu dari sungai-sungai yang mengalir di zona pegunungan dengan tektonik aktif, berkaitan dengan kondisi patahan aktif dan kekar-kekar yang membentuk pegunungan dan lembah-lembah sungai. Kedua, kondisi seismisitas atau kegempaan dengan kekuatan mulai dari Magnitudo 2.5 hingga 4. Ketiga adalah adanya curah hujan ekstrem yang memicu terjadinya banjir bandang. “Ketiga kondisi tersebut mengakibatkan terjadinya longsor-longsor atau runtuhan batuan pada lereng dan lembah sungai pegunungan atau perbukitan tektonik aktif di bagian hulu,” imbuhnya.
Endapan longsor tersebut, tambah Dwikorita, terakumulasi di dalam lembah-lembah sungai yang akhirnya membendung aliran sungai dari arah hulu. Pada saat terjadi hujan ekstrem, endapan longsor tersebut akan terdesak atau tertekan sehingga jebol dan membentuk aliran tanah pekat bercampur air sungai yang meluncur dengan kecepatan tinggi. “Aliran inilah yang disebut dengan banjir bandang. Jangkauan aliran banjir bandang dapat mencapai beberapa kilometer dari arah hulu,” tuturnya.
Terkait hal tersebut, BMKG meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman banjir bandang. Terutama mereka yang bertempat tinggal di sepanjang aliran sungai. Menurut Dwikorita, material yang dibawa oleh banjir bandang bukan hanya berupa tanah dan bebatuan namun juga pepohonan. Sejumlah tanda-tanda, lanjut Dwikorita, bisa menjadi alarm peringatan dini terjadinya banjir bandang. Diantaranya, pertama, air sungai yang tiba-tiba berwarna keruh atau mengalir bersama lumpur, pasir, dan bahkan disertai ranting-ranting kayu. Kedua, kadang disertai kenaikan muka air sungai sekitar 10 – 20 centimeter. Ketiga, cuaca di pegunungan atau perbukitan hulu sungai terlihat mendung atau berawan tebal.
Apa yang harus dilakukan untuk antisipasi terjadinya banjir bandang:
1) Segera tinggalkan lembah atau bantaran sungai bila terlihat tanda-tanda/gejala seperti 3 poin di atas.
2) Perlu dilakukan inspeksi di hulu sungai, untuk melacak adanya endapan-endapan longsor di hulu sungai.
Endapan tersebut perlu segera ditangani agar tidak terakumulasi membendung sungai dan akhirnya jebol meluncur ke bawah saat hujan ekstrem terjadi.
(*) Humas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika