Rakit itu mulai menepi. Tini, 50, juru kemudi dengan cekatan menujamkan gala ke sedimen keras di danau karst pada cekungan pegunungan Bukit Barisan tersebut. Dorongan dari tuas tersebut mempercepat laju rakit.
Dia tak sabar lagi hendak melarutkan diri dalam keramaian di pinggir danau bernama Tarusan Kamang itu. Dalam rakit itu dia membawa serta keluarganya.
Hari itu, Sabtu (23/2), warga sekitar pinggir Tarusan Kamang, Nagari Kamang Mudiak, Kabupaten Agam, berbondong-bondong menuju padang rumput asri dekat ‘telinga’ danau.
Mereka begitu antusias menjadi tuan rumah yang baik bagi tamu yang datang seperti geolog, fotografer, planalog, dan penggiat wisata. “Tarusan ini kadang berair kadang kering. Terakhir kering Mei lalu. Kalau kering, tarusan berfungsi menjadi lapangan bola, dan kami ke ladang di perbukitan Pupuakan hanya berjalan kaki,” jelas Tini.
Tarusan Kamang merupakan jenis danau karst. Namun, jika danau sejenis kandungan air tergantung intensitas cuaca, kondisi danau Tarusan Kamang berubah-ubah. Kadang berair, kadang kering, yang masih misteri selama ini.
Untuk memecahkan misteri tersebut, berawal gonjang-ganjing sebuah foto ‘dua wajah’ danau yang dijepret fotografer Erison J. Kambari, beberapa orang geolog tertarik datang untuk meneliti.
Sejauh ini, masyarakat setempat menganggap fenomena tersebut sebagai siklus biasa yang telah ada sejak dahulu kala. Mereka menilai air yang ada diisap mulut goa yang ada di bibir terusan, sebab itu terkadang kering.
Menurut warga sekitar, Imran Malin Mudo, 50, ada tujuh mulut goa di bibir danau, di kaki bukit Pupukan. “Air yang ada di danau ini mengalir melalui sungai bawah tanah di menuju ke Simarasok, Baso, Kabupaten Agam,” ujarnya.
Dia menambahkan, rata-rata danau ini mengalami kekeringan satu kali dalam setahun. “Masa berair lebih lama ketimbang masa kering. Danau ini pernah berair terus selama 2 tahun,” ucapnya.
Menurutnya, proses berair terjadi selama satu bulan. “Air datang saja tiba-tiba. Tak tergantung curah hujan. Berair di saat musim kering. Kering saat musim hujan. Seiring itu, ikan juga bermunculan,” katanya.
Pada 2000-an, dikatakan Imran, pernah terjadi keanehan. Mula genangan air saat itu ditandai dengan letusan seperti dentuman meriam. Lokasi bunyinya sekitar ‘telinga’ tarusan, di dekat bukit Pupukan. Terlepas dari folklor itu, danau Tarusan Kamang memiliki potensi wisata plus riset ilmiah berkelas dunia jika dikelola dengan baik.
Menanggapi hal itu, Bupati Agam Indra Catri mengatakan untuk dijadikan objek pariwisata memang menarik, tapi ekspektasi jangan terlalu tinggi. Tahap awal wisat, menurutnya harus survei dulu.
Danau Tarusan Kamang, ujar Indra, memang menjanjikan karena terjadi perpaduan landscape natural dan kultural. “Sebelum menjadikan tempat wisata, kita harus mempertimbangkan dulu keseriusan masyarakat, harapan masyarakat, budi daya yang telah dilakukan masyarakat. Setelah itu baru kita tata sedemikian rupa, dan bangun akses,” jelasnya.
Selain menarik untuk jadi objek wisata, danau dengan luas sekitar 0,38 km persegi atau 38 ha tersebut juga seksi sebagai objek studi ilmiah. Menurut Indra, kawasan danau tersebut punya kans untuk subjek studi planologi, morfologi, kegempaan, geologi, geografi, vegetasi air.
“Kawasan danau merupakan jalur patahan semangka. Ada getaran lain yang juga muncul di sini. Ada vegetasi yang unik. Perpaduan ini merupakan landscape yang mesti dieksploitasi dari hari ke hari,” tutur Indra.
Danau Tarusan Kamang selama ini dimanfaatkan warga untuk budi daya ikan, kubangan kerbau, memancing, dan mandi. Kala kering, ikan-ikan yang menghiasi tarusan banyak terperangkap dalam tambak-tambak yang dipasang sebagian warga. Ada beragam jenis ikan di sana seperti pantau, nila, rayo, panser, bada putih.
