Jakarta – Sejak mulai melakukan inkubasi bisnis kepada tujuh startup pada 12 Maret 2017, Visio Incubator, sebuah perusahaan investasi dan pelatihan bisnis rintisan digital (startup), telah membantu menjembatani pendanaan usaha startup sampai senilai Rp.275 juta.
“Ada dua startup yang telah mendapatkan pendanaan. Keseluruhan total pendanaan awal (seed funding) adalah Rp.275 juta. Pendanaan ini didapatkan oleh startup bernama goon.travel (startup perjalanan wisata) dan ternakkita.co.id (startup pemberdayaan peternak). Keseluruhan pendanaan itu berasal dari dalam negeri”, ungkap Hendriko Firman, CEO Visio Incubator.
Visio incubator telah menjalankan dua programnya sejak Maret 2017. Pertama, adala Visio Incubator batch 1, yang diikuti oleh tujuh startup yang bergabung dalam program bootcamp tiga bulan. Kedua, Startup Padang Lab yang bekerja sama dengan American Corner Universitas Andalas, dimana berhasil meluncurkan delapan startup baru di event tersebut.
COACHING AKTIF UNTUK MENDAPATKAN PENDANAAN
Tidak hanya melakukan program inkubasi dan membantu mendapatkan pendanaan, pihak Visio juga turut aktif dalam melakukan coaching agar para startup yang dibawah naungan Visio bisa mendapatkan pertumbuhan dalam segala lini. Salah satunya adalah ternakkita.co.id, yang menjadi pemenang mengalahkan 1.311 bisnis dan startup lainnya di ajang Minangpreneur Festival 2017. Disana Ternakkita.co.id, berhasil lolos dalam 400 besar, 100 besar, 30 besar, 13 besar, dan akhirnya bertahan di podium juara satu.
“Tidak hanya kita membantu mengkonversi ide startup mereka ke produk yang menghasilkan nilai tambah. Kami dari Visio juga memberikan supervisi kepada startup kami agar bisa menang di banyak kontes dan lomba. Ini sangat penting, karena dengan memenangi lomba, maka startup itu diakui secara de facto telah memiliki bisnis model yang menjanjikan. Misalnya ternakkita.co.id, setelah menjadi juara 1 kemarin di Minangpreneur Festival, banyak investor yang tertarik untuk berinvestasi. Tetapi kami tentu memilah-milah mana smart investor yang tidak hanya memberikan uang tapi juga mentorship,” ungkap Hendriko.
50 STARTUP BERGABUNG di 2017
Visio menargetkan bisa membantu 50 startup di Indonesia yang bergabung di program inkubasi, sprint inkubasi dan startup lab. Hendriko memaparkan bahwa banyak startup disana yang kesepian tidak bisa menumbuhkan startupnya. Faktor inilah yang membuatnya berani menargetkan untuk mengikubasi 50 startup dalam delapan bulan ini.
“Saya yakin banyak startup yang jago di teknikal, pasti akan terkendala di bidang bisnis, dan sebaliknya. Startup ini ibarat mobil yang hanya memiliki ban bagian depan. Susah untuk dikendarai dan akan lama sampai tujuan. Sebuah mobil yang bagus harus memiliki ban depan dan belakang. Nah disinilah tugas Visio, kami membantu startup-startup ini memiliki ban depan dan belakang, yaitu di bidang teknikal dan bisnis”, ujarnya.
BAGAIMANA CARA MENDAPATKAN PENDANAAN?
Menurut Hendriko, untuk berbisnis tidak perlu dana yang besar di startup. Yang penting di awal adalah memiliki fitur awal startup yang memecahkan masalah pelanggan.
“Di Visio kami menargetkan kepada startup kami untuk fokus ke memecahkan masalah para pelanggannya. Jika mereka fokus ke pelanggan, dan pelanggan puas, dan pelanggan ini banyak, maka para investor akan datang dengan sendirinya. Ini ibarat kita mencari semut. Tidak usah mencari semut, tapi jadikanlah startup kita gula, sehingga semut akan mengerubungi kita.” Paparnya sambil tersenyum.
“Sangat tricky di dunia startup dimana, setiap orang ingin mendapatkan pendanaan dari investor atau perusahaan modal ventura. Sayangnya, startup mereka tidak memiliki visi dan tidak memiliki inovasi pemecahan masalah terhadap solusi yang ada sekarang. Tentu saja jika seperti itu investor urung untuk berinvestasi.” Paparnya lagi.
Visio seperti diutarakan oleh Hendriko, memperkuat pendiri startup agar bisa memiliki mental pantang menyerah dan kreatif.
“Yang harus dilakukan oleh startup adalah, para pendirinya harus bekerja keras tanpa ampun, untuk membuat startupnya menjadi startup yang memiliki juara satu dalam kualitas pemecahan masalah pelanggannya. Jika itu terwujud, maka investor akan berbondong-bondong untuk menitipkan uangnya,” Ujarnya. “Jadi startup harus sehat dulu, baru kita cari investor. Dan bukan sebaliknya, startup kita tidak sehat, tapi malah meminta investor berinvestasi. Itu sama saja menjual waralaba restoran nasi goreng ke investor, tapi nasi goreng kita tidak enak. “ paparnya lagi.