Infosumbar.net – Belum kering rasanya air mata pada tragedi Alm. Aditya Eka Putranda (18), suporter PSS Sleman yang meninggal di keroyok di kawasan Gamping, Sleman, Yogyakarta, Sabtu, 1 Oktober 2022 kembali terjadi sebuah peristiwa di sepakbola Indonesia.
Adalah Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, pada Sabtu (1/10) malam, usai berakhirnya laga Liga 1 Indonesia, Arema FC vs Persebaya yang berakhir, 2-3, untuk kemenangan Persebaya, menjadi tempat terjadinya tragedi sepakbola bahkan salah satu kejadian paling banyak memakan korban di dunia.
Hingga pagi ini laporan kepolisian menyebutkan 127 orang tewas akibat berdesakan saat terjadi keributan pasca laga Arema vs Persebaya. Angka yang memilukan, karena ada 127 nyawa hilang hanya karena sebuah kegiatan yang sebenarnya ini adalah hiburan.
Terbaru, laporan dinas kesehatan Kabupaten Malang korban mencapai angka 180 orang meninggal.
“Bagi saya stadion kanjuruhan bukanlah stadion yang asing, 2006-2011 selalu menyempatkan diri untuk datang ke stadion ini entah untuk menikmati pertandingan Arema ataupun ketika Semen Padang FC datang bertandang,” ucap Ketua Harian SPARTACKS (Suporter Padang dan Anak Rantau Cinta Kabau Sirah), Vembi Fernando, di Padang, Minggu (2/10)
Vembi melihat banyaknya korban nyawa disinyalir karena prosedur penghalauan massa dari pihak keamanan dituding memicu jatuhnya korban jiwa.
“Berdasarkan aturan FIFA, pihak keamanan tidak boleh membawa senjata ataupun gas air mata ketika melakukan pengamanan pertandingan,” sebutnya.
Vembi, mewakili suporter Semen Padang FC khususnya SPARTACKS, sangat menyesali terjadinya tragedi kemanusiaan di dunia sepakbola nasional ini.
“Tapi sekali lagi, sepakbola hanyalah hiburan, tidak ada nyawa seharga sepakbola. Harapan selalu diucapkan, semoga ini menjadi tragedi terakhir. Selaku Ketua Harian SPARTACKS saya mengucapkan duka sedalam-dalamnya atas kejadian yang menimpa rekan-rekan di Malang,” tukasnya.
Innalillahiwainnailaihirojiun. SPARTACKS TURUT BERDUKA CITA