Misteri Mulai Terpecahkan
Ekpedisi Danau Tarusan Kamang yang dimotori penggiat wisata Sumatra Barat Nafrin Nafilus mendatangkan geolog ternama Andang Bachtiar, Kurnia Chalik, dan Purnama.
Melalui ekspedisi itu, fenomena hilang timbulnya air danau selama ini bisa diungkap. Di balik ekspedisi itu tersirat asa, kawasan tersebut bisa menjadi pusat riset plus wisata berkelas dunia.
Danau Tarusan Kamang memang unik dibanding danau sejenis di Indonesia. Menurut Andang, danau karst yang tiba-tiba kering dan tiba-tiba berair hanya ada dua di dunia yakni Tarusan Kamang dan danau di Italia.
Dalam ekspedisi tersebut, tim melakukan tracking kasar. Sisi timur danau, jelas Andang, didapatkan bukti nyata patahan sumatra yang masih aktif di tebing dan bebatuan. Runtuhan patahan dengan bekas-bekas slicken side (gores garis) pada bidang patahan bergerak ke arah selatan.
Di samping itu, para peneliti juga menemukan bukti bahwa padang rumput yang datar di tepian tarusan adalah suatu kipas alluvial, morfologi serupa kipas. Ujung titik kipas ada di bagian atas (apex) dan ujung setengah lingkaran kipas membentang di bagian bawah (obe). Keseluruhannya seolah bersandar pada suatu dinding lembah atau tepian suatu cekungan.
Di bagian atasnya berhubungan dengan suatu alur atau saluran yang pada waktu-waktu tertentu menjadi sungai. Bentukan kipas aluvial khas terjadi di tepian cekungan yang dindingnya merupakan patahan normal atau patahan turun.
“Kalau tidak ada alur atau saluran di atasnya, bentukan ini kami sebut saja sebagai faset segitiga atau triangular facet yang merupakan ciri khas jalur patahan normal (patahan turun),” tukasnya. Menurutnya, keduanya jenis morfologi yang berkembang di Tarusan Kamang.
Andang juga menemukan patahan sumatra berpijar di hampir sepanjang danau. Dalam riset yang dilakukan Andang pada batu gamping di barat-timur, terdapat bidang rekah-rekah dan kipas alluvial yang berdimensi Iebih kecil.
“Hasil tracking ke peta SRTM didapatkan bukti penunjang morfologi yang menguatkan dugaan bahwa Danau Tarusan Kamang selain punya sifat danau karst juga punya komponen danau tektonik pisah renggang,” ulas Dewan Penasihat Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) ini.
Menurut Andang, batu gamping tersebut diperkirakan berumur 400 juta tahun. Danau Tarusan Kamang berusia sekitar 150 ribu tahun. Selain menemukan dominasi batu gamping kristalin termarmerkan dan terekahkan (xtallin marbleized fractured limestone), Andang cs juga menemukan lapisan-lapisan filit melapuk di dinding-dinding tempat parkir dan bongkah kwarsit di sebuah pulau kecil di tengah danau.
“Jenis-jenis batuan yang terakhir tersebut termasuk ke dalam kelompok formasi kuantan yang umurnya sama tuanya dengan batu gamping xtallin,” jelasnya.
Pascariset awal, Andang mengatakan kering-terisi Danau Tarusan Kamang merupakan fenomena bejana berhubungan antara sungai-sungai bawah tanah yang ada di kedalaman tebing dan punggungan gunung batu gamping di bagian timur dan selatan danau dengan rendahan atau cekungan yang dibentuk patahan-patahan.
“Ketika muka air sungai bawah tanah surut sampai level lebih rendah dari dasar danau, maka danau pun mengering. Jika muka air sungai meninggi, air danau pun terisi,” jelasnya.
Kelanjutan penelitian, Andang mengatakan, perlu dilakukan memetakan gua-gua dan sungai bawah tanah (caving-speleologi expedition) Tarusan Kamang, penjelajahan bukit morfologi sungai di seputaran danau untuk dokumentasi aspek struktur stratigrafi, hasil tes dan contoh berbagai jenis air di danau, dan sekitarnya.
“Sampel-sampel batuan dan juga sedimen danau modern telah diambil untuk nanti dianalisis di laboratorium petrografi dan palinologi untuk menentukan sifat dan umur batuan maupun umur pembentukan danau,” ucap Andang.
Pada Juni atau Juli mendatang, Andang berencana membawa ahli karbonat dari Afrika untuk melanjutkan riset batu gamping di kawasan Danau Tarusan Kamang.
metrotvnews /Yose Hendra/Was
images: erison jk