Oleh : Fitri Handayani
(Mahasiswa D4 Bahasa Inggris Bisnis dan Profesional, Politeknik Negeri Padang)
Infosumbar.net – Di tengah arus globalisasi yang kian deras, masyarakat Padang Pariaman dan sekitarnya yang memegang prinsip yang sama, tetap teguh memegang tradisi uang bajampuik. Sebuah tradisi pemberian mahar dalam pernikahan. Tradisi ini tidak hanya menjadi identitas budaya lokal, namun juga memiliki makna mendalam bagi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat setempat. Menjadi sebuah ciri khas dan tentunya menambah daya tarik masyarakat terhadap kebudayaan dan tradisi di MinangKabau. (05/06).
MinangKabau terkenal dengan daerah yang memegang teguh falsafah “adat basandi sarak, sarak basandi kitabullah” setiap tradisi atau adat harus selaras dengan ajaran agama, artinya, antara adat dan nilai-nilai agama tidak boleh bertentangan. Segala sesuatu baik peraturan atau norma tertulis maupun tidak tertulis harus dihargai. Seperti pepatah mengatakan “ Dima Bumi dipijak, disitu langik dijunjung” artinya dimanapun kita berada hargailah tradisi dan keanekaragaman budaya setempat meskipun kita bukan berasal dari daerah tersbut.
Salah satu contoh tradisi yang harus kita hargai diwilayah Sumatera Barat ini, yaitu uang bajampuik. Dilansir dari situs resmi Wikipedia, menjelaskan bahwa uang jemputan adalah pemberian sejumlah uang,emas maupun harta lainnya yang diberikan pihak perempuan kepada pihak laki laki, dahulunya tradisi ini hanya dilaksanakn oleh para petinggi adat atau bangsawan saja, umumnya yang memiliki gelar bagindo, sidi atau sutan. Status seorang laki-laki dilihat dari besaran uang jampuik ( Uang Jemputan) yang dia terima, bisa diukur berdasarkan Pendidikan,golongan orang tua mapun lainnya yang menjadi aspek sosial masyarakat. Namun, dengan berjalannya waktu tradisi ini menjadi umum dikalangan masyarakat dan menjadi sesuatu ciri khas daerah tersebut.
Tambahnya, uang jemputan ini diserahkan kepada pihak laki laki sewaktu upacara manjampuik marapulai, atau dikenal juga dengan menjemput mempelai pria. Uang jemputan biasanya diserahkan kepada pihak keluarga laki-laki pada waktu upacara manjapuik marapulai (menjemput mempelai pria). Setelah itu, pihak keluarga laki-laki akan membalas uang jemputan pada waktu mempelai perempuan datang majalang mintuo (menemui mertua). Balasan tersebut berupa barang-barang hadiah dengan nilai yang lebih besar.
Ketika diwawancarai, seorang berinisial S (55 Thn) menyebutkan bahwa semenjak dahulu, pernikahan sudah menjadi omongan dari mulut ke mulut. Wanita atau pria yang belum menikah padahal umurnya sudah tergolong mapan, akan menjadi sebuah pertanyaan meskipun pernikahan adalah hak internal sesorang. “Pernikahan di Sumatera Barat ini memegang prinsip matrilineal atau biasa dikenal dengan mengikuti garis keturunan ibu, jadi di wilayah kita ini, anak perempuan akan ditinggikan satu langkah, seperti pemberian harta warisan hanya kepada anak perempuan saja,” ucap S.
Untuk mengenal lebih jauh mengenai tradisi ini, banyak spekulasi yang datang dikarenakan setiap daerah pun memiliki tradisi masing masing dalam melaksanakan uang bajapuik ini. Dalam tradisi bajapuik, keluarga perempuan wajib memberikan sejumlah uang, emas, atau harta benda kepada pihak laki-laki . Di Pariaman sendiri pun, jumlah uang yang diberikan harus dengan persetujuan kedua belah pihak, antara niniak mamak beserta keluarga dari pihak laki-laki dan niniak mamak beserta keluarga dari pihak perempuan.
Setelah diwawancarai, seorang yang berasal dari Pariaman, Satria (22 Thn) menjelaskan bahwa tradisi bajampuik itu sudah seperti nilai tersendiri di wilayahnya. Ketika seseorang pria mengatakan bahwa dia berasal dari Pariaman, maka orang selalu bertanya mengenai tradisi bajapuik ini. “Saya ketika berinteraksi dengan teman yang baru saya kenal dan memberitahu bahwa saya berasal dari Pariaman, pasti orang itu selalu mengatakan ajo piaman yang dibeli. Tradisi yang daerah saya punya sudah diketahui banyak orang,” ucap Satria.
Ia menambahkan penjelasan mengenai uang bajampuik ini, “Uang bajapuik ini disepakati kedua belah pihak, namun jika niniak mamak tidak setuju mengenai besaran uang panjampuik, mungkin saja pernikahan itu tetap dilakukan, namun akan sulit diterima oleh adat. Karena niniak mamak memiliki peran yang sangat penting dalam setiap tradisi diminangkabau,” tambahnya.
Upaya pelestarian tradisi uang bajampuik di Padang Pariaman tidak hanya dilakukan oleh masyarakat lokal, tetapi juga mendapat dukungan dari pemerintah daerah. Berbagai program pemberdayaan ekonomi dan pendokumentasian budaya telah diinisiasi untuk menjaga keberlangsungan tradisi ini di tengah perubahan zaman.